Selama tiga tahun mengabdi sebagai perawat pribadi seorang Nyonya Kaya, Riana tiba-tiba diminta menjadi adik madu dan melahirkan keturunan bagi Alvian--suami sang Nyonya. Sayangnya, tak lama, sang nyonya pun meninggal dan ibu kandung Alvian melakukan berbagai cara agar Riana terusir! Lantas, bagaimana nasib Riana? Apakah Alvian akan menyesal, terlebih bila mengetahui Riana tengah mengandung anaknya?
view moreTok tok tok!
Baru saja beristirahat setelah menghabiskan malam dengan suamiku, aku mendengar pintu kamar kami diketuk.Perlahan kami membuka mata dan saling memandang.Alvian terlihat memberikan isyarat dengan tangan agar aku tidak bangun dari tempat tidur. Dia bahkan sempat meraup kembali bibirku."Mas..." lirihku tak tenang karena ketukan pintu semakin kencang.
Alvian sontak mendesah, “Ckk … siapa, ganggu aja,” keluhnya melepasku, lalu melangkah menuju pintu dan membukanya.“Ada apa Bik?!”
Mereka terlihat berbincang.
Namun, wajah Alvian mendadak panik saat Bibik menyebut nama istri pertamanya.
Suamiku itu berhambur keluar dari kamar diikuti oleh Bibik.
Seketika, aku menyadari apa yang terjadi dan menyesal tidak menjaga istri pertama suamiku itu dengan baik, dan malah menghabiskan malam dengan dengan Alvian.
Baru beberapa hari lalu, kami memang baru saja menikah atas permintaan Yeni.
Semenjak ia sakit kanker 5 tahun lalu, Alvian tidak pernah menyentuh wanita. Padahal, mereka butuh pewaris. Jadi, aku diminta untuk menikahi pria 42 tahun itu.
Meski awalnya menolak, tetapi Yeni terus bersikeras, hingga aku dan Alvian tak punya pilihan.
Aku pun berjalan tergesa menuju kamar mandi, merapikan penampilanku.
Begitu keluar, keadaan rumah sangat panik!
Alvian mondar-mandir sembari memegang ponsel. Sesekali, ia melirik ke arahku dan Bibik yang memandangi tubuh Yeni yang terbaring dengan selimut dalam diam. Kami berdiri di sisi tempat tidur sembari menunggu Alvian. Kaki hendak melangkah mendekat ke tempat Yeni terbaring tetapi dilarang oleh Alvian saat akan menyentuh Yeni.
“Riana, kamu jaga Yeni. Aku ke depan dulu!”
“Bagaimana keadaan Nyonya, Tuan?” tanyaku dengan cemas.
“Aku panggil dokter dulu untuk memastikannya. Jangan kemana-mana!” titah Alvian sembari menyugar rambutnya yang berantakan.
Aku melirik sembari menutup mulut, “Tuan, jangan lupa resletingnya ditutup rapat,” bisikku mengingatkan. Wajah Alvian merah menatap tajam ke arahku. Aku mengangguk memberinya isyarat supaya segera pergi.
Setetes air mata jatuh melihat tubuh yang terbujur di depanku. Selama 3 tahun aku merawatnya baru kali ini aku lalai. “Maafkan Riana, Nyonya,” ucapku lirih.
“Tadi malam Bibik menunggui Nyonya atas permintaan Tuan. Dan semalam Nyonya tertidur seperti biasa. Bibik tidak curiga namun anehnya ketika Nyonya dibangunkan tidak bergerak sama sekali.”
Aku menoleh mendengar cerita Bibik. “Jadi tadi malam bersama Bibik?” Bibik menjawab dengan anggukan.
Tidak lama kemudian dokter datang dengan tergesa dan memeriksa Yeni. Dengan harap cemas aku berdoa semoga ada keajaiban terhadap Yeni. Semua yang berada di dalam kamar tegang melihat dokter yang memeriksa nadi berulang kali. Kemudian berbalik melepas alat medisnya dan menatap Alvian.
“Katakan! Istriku tidak apa-apa, Dokter,” tanya Alvian dengan nada bergetar.
“Maaf, Tuan. Sekali lagi saya katakan jika istri Anda sudah tiada.”
Deg!
Jantungku rasanya jatuh ke perut saat mendengar berita duka.
Meski semua sudah mengira pada akhirnya dengan penyakit yang diderita oleh Yeni tetap saja berita ini membuat kami terpukul. Terutama aku yang sekarang menjadi istri sah dari seorang Alvian.
“Ti-dak ti-tidak mungkin Yeni meninggalkan aku, tadi masih aku lihat denyut nadinya. jangan bicara sembarangan, Dokter!” teriak Alvian menggoncang bahu dokter.
“Ini kenyataan, nadinya sudah tidak berdetak saat saya memeriksanya.”
“Yeni - Yen, kenapa kamu pergi, setelah aku turuti maumu?” luruh Alvian terduduk di samping jenazah Yeni. Aku tergugu melihat kecintaan suamiku kepada istrinya. Terbersit rasa perih saat melihatnya tidak mengiginkan Yeni pergi.
Aku lihat air mata jatuh dari mata Alvian. Laki-laki yang lebih pantas aku panggil Om tersebut ternyata sangat mencintai istrinya bahkan segera bersimpuh dan memeluk tubuh istri pertamanya. \
Tetesan air mata yang deras mengalir dari kami bertiga. Aku dan Bibik berpelukan tidak kuasa melihat tubuh Yeni yang pucat pasi itu tersenyum diam sudah menjadi mayat.
“Tuan, sabar yak. Nyonya sudah tenang di sana ikhlaskan karena tidak merasakan kesakitan lagi.”
“Dia wanita yang kuat bahkan menyuruhku menikah.” Alvian menatap Yeni yang pucat, “maafkan aku yang tidak bisa membuat kamu bahagia, Yeni,” jawabnya sembari meraub wajah Yeni dengan tangan kanannya.
“Tuan saya ikut berduka cita atas meninggalnya Nyonya,”ucap Bibik.
“Terima kasih, Bik.”
“Tuan Alvian, saya juga turut berduka cita. Semoga Almarhum mendapat tempat terbaik di SisiNya. Saya permisi dulu,” ucap dokter pamit.
“Terima kasih banyak Dokter, maafkan segala kesalahan istri saya.”
“Sama-sama Tuan, permisi.”
Aku memberanikan diri memeluk Alvian untuk menenangkannya. Sejak tadi kulihat dia sangat sedih dan tidak bergerak dari tempatnya. Kubisikkan kalimat untuk segera mengurus jenazah Yeni agar Almarhum segera dikubur. Alvian tersadar dan segera menghubungi orang-orang terdekatnya, termasuk Weni, mama mertua yang tidak menyetujui pernikahan kami.
“Tuan, sebaiknya kita adakan kirim doa untuk arwah Nyonya. Kita undang tetangga terdekat saja,” tawarku.
“Kamu atur saja dengan Bibik,” jawab Alvian tanpa menoleh kepadaku.
Semua kerabat berdatangan dan sebagian menginap selama kami berkabung selama 7 hari termasuk Weni, mama mertuaku.
Selama 7 hari, Weni tidak pernah bersikap baik ketika kami sedang berdua. Tetapi sebaliknya jika ada Alvian sikapnya seperti sangat manis bahkan memuji setiap tindakanku.
Hari ini terakhir acara kirim doa.
Entah mengapa, Weni mendekat dan berbisik, “Setelah ini aku mau bicara! Kutunggu di taman samping dan ingat, jangan coba ngadu kepada anakku, ngerti?!” ancamnya.
Kami saat ini sedang berkumpul untuk merayakan unversari pernikahanku dengan Alvian. Gedung mewah menjadi momen kebahagiaan kami yang sudah mengaruhi bahtera rumag tangga selama 15 tahun. Undangan para kolega dan sahabat kami berikan memperingati kebahgiaan kami saat ini. Aku dan Alvian berdiri menatap para tamu yang datang. Sari dengan keluarganya, Siti dengan calon tunagannya. Hari yang membuat kami bahagia setelah melewati semuanya dengan penuh ketegangan selama ini. Cahaya lampu kristal yang berkilauan menerangi ruangan ballroom yang megah. Alunan musik romantis mengalun merdu diiringi tarian para tamu undangan. Di tengah keramaian, aku dan Alvian berdiri bergandengan tangan, saling menatap dengan penuh cinta dan kebahagiaan. Malam ini adalah malam spesial, malam di mana kami merayakan 15 tahun pernikahan kami. Lima belas tahun telah berlalu sejak kami mengucapkan janji suci pernikahan hanya di depan para saksi dan keluarga. Perjalanan pernikahan kami tidak selalu mulus. Ada rin
Sebagai manusia, kita hanya punya rencana. Selebihnya adalah Tuhan yang punya kuasa. Aku dan Alvian tidak hentinya bersyukur dengan kondisi kami saat ini. denga cobaan yang sering datang silih berganti dengan keterbatasan kemampuan akhirnya kami berhasil melewati semua ini dengan baik. Perjodohan dari sebuah perjanjian yang menjadikan kami pelajaran hidup yang tidak bisa digantikan. Benih-benih cinta tumbuh seiring perjalanan cinta yang luar biasa. Kami tidak sangka jika akan dipertemukan dalam situasi sepertisaat ini di mana Alvian yang uasianya jauh di atasku menjadi suamiku dengan semua ketulusan dan kasih sayangnya. Di malam hari, saat bulan bersinar kami mengungkapkan rasa cinta dengan dari dalam diri dengan penuh kekaguman. Aku memandangi Alvian dengan penuh kasih sayang. Kubalut tubuh polos kami dalam selimut tebal dengan mengungkapkan kata-kata mesra. “Mas, tak pernah kubayangkan perjodohan yang awalnya terasa asing dan penuh keraguan ini, justru mengantarkan kita pada cinta
Lima tahun berlalu, persahabatanku dengan Sari dan Hendra tidak pernah putus meski mereka tidak lagi menjadi bagian milik kami. Sari membuka usaha baru dengan toko makanan sebagai pendamping butiknya yang masih kecil dengan Hendra. Ditambah kedua orang tuanya ikut membantu usahanya seperti ayah dan ibuku. Sari dan Hendra bagaikan dua pasang sepatu yang serasi. Sejak awal pernikahan mereka, mereka selalu saling mendukung dan bahu membahu dalam segala hal. Semangat kewirausahaan yang mereka miliki mendorong mereka untuk membangun usaha bersama. Awalnya, mereka memulai usaha kecil-kecilan di rumah. Sari, dengan bakat memasaknya yang luar biasa, mulai membuat kue dan camilan rumahan. Hendra, yang pandai dalam hal pemasaran dan penjualan, mempromosikan produk Sari melalui media sosial dan menjajaki pasar online. Usaha mereka yang kecil perlahan-lahan mulai berkembang. Kue dan camilan Sari mendapat banyak pujian dari pelanggan karena kelezatan dan kualitasnya. Hendra pun berhasil memperlu
Alvian, dengan tekad dan kegigihannya, berhasil mengembangkan perusahaan milik Yeni hingga mencapai puncak kejayaan. Perusahaan yang dulunya hanya sebuah usaha kecil di Medan, kini telah menjelma menjadi raksasa di bidangnya, dengan jangkauan yang mendunia. Alvian melangkah dengan penuh keyakinan dan tekad di lorong-lorong kantor pusat perusahaan Yeni. Dasi yang rapi dan kemeja putihnya tak lekang oleh keringat yang membasahi dahinya. Tatapan matanya tajam dan berbinar, memancarkan aura optimisme yang tak tergoyahkan. Langkahnya tegas dan penuh tujuan, seolah-olah dia tahu persis ke mana dia ingin pergi dan apa yang ingin dia capai. Di balik kesuksesan Alvian, tersembunyi sebuah perjuangan panjang dan penuh rintangan. Dia memulai karirnya di perusahaan Yeni sebagai karyawan biasa, dengan gaji yang pas-pasan dan jam kerja yang panjang. Namun, dia tidak pernah puas dengan keadaan yang ada. Dia selalu memiliki mimpi besar untuk membawa perusahaan Yeni ke puncak kejayaan. “Mas, melihat
Andini dan Aldo, dua buah hatiku, tumbuh dengan pesat, mekar menjadi tunas-tunas cerdas dan berprestasi. Kecerdasan mereka bagaikan mentari pagi, menerangi setiap langkah mereka. Di bangku sekolah, mereka selalu bersinar, menorehkan prestasi demi prestasi. Andini, si sulung, dengan kecerdasannya yang analitis, selalu unggul dalam bidang matematika dan sains. Ia bagaikan kompas yang selalu menunjukkan arah yang tepat, memecahkan setiap soal dengan kejelian dan logika yang luar biasa. Malam hari di ruang keluarga, setelah makan malam. Aku dan Alvian duduk di sofa, menikmati teh hangat sambil berbincang tentang anak-anak. "Mas, kamu lihat Andini dan Aldo hari ini? Mereka benar-benar luar biasa!" "Iya, aku juga perhatikan. Prestasi mereka di sekolah selalu membanggakan." "Andini, si sulung, makin jago aja nih di bidang matematika. Dia selalu mendapatkan nilai sempurna di setiap ujian." "Iya, dia memang cerdas dan tekun belajar. Aku yakin dia akan menjadi seorang yang sukses di masa de
Akhirnya Sari dan Hendra mendapatkan kebahagiaan dengan pernikahannya. Kami sekeluarga sangat senang dengan kondisi Sari yang telah diterima oleh kedua orang tuanya pasca penolakan. Mereka tetap bekerja di butik milikku. Hendra sedikir demi sedikit diajari oleh Alvian tentang cara membuka usaha baru agar tidak dipandang rendah oleh kedua mertuanya. Dia mengajarkan bagaimana bertanggung jawab kepada keluarga besar Sari yang tinggal bersamanya. Setahun berlalu, kami, aku dan Sari memiliki keluarga yang bahagia dengan pencapaian masing-masing. Aku tidak lagi memperkerjakan Sari di butik karena dia sudah memilih usaha barunya bersama suami meski hanya kecil-kecilan. Kedua orng tuanya sudah mulai menerima Hendra yang menyayangi Sari dan keluarganya tanpa pilih kasih. Sari juga sudah dikaruniai seorang anak dari pernikahannya. Hawa hangat pagi hari menyelimuti rumah kecil Sari dan Hendra. Suara tawa riang anak mereka, Dinda, terdengar dari ruang tamu. Sari sedang menyiapkan sarapan di dapu
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Mga Comments