Hampir setiap hari selama dua minggu, Dewi terus menghajarku dengan pekerjaan yang tidak masuk akal dan tidak ada rasa belas kasih sama sekali. Aku hanya bertahan sembari memikirkan langkah yang kutempuh selanjutnya.
Sari mencoba mencari tahu tentang kedudukan Dewi yang sebenarnya di perkebunan kopi yang luas ini.
“Kamu tenang saja Ri. Aku akan tanyakan kepada orang yang bertanggung jawab penuh dengan perkebunan. Aku tidak percaya jika Mbak Dewi punya kuasa penuh di sini. Kita bisa laporkan ini kepada atasan kalau dia sudah menyalahgunakan jabatan,” hibur Sari.
"Terima kasih, Sar. Hanya kalian yang tahu masalahku di sini. Tapi mengenai anak yang kukandung ini aku …” ucapku terpotong dengan kedatangan Alvian yang tiba-tiba di kantor.
Semua terbelalak melihat sosok tampan yang berdiri di depan pintu. Tatapan tajam menuju ke arahku.
“Apa kalian terganggu dengan pekerjaan kalian dengan kedatanganku?” tanya pria itu dengan tegas.
“Tidak, tidak. Pak. Kami hanya terkejut saja dengan ked