Selingkuhan Suamiku

Selingkuhan Suamiku

last updateLast Updated : 2025-04-20
By:  NonaReinOngoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
2 ratings. 2 reviews
32Chapters
1.3Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

[Selamat kerja suamiku… uh tambah ganteng habis cukuran.. jadi nggak rela buat dilepas] Keningku mengernyit dalam membaca status tetangga baruku, Miska. Aneh.. bukannya dia janda ko bikin story hati-hati di jalan suamiku. Suami yang mana? Apa dia lagi ngehalu? Aku terkekeh sambil geleng-geleng kepala. Makin hari aku makin penasaran tiap kali janda tetangga sebelah rumahku ini bikin status whatsapp, dan makin lama aku makin curiga karena statusnya selalu mengarah pada ciri-ciri suamiku. Apa ini hanya kebetulan atau janda sebelah rumahku ini nyatanya ada main dengan suamiku?

View More

Chapter 1

Status Whatsapp

Keningku mengernyit dalam membaca status tetangga baruku, Miska. Yang membuatku keheranan karena statusnya itu janda, aku tahu sendiri sewaktu kami berkenalan pertama kali pas dia pindahan dan kami ujungnya bertukar nomor ponsel, katanya biar mudah kalau ada apa-apa. Secara dia belum punya tetangga di komplek perumahan kami.

[Selamat kerja suamiku… uh tambah ganteng habis cukuran.. jadi nggak rela buat dilepas]

“Suamiku? Bukannya dia janda ko bikin status kaya gitu?"

Kebetulannya, storynya baru dia buat setelah suamiku pergi berangkat ke kantor sekitar lima menit lalu.

"Apa dia lagi ngehalu?" Aku terkekeh sambil geleng-geleng kepala. Selalu saja ada manusia aneh secara kebetulan di muka bumi ini.

Jarak rumahku dengan tetangga sebelah tidak terlalu jauh hanya terhalang pagar besi tinggi sebagai pembatas rumah kami, jadi aku tidak bisa melihat rumahnya dan dari rumahnya tidak bisa melihat rumahku.

Bentar! Aku baru ingat kalau suamiku habis cukur rambut kemarin malam. Apa jangan-jangan story tetangga sebelah itu buat suami aku ya? Ah tapi mana mungkin, ini hanya kebetulan saja. Di dunia ini bukan cuma suami aku yang cukur rambut.

Kulempar ponselku ke atas sofa, lalu beralih menonton acara televisi. Sebagai wanita yang bekerja di rumah, waktuku cukup fleksibel. Tidak harus berangkat pagi-pagi dan pulang sore, aku hanya akan ke kantor kalau ada yang harus aku urus, selebihnya cukup menatap laptopku dari rumah.

Hari beranjak makin siang, ponselku berdering menampilkan nama Kantor tertera di layarku.

[Hallo Mbak Dinda, Pak Wira minta Mbak buat ke kantor siang ini. Katanya ada yang mesti dibicarakan, Mbak]

Suara sekretarisnya Pak Wira alias pemilik perusahaan penerbitan tempatku bekerja terdengar tanpa jeda seperti biasa.

"Tumben, ada masalah, Mel?"

[Nggak sih, Mbak. Cuma katanya ada yang penting yang mau dibicarakan. Penting banget, Mbak]

"Oke deh, Mel. Saya siap-siap dulu nanti saya langsung on the way ya]

Terpaksa aku mandi. Padahal rencananya hari ini aku ingin berleha-leha baru mandi sore nanti.

Kebetulan aku keluar rumah, sekalian aku mau ngajakin suamiku, Mas Fahri makan siang. Kukirim pesan pada suamiku.

[Mas, kita makan siang bareng yuk. Kebetulan aku mau keluar, aku mau belanja ke supermarket]

Mas Fahri sebenarnya tidak tahu kalau aku bekerja sebagai salah satu penulis di salah satu platform novel online dan merangkap sebagai editor di sana. Jadi editor sebelum novel naik cetak. Terpaksa aku tidak kasih tahu Mas Fahri, karena sejak tiga bulan lalu uang yang diberikan Mas Fahri pas-pasan. Aku tidak bisa menabung untuk bekal kalau nanti ada apa-apa. Mas Fahri berasalan kalau mamanya yang tinggal di luar kota minta jatah banyak tiap bulannya untuk kebutuhan rumah dan lain-lain. Terpaksa suamiku itu memberikan jatah yang sama, padahal pengeluaran aku jauh lebih banyak untuk bayar cicilan dan lain-lain. Daripada mengeluh, mendingan aku cari uang sendiri.

[Maaf Sayang.. Mas udah makan barusan dipesenin sama Tiara] Balasan dari suamiku.

[Oh ya udah gak apa-apa, Mas. Nanti biar makan malam di rumah aja, biar nanti aku masak]

Nggak jadi pikiran buatku, toh Mas Fahri sering dipesankan makan siang sama sekretarisnya, Tiara.

Kulangkahkan kaki ke kamar di lantai atas buat bersiap-siap untuk menuju kantor penerbitan.

Cukup setengah jam buatku mandi lalu berpakaian rapi, dan taksi online yang sudah aku pesan sejak 15 menit lalu baru saja sampai di depan rumah. Gegas aku mengunci pintu rumah dan masuk ke mobil, tak sengaja aku melirik rumah janda sebelahku itu dan melihat anaknya yang masih balita itu menangis kencang diasuh oleh pembantunya.

"Loh kenapa nangis terus, Bik? Mbak Miskanya kemana?" tanyaku untuk minta berhenti dulu tepat di depan rumah Miska, cukup bertanya dengan membuka kaca jendela saja.

"Bu Miskanya sedang keluar Non," jawab pembantunya itu sedikit kerepotan karena anak majikannya tak kunjung berhenti menangis.

"Ya udah nanti saya bantu telpon Mbak Miskanya ya, kasih tau anaknya nangis terus." Kataku dan pembantunya Miska menganggu sambil mengucapkan terima kasih.

Karena kasihan melihat Aurel, anaknya Miska yang baru berusia satu tahun setengah itu menangis terus, kuputuskan menghubungi ibunya. Namun sebelum menghubungi Miska, aku liha storynya dulu. Entahlah semenjak story tadi pagi bikin aku penasaran.

[Makan siang bareng suami, makasih suamiku udah ajakin makan siang.. emot pelukan]

"Suamiku?" Aku bergumam dengan hati bertanya-tanya tentang statusnya dia. Apa dia menyembunyikan statusnya dariku atau dari warga komplek, apa dia jadi wanita simpanan?

Ah, aku menggeleng. Tak jadi menghubungi Miska, takut malah mengganggu waktu makan siang bareng suaminya itu. Lagian ada pembantunya yang jagaian Aurel. Aku lanjut jalan ke kantor.

*

"Jadi novel online saya mau naik cetak, Pak?"

Alhamdulillah akhirnya novel pertamaku naik cetak, bahagianya aku bisa membuat karya yang nantinya akan menambah pundi-pundi uangku. Terhitung memasuki bulan keempat aku bekerja dan tiga bulan lalu novelku sudah tamat yang jumlah babnya tidak terlalu banyak.

Platform tempatku menulis online masih satu perusahaan dengan perusahaan penerbitan tempatku bernaung saat ini.

"Iya Dinda, viewers novel kamu kan udah lebih dari dua juta viewers dan respon pembaca positif. Siapa tau setelah naik cetak, ada PH yang lirik novelmu itu."

"Aamiin..." Kuaminkan dan semoga do'aku tembus ke langit, berharap dari hobiku ini akan menghasilkan pendapatan dan tentunya pengalaman baru di duniaku ini.

Selesai bicara dengan Pak Wira, aku punya rencana buat mampir ke kantornya Mas Fahri yang jarak kantornya tidak terlalu jauh dengan tempatku berada saat ini. Dengan naik taksi, aku berangkat ke kantor suamiku.

Tak sampai sepuluh menit, aku sudah sampai di gedung suamiku bekerja. Gedung yang digunakan bersama-sama dengan perusahaan lain, suamiku hanya menyewa beberapa lantai saja. Itu yang aku tahu. Dia baru dua tahun merintis perusahaan barunya dan alhamdulillah bisa bertahan.

"Eh Bu Dinda." Tiara nyapa aku yang tersenyum padanya.

"Suami saya ada kan, Tiara?"

"A-ada Bu.." Wanita yang umurnya di bawahku itu bergegas membukakan pintu ruangannya Mas Fahri yang sebelumnya mengetuknya lebih dulu. "Pak, maaf ada Ibu Dinda."

Tanpa Mas Fahri suruh, sekretarisnya itu bergegas membereskan sisa-sisa piring kotor bekas makan siang di meja ruangan tempat suamiku menjamu tamu.

Tapi, aku sedikit melirik kala ada dua bekas piring kotor yang diangkut Tiara keluar dan dua gelas bekas minuman juga.

"Hai Sayang, tumben ke kantor? Katanya mau ke supermarket?" Mas Fahri nyium aku, lalu aku duduk di kursi seberang tempat duduk kebesarannya Mas Fahri.

"Mampir dulu ke sini, Mas. Aku mau belanja di supermarket dekat kantor Mas aja, sambil mastiin Mas udah makan apa belum."

Mas Fahri terkekeh, lalu nyubit hidung aku.

"Bilang aja kangen, pake alesan segala." Kemudian Mas Fahri menghadiahiku kecupan di puncak kepalaku, hal yang selalu bikin aku tersentuh.

"Oh ya Mas, emangnya Mas tadi sama siapa? Ko ada bekas piring dua yang dibawa Tiara?"

Jujur, aku penasaran. Mana minumannya tadi ada dua lagi.

"Oh itu bekas makannya Tiara, tadi Mas minta dia sekalian makan sama-sama. Maaf ya, nggak bisa makan siang sama-sama keluar, waktunya nggak sempet, tapi kalau tau kamu mau kesini mungkin tadi aku tunggu buat makan siang sama-sama."

Aku memaksakan senyum, bukan itu yang aku masalahkan sekarang. Lagipula aku nggak akan marah kalau suamiku nggak bisa makan sama-sama, kami bukan pengantin baru lagi di saat usia pernikahan kami sudah mau menginjak usia satu setengah tahun.

Sebelum aku masuk ke ruangan ini, tadi di depan sana, aku melihat Tiara sedang melahap makan siangnya. Nasi merah lengkap dengan temannya yang lain. Apa iya dia makan lagi setelah makan siang dengan suamiku?

Aku jadi curiga suamiku sedang berbohong.

***

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Elmi Syafrina
Kenapa lama menunggu episode berikutnya Sudah g sabaran
2025-06-04 19:26:46
1
user avatar
Elmi Syafrina
Seru Bagus Terbawa dlm cerita Tp menunggu ongoingnya lama banget
2025-06-04 19:25:45
1
32 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status