“Kenapa kamu malah nanya begitu?” Raka memandang Sarah dengan tatapan penuh tanda tanya. Ia bingung dengan arah pembicaraan ini.
Sarah menghela napas, menatap Raka dengan mata yang kini mulai terlihat lelah. “Wajar dong, Mas. Dari tadi yang aku dengar, Mas terus nyalahin diri sendiri dan kasihan sama Mbak Nadia.”
Nada suara Sarah terdengar ringan, tetapi ada sesuatu yang lain di sana—sesuatu yang menyentuh ego dan rasa bersalah Raka. Ia tahu, istrinya sedang cemburu.
“Kamu cemburu?” tanya Raka, mencoba memastikan apa yang baru saja ia dengar.
Sarah mendengus kecil, pandangannya beralih ke arah jendela. Angin malam menggesek dedaunan di luar sana, menciptakan suara samar yang membuat keheningan di dalam kamar mereka terasa semakin nyata. “Mas pikir?”
“Kamu istriku, Sarah. Mana mungkin aku masih mikirin orang lain,” jawab Raka dengan suara yang lebih rendah, seperti mencoba menenangkan