SALAH MASUK KAMAR CEO TAMPAN

SALAH MASUK KAMAR CEO TAMPAN

last updateLast Updated : 2021-11-16
By:  Wafa FarhaCompleted
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
9.8
40 ratings. 40 reviews
104Chapters
224.2Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Petaka itu datang tepat di hari pernikahanku. Di depan semua orang, adikku Qinara melempar tes pack dengan hasil positif. Ia mengatakan pada semua orang, bahwa Mas Dewa yang sudah siap mengucap akad, adalah ayah kandungnya. Pernikahan batal, Mas Dewa menikahi Qinara demi nama baik keluarga. Sementara aku ... tiba-tiba saja harus menikah dengan pria menyebalkan yang sama sekali tidak aku cintai. Namanya Dareen Biantara, pria narsis yang setiap tindakannya tampak misterius dan mencurigakan. Setiap malam, aku harus mendengar suara Qinara menjerit dari kamar sebelah. Hingga suatu waktu ... suara itu tak seperti yang aku pikirkan. Tebak saja suara apa itu ....

View More

Chapter 1

Salah Masuk Kamar Pengantin

"Di dalam apa di luar?" Pria itu menatap intens ke arahku.

"Di luar!" jawabku ketus. Enak saja! 

Dari awal, dia mah mau enaknya sendiri.

"Apa bedanya di luar dan di dalam? Toh kita sama-sama melaluinya." Mas Dareen protes. "Lagi pula kalau di luar, akulah yang tersiksa! Kamu, sih, enak!"

Mana ada yang enak? Harus melalui malam pertama dengan pria menyebalkan sepertinya. Membayangkan dekat dengannya saja tak pernah, apalagi sampai harus menikah dan satu kamar begini. 

Ah, ngeselin! Kenapa juga aku harus bertukar tempat dengan Kinara, Tuhan?

"Terserah!" ucapku enteng. Mana peduli aku pada perasaannya? "Pokoknya di luar. Aku pinjemin selimut dan bantal! Bawel!"

"Tap ...." Suara Mas Dareen meninggi. Pasti mau protes, deh. 

Ucapan itu belum selesai.

Namun, kami harus menoleh secara bersamaan kala mendengar derit dari arah pintu. Sudah kuduga, pria lain akan ke sini sekarang. Tak tahu malu!

"Kamu pasti sedang ngelindur, Mas! Sampai salah masuk kamar, Mas!" hardikku pada pria yang seharusnya sudah melakukan malam pertama bersamaku sekarang. "Ini kamar pengantinku dengan Mas Dareen."

Dia Mas Dewa, pria yang namanya berada dalam satu surat undangan pernikahan dengan namaku. 

Bukan malah Mas Dareen yang mengucap akad nikah dan sekarang satu kamar denganku, pria yang terus mencoba bernegosiasi untuk malam pertama kami. Ya, dia yang tiba-tiba datang menggantikan mempelai laki-lakiku. 

Meski aku masih sangat mencintai Mas Dewa, tapi nurani dan harga diriku sekaligus, memaksa menerima tawaran Mas Dareen dalam sekejap.

Siapa sangka, takdir berubah hanya dalam hitungan jam. Tadinya aku sudah duduk di depan penghulu bersama Mas Dewa. Namun, tiba-tiba Kirana adikku datang dan melempar tes pack dua garis merah ke hadapan kami.

Aku yang tadinya sangat bahagia karena akan menikah dengan kekasihku, hancur dalam sekejap. Kami telah menjalin hubungan tepat lima tahun, dan memutuskan menikah. Tak ada yang menduga Mas Dewa mendua, dan yang paling gila, selingkuhannya adalah adikku sendiri.

Siapa yang tidak syok! Sejak seminggu lalu, Qinara tak mau pulang meski kakaknya akan menikah. Bahkan memberi ucapan pun tidak. Tak ada yang tahu apa alasannya.

Namun, di hari H pernikahan kami, dia malah muncul. Bukan untuk membantu proses atau sekadar memberi selamat. Melainkan menghancurkan semua.

Gadis cantik itu berteriak dan menangis di depan semua orang.

Kontan saja pernikahan gaduh. Akadku dan Mas Dewa dibatalkan. Meski, calon suamiku itu mengatakan semua itu fitnah Kirana, tentu saja aku lebih percaya pada adikku. 

Apalagi dia menyimpan banyak foto kemesraan Mas Dewa dengannya sebagai bukti. Hanya wanita tolol yang masih mau meneruskan pernikahan dengan pria yang selingkuh dan menodai adiknya sendiri.

Dan sekarang ... selain sebuah hardikan keras dan ucapan sinis, memangnya apa yang cocok kuucapkan untuk Mas Dewa? Pria yang namanya meski sangat kubenci masih memenuhi hati.

"Eum. Maaf aku mengganggu." Pria itu mengucap canggung. 

"Ya, ganggu sekali. Pergilah sebelum suami sahku menghajarmu!" ketusku lagi. Berharap Mas Dareen peka dan bereaksi sama denganku.

Namun, tak ada reaksi Mas Dareen atas pernyataanku itu.

Sampai aku menoleh mengedip padanya, memberi isyarat agar marah seperti yang kulakukan.

Tapi emang dasar pria gak peka! Dia malah bertanya balik. "Apa?" tanyanya tanpa suara. 

Ini benar-benar memalukan. Aku seperti mengatakan pada Mas Dewa kalau suamiku sangat mencintaiku, walau pernikahan ini dadakan, dan akan menghajarnya karena cemburu. Tapi kenyataannya zonk ....

Kuinjak saja kakinya sambil melotot membelakangi Mas Dewa. Hingga dia mengaduh kesakitan.

Hal itu jelas membuat Mas Dewa mengerutkan dahi. Seperti bertanya-tanya. Tak lama ekspresi itu berubah. Sebuah senyuman mengejek menghiasi wajah tampannya.

'Kan, sialan! Ini gara-gara Mas Dareen yang gak bisa diandalin. Ke mana kata-kata dia yang sangat meyakinkan tadi sore. Kalau dia jadi suamiku, aku bisa membalas sakit hati pada Mas Dewa, dan memberinya pelajaran padanya sekaligus. Lelaki seperti Dewa tak bisa dibiarkan, setelah menikah dengan Kinara bisa saja dia akan mengkhianatinya lagi. 

Katanya aku harus bersabar dan bermain cantik, menikah dengannya. Sebuah pernikahan yang harusnya dilakukan dengan sakral, tapi kali ini terjadi karena terpaksa dan ada motif tertentu.

Tapi kenyataannya apa? Setelah menikah, bukannya dia bantu membalas sakit hatiku pada Mas Dewa, malah yang ada aku dipermalukan seperti ini. Awas kamu ya, Mas Dareen!

"Sudahlah, La. Kita perlu bicara. Oke?" Mas Dewa mulai bicara sok dewasa dengan pede-nya.

Benar-benar tak tahu diri. Dia tak merasa bersalah sudah menghancurkan hidupku, menghancurkan hubungan ku dengan Kinara dan membuat keluarga kami malu.

"Kamu mau masuk, Mas?" tanyaku.

"Ya?" Pria itu melebarkan mata. Mungkin dia pikir aku memberinya kesempatan untuk bicara.

"Sini masuk, ngaca di cermin!" Aku mulai emosi sampai bangkit dari duduk. "Supaya kamu sadar pria seperti apa kamu itu?!"

Sudah lewat batas emosiku, aku pun bergerak ke arahnya, dan mendorong Mas Dewa keluar, lalu menutup pintu dengan keras.

"La, Kalila. Kita harus bicara!" Suara terdengar di luar. Pria itu terus memaksa dan meyakinkan. Padahal sudah kutegaskan, tak ada yang perlu dibicarakan.

Dengan dada naik turun, aku berdiri di depan pintu. Lalu melirik tajam pada pria bernama Dareen. Dia mneggaruk kepala tak gatal. Salah tingkah dan canggung.

"Em, sorry." Pria tampan itu meringis.

Kenapa pula aku harus terperdaya oleh kata-katanya tadi, sampai akhirnya kami menikah?

"Em, jadi di luar apa di dalam?" tanyanya seolah tak terjadi sesuatu.

Gila! Masih sempat dia membahas itu. Sudah jelas dia membuatku malu di depan Mas Dewa. Dengan kesal, kuambil bantal dan melempar ke arahnya.

"Keluar!!" teriakku kesal. Ingin pria itu segera enyah dari hadapan!

Ya Tuhan, apa aku sudah salah mengambil langkah? Bagaimana kalau Mas Dareen tak bisa diandalkan untuk memperbaiki keadaan, memberi pelajaran Mas Dewa dan memisahkannya dari Qinara. Bagaimana jika dia hanya membuatku semakin susah menghadapi keluarga?

Padahal tadinya aku sudah tenang karena kejadian tadi siang. Setelah menangis berjam. Namun, karena Mas Dewa salah kamar masuk kamarku, hatiku jadi berantakan lagi. 

________

Kuputar volume musik dengan keras demi agar suara jeritan laknat dari kamar sebelah tak terdengar. Qinara dan Mas Dewa gila! Ya, dia pasti sudah gila!

Ini bukan hanya malam pengantin mereka. Tapi juga malam pengantinku. Kenapa mereka tega menyiksaku seperti ini?

Kuusap lelehan bening yang merembes hangat di pipi. Bukti bahwa hatiku terlalu sakit. Malam yang harusnya menjadi kebahagian setiap pengantin, telah menjadi neraka bagiku.

"La, buka pintunya." Suara lembut Mama terdengar. Aku pun mendesah. Buru-buru kuseka kasar airmata di pipi. Bangkit dengan malas untuk membukanya.

Saat membuka pintu, aku pun kembali mendesah lelah. Mama tak sendiri, ada Mas Dareen di sampingnya. Sudah kuduga, dia akan meminta bantuan untuk ini.

Pria itu mengangkat kedua alisnya berkali untuk menggoda. Ish ... pengen kutarik saja alis tebal itu! Biar botak dan tak bisa membanggakan ketampanan dirinya seperti biasa.

"Kamu gimana, sih, La. Masa suaminya suruh tidur di luar?" protes Mama

"Ma aku ...."

"Mama tau pernikahan kalian dadakan dan sulit diterima. Tapi jangan buat Mama dan Papa makin malu di depan keluarga. Kamu tau kan mereka masih di sini?"

"Eum, sudah Tante, em ... maksud saya, Mama. Tolong jangan marah pada Kalila, saya yang salah. Sebenarnya tidak apa-apa. Cuma di luar gak ada penghangat. Tadi ...."

"Nggak Dareen. Mama tahu kamu pria baik. Nyatanya kamu rela berkorban untuk keluarga ini. Keputusan menikahi Kalila pasti berat." Mama melemahkan suaranya pada pria menyebalkan itu.

"Tapi juga jangan terintimidasi pada Kalila," sambung Mama lagi sembari melirik tajam ke arahku.

What?! Jangan terintimidasi? Akulah yang selama ini terintimidasi oleh sikap mereka, dan sekarang akan ditambah oleh Dareen Biantara. Pria menyebalkan yang sudah sah menjadi suamiku. 

Sah secara agama. Secara hukum sih belum. Karena pernikahan ini tak direncanakan sebelumnya. Setelah wajah keluarga kami dicoret oleh perzinahan Qinara dan Mas Dewa. Berjam-jam mereka berdebat dan ribut. Sementara aku yang tengah menangis sesenggukan seorang diri di-lobi oleh Mas Dareen. 

Pria itu mengusap air mataku. Untuk sesaat, hatiku yang tengah terluka terasa hangat. Dia bicara penuh semangat, seperti tengah berkhutbah secara khusus padaku. Entah, kenapa. Hatiku tergerak. Mengikuti ide gilanya, yang membuatku lupa kalau menikah adalah hal sakral.

" ... kamu tak akan rugi menikah denganku, Kalila. Aku anak tunggal dari pengusaha terkaya di pulau ini. Hehm. Lagipula aku juga lebih tampan darinya. Harga dirimu akan terselamatkan dan kamu bisa membuat pria itu menyesal. Jika perlu balas dendam dan merebutnya kembali ... aku bisa membantumu!" ucapnya tadi siang.

Mendapat menantu dadakan sebaik Dareen, yah ... terang saja Papa dan Mama langsung iya-iya aja. Anehnya, Papi Mas Dareen sangat senang, dan langsung merestui hubungan kami. Ada apa ini? Apa mereka juga punya tujuan?

Bukan hanya dia playboy dan sok kecakepan di luar sana, dia juga sok manis di hadapan semua orang, terutama keluargaku.

Aku berbalik ke dalam. Pasrah dan kalah. Membiarkan pria itu masuk dan melihat betapa menyedihkannya aku. Siapa sangka, Mama mengikutiku. Mematikan musik di kamar ini.

"Jaga sikap dan sopan santunmu Kalila, kita sudah cukup malu," tegasnya sebelum akhirnya keluar.

"Kenapa tak bertahan sebentar di sini, agar Mama tahu alasan kenapa kunyalakan tape itu," celetukku, hingga kakinya tertahan sebentar. Hanya sebentar. Nyatanya dia tak peduli pada puterinya ini. Mama selalu mencintai dan kasihan pada Qinara tapi tidak padaku.

Wanita itu kemudian berjalan dengan tatapan dingin. Meninggalkan kamar pengantin kami.

Mas Dareen pun bergerak ke arah pintu. "Apa kamu ingin malam pertama kita ditemani Mama kamu?" tanyanya disertai tawa kecil. "Duh, lucu bayanginnya."

Dia masih juga bisa bercanda dan berkata seolah tak terjadi apa-apa. Dia tak tahu sakitnya segumpal darah dalam dadaku.

"Aa ....!"

Mas Dareen mendongak. Ia pasti terkejut mendengar suara itu. Lalu menatap ke arahku seolah menyelidik ekspresi di sana. 

Gak usah ditanya, Mas! Hatiku rapuh. Tentu saja aku juga menjerit dalam hati. Bagaimana bisa pria yang kucintai tidur dengan adikku di malam pertama kami?

Suara jeritan itu terdengar tiga kali ini olehku, dalam sejam. Entah, kalau tak menyalakan tape tadi. 

"Gak ada akhlak memang! Urat malunya juga sudah putus!"

Pria itu kini beralih menatap ke arahku. Namun, dengan cepat aku menunduk. Menyembunyikan wajahku yang terasa panas. Ada air mata yang entah sejak kapan berjejalan di sana. Inilah alasan utamaku tak mau membawa masuk Mas Dareen ke kamar. Aku tak ingin ia melihat wanita yang judes, tegar dan ceria di matanya, terlihat begitu mengsedihkan!

"La, kamu nangis?" 

Mas Dareen tiba-tiba saja sudah di hadapanku, mengangkat daguku dengan jemarinya, hingga aku mendongak dan tatapan kami bertemu.

Ya Tuhan, bukankah malam pertama itu identik dengan kebahagiaan? Malam di mana sepasang pengantin menikmati kebahagiaan bersama. Namun yang kurasakan sekarang ....

Dan ... menatap dua mata itu, kenapa ada kehangatan di hatiku?

Bersambung

Jan omes, plisss! Jangan suudzon juga sama Dewa.🙈

Next bakal tau kok kenapa Qinara teriak-teriak.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

10
95%(38)
9
0%(0)
8
3%(1)
7
0%(0)
6
0%(0)
5
0%(0)
4
0%(0)
3
0%(0)
2
3%(1)
1
0%(0)
9.8 / 10.0
40 ratings · 40 reviews
Write a review
user avatar
Yee Lala
Kak ceritanya tamatin dong, kan di kbm sudah end
2024-06-07 08:08:11
0
user avatar
Elis Latifah
Ini gimana sii gak di tamatin bikin penasaran ajaaa tamatin dong kak jadi ngegantung gini cerita ny gak enak
2024-05-10 23:18:06
0
user avatar
Puspita Adi Pratiwi
ceritanya menarik bikin pembaca baper tapi alur ceritanya yg tdk beraturan lompat sana-sini coba kelarindulu alur satu baru pindah alur lainnya biar tidak binggung si pembaca
2023-12-10 15:22:08
0
user avatar
Anita
istimewa sekali, aku suka
2023-07-15 19:38:30
0
user avatar
Tati Marliah
Cerita maakk othorr Wafa Farha sllu kereen............
2022-12-28 18:41:19
1
user avatar
Yunniey Harman
the best Story
2022-08-09 13:02:50
1
user avatar
Yen Lamour
Izin numpang promo ya kak thor ^^ halo, ada yg suka mafia romance? Yuk mampir juga ke tempatku. Siapa tahu ada yg suka. Terima kasih ya kak thor & kakak semuanya ^_^
2022-08-06 18:38:31
1
user avatar
Yenika Koesrini
kamu harus baca ini
2022-06-25 14:48:58
1
user avatar
Nannys0903
Wah ada kak Wafa ....... Mampir ke karyaku TERGODA GADIS MUDA
2021-12-31 11:56:46
2
user avatar
Siti_Rohmah21
Keren dah pokoknya...
2021-11-21 23:16:36
1
default avatar
Ning Dadiyono
Mana lanjutannya Thor…. Di tunggu…
2021-11-21 18:21:53
2
user avatar
Wafa F
asek asekk udah tamat ya
2021-11-21 08:20:15
2
user avatar
Hasnaalone
wwaaaaawwwww.................. akhirnya di up juga ............
2021-11-21 04:13:08
1
user avatar
Evhae Naffae
Keren, Thor .........
2021-11-20 18:16:12
1
user avatar
Hasnaalone
ceritanya sangat menarik
2021-10-29 01:53:49
1
  • 1
  • 2
  • 3
104 Chapters
Salah Masuk Kamar Pengantin
  "Di dalam apa di luar?" Pria itu menatap intens ke arahku. "Di luar!" jawabku ketus. Enak saja!  Dari awal, dia mah mau enaknya sendiri. "Apa bedanya di luar dan di dalam? Toh kita sama-sama melaluinya." Mas Dareen protes. "Lagi pula kalau di luar, akulah yang tersiksa! Kamu, sih, enak!" Mana ada yang enak? Harus melalui malam pertama dengan pria menyebalkan sepertinya. Membayangkan dekat dengannya saja tak pernah, apalagi sampai harus menikah dan satu kamar begini.  Ah, ngeselin! Kenapa juga aku harus bertukar tempat dengan Kinara, Tuhan? "Terserah!" ucapku enteng. Mana peduli aku pada perasaannya? "Pokoknya di luar. Aku pinjemin selimut dan bantal! Bawel!" "Tap ...." Suara Mas Dareen meninggi. Pasti mau protes, deh.  Ucapan itu belum selesai.Namun, kami harus menole
last updateLast Updated : 2021-10-11
Read more
Kejadian Tadi Malam
Pria itu mengangkat daguku dengan jemarinya, hingga tatapan kami bertemu. Bisa kurasakan kehangatan di kedalaman dua manik mata pekat Mas Dareen. Perasaan apa ini? Padahal baru ini kami sedekat sekarang. Segera kutepis perasaan aneh itu. Aku tak boleh terperdaya pada buaya ini! Jelas saja dia bisa membuatku nyaman untuk sesaat, dia kan play boy! "Apa kamu ingin membalas mereka?" tanya Mas Dareen menatapku dalam. Kulempar tangannya menjauh dengan kasar. "Udah deh, jangan modus!" Kuseka mataku yang basah lalu meninggalkannya menjauh. "Hem. Ya sudah. Aku kan cuma menawarkan diri." Pria itu manggut-manggut.  Kan ... begitu santainya dia menanggapi situasiku. Apa namanya kalau gak modus! "Lagian, udah aku kasih selimut juga kan? Pakae alasan gak ada penghangat!" ucapku kesal. "Jangan lupa! Mas sudah janji gak akan nyentuh aku
last updateLast Updated : 2021-10-11
Read more
Kegilaan Mas Dareen
"Ehm, iya. Tadi malam Mas Dewa tidur di post. Hehe. Nemenin saya katanya," jawab Pak satpam. Apa? Dia tak tidur di kamar bareng Qinara? Apa itu artinya ... suara-suara aneh dari kamar sebelah cuma akal-akalan Qinara? Atau ada hal lain yang terjadi pada perempuan yang katanya dihamili Mas Dewa itu? Aku yang terkejut, menatap Mas Dewa untuk melihat ekspresi pria itu. Lagi, Mas Dewa pun menatapku. Ada sebuah protes dalam tatapannya. Seolah tak terima aku menuduhnya yang tidak-tidak, seolah-olah dia tahu apa yang aku pikirkan tentangnya. Apa dia sebenarnya memang tak pernah menyentuh Qinara? Apa semalam ... Qinara sengaja memanas-manasiku agar aku sepenuhnya melepaskan Mas Dewa? Kalau begitu ... aku sudah melakukan kesalahan besar pada pria, yang namanya masih memenuhi ruang hatiku itu. Ah, nggak! Aku gak boleh lemah.  Dosa dia itu guede lho! Hamilin anak orang. Dan lebih menyak
last updateLast Updated : 2021-10-11
Read more
Berburu Lingerie
 "Melihat bagaimana stamina Kalila, aku bahkan yakin dia bisa melahirkan lebih banyak dari itu." Mas Dareen menatap ke arahku. Lebih tepat menatap bagian kepala hingga kaki, hingga membuatku kikuk sendiri. Mataku menyipit ke arah Mas Dareen. Ingin sekali mengatakan bahwa apa yang dilakukannya itu sudah keterlaluan. Namun, justru akulah yang terkesan keterlaluan di depan semua orang. Dia kan sekarang suamiku, wajar jika bercanda demikian. 'Tapi ... Apa maksud pria mesum itu sekarang? Apa dia ingin mengatakan pada semua orang bahwa kami sudah melakukannya? Dasar gila! Nggak secepat itu juga kale, Mas!' "Kamu lagi ngapain, Mas?" tanyaku dengan nada heran. Pria itu seolah tak mau berkedip menatap ke wajahku sekarang. "Menatap masa depan. Gak boleh?" Mas Dareen mengangkat kedua alisnya. Aku mendesis. Tersenyum masam. Kalau cewek lain bolehlah klepek-klepek dibucinin. Tapi
last updateLast Updated : 2021-10-11
Read more
Suami Menyebalkan
 "Oh ya, Sayang kamu bilang tadi ada lingerie diskon di Mall. Kamu pasti takut kehabisan kan? Ayuk biar aku antar." Mas Dareen, tiba-tiba ikut bangkit, lalu meraih tanganku. Kontan saja aku menatap bingung, wajahnya lalu jemarinya yang tertaut dengan jemariku erat. Aku tak bisa mengerti bagaimana jalan pikiran Mas Dareen. Apa dia ingin menyelamatkanku dari kebingungan menjawab pertanyaan Nenek? Atau dia sengaja mengejek? Ah, seenggaknya kalau memang mau bantu, ya jangan nyebut lingerie lah. Kan bisa bilang mau beli sabun, odol kek, skincare. Ck. Emang aja, otak dia mesum. "Kalau begitu, kami permisi dulu, Pa, Pi, Ma, Nek." Pria itu berpamitan dengan sopannya. Tersenyum pada semua orang, lalu tersenyum padaku. Sementara aku, hanya bisa melongo mendengar alasannya yang tak masuk akal. Untuk apa aku berburu lingerie diskonan? Lalu pasrah mengikutinya meninggalkan meja makan ke kamar kami.
last updateLast Updated : 2021-10-11
Read more
Ke Hotel Saja
 "Waw ... aku sangat ingin berkomentar, Kalila. Tapi ... aku sadar bahwa berkomentar mengenai seseorang adalah hak netizen," ucapnya dengan tatapan takjub. Dasar buaya! Entah, itu pujian atau dia menahan diri memujiku kali ini. Tapi yang jelas, bukannya aku senang mendengar ucapannya. Tapi ... malah pengen ngakak! Aku tergelak menahan tawa, tapi tak lama tawa itu pecah juga.  "Hahaha." Aku bahkan sampai lupa kalau saat ini tengah berduka. Pernikahan dengan orang yang kucintai telah gagal. Kalau dipikir, Mas Dareen selalu mengalihkan perhatianku tanpa sadar. Saat di meja makan dan tadi saat melihat pasangan pengkhianat itu terlihat mesra, di bibir kamar mereka. "Ck. Sudah kuduga kamu akan tertawa seperti ini. Mana ada wanita yang bisa menolak pesona seorang Dareen?" Pria itu bangkit dari ranjang.  "Wokeh! Ayo kita lanjutkan
last updateLast Updated : 2021-10-11
Read more
Aplikasi Pasangan
Pesan itu datang dari nomor Mas Dewa.   [Kalila, semua belum terlambat untuk kita. Mumpung kamu ada di luar rumah. Katakan sekarang ada di mana? Aku akan menjelaskan semua kesalahpahaman ini]   Dahiku mengerut. Menjelaskan semuanya? Jadi dia meminta kesempatan lagi. Padahal sebelum ini aku sudah keukeh untuk tidak meladeninya. Sepertinya bicara sekali akan cukup. Dia tak akan mengangguku lagi setelah ini.   Tapi ... bagaimana kalau malah aku terpengaruh?   "Ada apa, mukanya anyep gitu?" seloroh Mas Dareen.    Rupanya diam-diam dia memperhatikanku.    "Ahm, nggak, Mas." Aku menggeleng. Tak ingin dia tahu dan ikut campur.   "Pesan dari siapa? Rentenir?"   "Ish ngadi-ngadi! Emang ngapain rentenir
last updateLast Updated : 2021-10-14
Read more
Senyum Mas Dewa
"Aku juga tahu alasanmu kenapa tiba-tiba menikahi Kalila." Ucapan terakhir Mas Dewa membuat mataku sontak menyipit ke arahnya. Dia tahu? Benarkah? Sementara Mas Dareen terlihat diam, menatap pria itu. Lebih tepatnya terlihat tenang. Entah, apa yang ada dalam pikirannya sekarang? "Oya?" Mas Dareen manggut-manggut kemudian. "Huft." Pria itu meniup pelan udara dari mulutnya. Lalu berbalik tubuh menatapku. Sadar ia akan bicara padaku, aku pun menghadap Mas Dareen hingga kami saling tatap. "Katakan padaku, kamu ingin bicara padanya?" tanya Mas Dareen, menatapku dalam. Aku menggeleng. Meski aslinya sangat ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi. Apa yang Mas Dewa lakukan sampai Qinara bisa hamil? Kenapa dia bisa tiba-tiba menjalin hubungan dengan Qinara, dan sejak kapan? "Aku ulangi lagi." Mas Dareen masih menautkan tatapannya padaku. Tak berali
last updateLast Updated : 2021-10-15
Read more
Aku Mencintaimu
 "Dareen?" Mas Dewa mengucap tak suka pada kehadiran suamiku.  Mungkin apa yang ingin disampaikan adalah mengenai Mas Dareen juga. Atau ada sesuatu yang ingin dia sampaikan padaku saja, tanpa mau didengar oleh orang lain. Suamiku justru tersenyum ia seolah tak peduli pada reaksi Mas Dewa yang tak bersahabat itu. "Maaf jika kamu tak suka, mana bisa sebagai suami kubiarkan istriku bicara berduaan dengan pria lain?" "Ck. Sial," decak Mas Dewa. Ya Tuhan, nyaris saja tak pernah kudengar mengumpat selama aku mengenalnya. "Kalau aku membawanya ke atas masuk kamar baru kamu boleh ikut. Kami hanya bicara, di tempat ramai pula. Kenapa kamu harus turut serta?" protesnya lagi. "Apa?" Mas Dareen menatap pria itu.Senyumnya memudar. "Ehm. Ya. Benar. Biarkan Mas Dareen bergabung. Dia suamiku," ucapku kemudian. Tak a
last updateLast Updated : 2021-10-16
Read more
Aku Mencintaimu ....
"Dareen?" Mas Dewa mengucap tak suka pada kehadiran suamiku.  Mungkin apa yang ingin disampaikan adalah mengenai Mas Dareen juga. Atau ada sesuatu yang ingin dia sampaikan padaku saja, tanpa mau didengar oleh orang lain. Suamiku justru tersenyum ia seolah tak peduli pada reaksi Mas Dewa yang tak bersahabat itu. "Maaf jika kamu tak suka, mana bisa sebagai suami kubiarkan istriku bicara berduaan dengan pria lain?" "Ck. Sial," decak Mas Dewa. Ya Tuhan, nyaris saja tak pernah kudengar mengumpat selama aku mengenalnya. "Kalau aku membawanya ke atas masuk kamar baru kamu boleh ikut. Kami hanya bicara, di tempat ramai pula. Kenapa kamu harus turut serta?" protesnya lagi. "Apa?" Mas Dareen menatap pria itu.Senyumnya memudar. "Ehm. Ya. Benar. Biarkan Mas Dareen bergabung. Dia suamiku,"
last updateLast Updated : 2021-10-23
Read more
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status