Eliza menghabiskan waktunya di rumah sakit seorang diri, dia tidak memberikan izin kepada Karan ataupun Zoe menemuinya. Kekecewaan itu semakin menyadarkan Eliza bahwa tidak selamanya teman akan terus menjadi teman baiknya. Seseorang yang diyakini tidak akan memberikan luka, justru dialah luka paling dalam baginya.
Susah payah Eliza bangkit dan menyakinkan dirinya bahwa orang-orang berada bersamanya karena kasih sayang bukan hanya empati. Cinta seorang teman, cinta seorang suami terhadap istrinya. Namun, dia harus kembali menelan pil pahit dalam hidupnya bahwa semua itu tidak berguna lagi.
“Arrgghhttt!!! Sialan! Mengapa semua bersekongkol untuk menghancurkan hidupku? Mereka semua tidak ada bedanya, selama ini apa yang tampak hanya sebuah kepalsuan.”
PRANK!!!!
Suara barang berjatuhan di lantai terdengar dari kamar Eliza. Pekikkan Eliza juga mengejutkan beberapa orang yang berada dekat kamar.
“Suara siapa itu?”
“Ada pasien di kamar sebelah, Dok. Dia baru saja kehilangan bayi dalam kandung