Davis seketika menoleh pada Daisy. “Ya.”
Dasha semakin kesal setelah Davis berbicara. “Aku ingin sekali merobek wajah berandal ini, tetapi aku tidak mungkin melakukannya di depan Daisy,” batinnya.
Dasha tiba-tiba berdiri. “Aku harus mengangkat panggilan dari ayahku sekarang. Kalian mengobrollah selama aku pergi.”
“Paman David,” gumam Davis ketika Dasha melewatinya.
Dasha seketika berhenti berjalan, menoleh pada Davis. “Apakah Davis baru saja mengatakan Paman David?” gumamnya.
Dasha bertatapan dengan Daisy, bergegas pergi. “Aku sepertinya salah mendengar karena terlalu kesal pada Davis. Berandal itu tidak mungkin mengenal ayahku. Dasar menjengkelkan!”
Davis dan Daisy sama-sama diam, tenggelam dalam pikiran masing-masing.
“Apakah Dasha marah padaku? Dia tampak kesal melihatku,” ujar Davis.
“Apa?” Daisy berusaha setenang mungkin. “Aku yakin Dasha tidak marah padamu. Dia memang terlihat ketus jika sedang diam. Beberapa orang memang memiliki wajah ketus.”
“Syukurlah. Aku takut jika ak