Malam itu udara terasa lebih dingin dari biasanya, namun bukan hanya hawa dingin yang membuat suasana di dalam mobil begitu beku. Raka mengemudikan kendaraan dengan tatapan kosong, sesekali mencuri pandang ke arah Sarah yang duduk diam di sampingnya. Tak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut mereka sejak meninggalkan kantor Sarah, tempat Nadia baru saja menciptakan kekacauan yang tak terelakkan.
Kata-kata Nadia masih terngiang jelas di telinga Raka, seperti sebuah lonceng peringatan yang terus berdentang tanpa henti. Ia menekan pedal gas sedikit lebih dalam, berusaha mengalihkan pikirannya dari wajah wanita itu, tetapi bayangan Sarah yang bersikap dingin di samping membuat beban itu semakin berat.
Sementara Sarah di sisi lain, berusaha sekuat tenaga untuk tidak meluapkan semua pertanyaan yang berkecamuk dalam benaknya. Dia tahu, suasana hati Raka tidak memungkinkan untuk diinterogasi saat ini. Namun, hatinya tetap tergores setiap kali mengingat adegan Nadia yang