Elena duduk di meja makan, tatapannya tertuju pada piring kosong di hadapan. Perutnya terasa bergejolak, bukan hanya karena mual yang belakangan ini terus menyerangnya, tetapi juga karena ketegangan yang menyelimuti ruangan. Sean duduk di seberangnya, membaca sesuatu di ponselnya sambil sesekali mengangkat cangkir kopinya.
Meja penuh dengan makanan, termasuk daging panggang yang menjadi menu utama pagi itu. Aroma makanan yang biasanya tidak mengganggunya kini terasa seperti serangan yang tak bisa dihindari. Elena meremas tangan di bawah meja, mencoba menguasai dirinya.
“Kenapa piringmu masih kosong?” tanya Sean tiba-tiba, mengangkat pandangannya dari layar ponsel. Tatapannya tajam, penuh rasa ingin tahu.
Elena tersentak, lalu mencoba tersenyum. “Aku sedang tidak berselera makan,” jawabnya.
Sean masih memandang Elena, tatapannya menunjukkan ketidakpercayaan.
“Apa ada yang mengganggumu?” tanya pria itu, datar tapi sangat menuntut.
Sebisa mungkin Elena mencari jawaban yang masuk akal. Di