Seperti yang sudah-sudah, kedatangan tamu bermobil mewah apalagi bernomor seri plat B, akan membuat keramaian tersendiri. Satu persatu para tetangga, terutama kaum wanita mulai berdatangan, tepat di saat Om Gunadi dan Om Tito mulai turun dari kendaraannya. Godaan-godaan genit nan merayu pun langsung terdengar, ditambah dengan suara cekikikan genit khas perempuan.
"Sarah apa kabar?" tanya Om Gunadi, tepat saat langkah kakinya mulai menjejak di teras rumah. Aku tersenyum tipis, mengangguk pelan. "Ba-baik, Om."
Terlihat, kedua tangan Om Tito yang berdiri di belakang Om Gunadi, menenteng dua kantong plastik belanjaan ukuran besar, yang aku tidak tahu apa isinya.
"Duduk dulu, Om." Aku mempersilahkan kedua tamu dari Jakarta itu untuk duduk terlebih dahulu di bangku teras rumah, mereka pun mengikuti saranku.
"Mau minum apa, Om?" tanyaku kepada mereka berdua.
"Tidak usah Sarah, kami baru saja minum. Oh, iya, emakmu mana?" tanya Om Gunadi, sementara aku masih berdiri di hadapan mereka, dan Om