POV Dinda
Lama-lama kehamilanku ini malah tambah parah rasanya, mulai nggak bisa semua makanan aku nikmati dan aku juga nggak bisa menerima bau-bauan yang hinggap ke hidungku. Rasanya tuh mual dan lama-lama mau muntah. Sepertia saat ini, tetiba wangi parfum yang malah bikin kepalaku pusing.
Wanginya nggak nyengat, nggak terlalu strong, manly tapi herannya nggak bisa aku terima dan lebih kagetnya kala mendapati bahwa Pak Ragalah pemilik wangi itu. Beliau ada di depan kubikel aku, spontan aku lirik teman-teman timku takut ada yang salah paham melihat 'kedekatanku' dengan Pak Raga.
"Din, sarapan dulu." Beliau nyimpan sesuatu, kotak makanan karena aromanya tercium nikmat. Kayanya enak, lagian kebetulan belum sempat sarapan.
"Buat saya Pak?" tanyaku sok pura-pura.
"Menurutmu buat siapa? Nggak ada orang lain lagi di ruangan ini."
Ya karena memang cuma baru beberapa yang datang, itupun mereka lagi di pantry, biasalah sarapan, ngopi sambil gosip.
Pak Raga tergolong bos yang rajin, masih ada