Seorang pria tua sedang memandangi sebuah lukisan yang sangat besar di ruangan pribadinya. Pada lukisan tersebut terlihat sebuah pemandangan alam yang hijau, aliran air yang sangat indah, dan beberapa ekor kuda yang sedang memakan rumput. Di atas tebing terdapat seorang pendekar dengan pakaian berwarna hitam.
"Sudah lima ratus tahun berlalu, tetapi tak ada seorang pun yang bisa membebaskanmu dari belenggu portal air itu. Apakah aku harus menunggu ratusan tahun lagi untuk bertemu denganmu, Anakku?"
Pria tua itu adalah seorang guru ilmu beda diri yang telah hidup ratusan tahun. Ia mempertahankan hidupnya hingga pada zaman ini untuk menemui putranya yang merupakan seorang pendekar. Lima ratus tahun yang lalu Pendekar Bintara berhasil dilumpuhkan oleh lawan, sehingga rohnya dibelenggu di dalam sebuah sungai dengan portal air yang sangat kuat. Tak ada yang bisa memecahkan portal tersebut kecuali seorang pemuda yang dalam keadaan sekarat dan masuk ke dalam sungai itu saat gerhana matahari tiba. Sangat mustahil terjadi, namun ayah dari pendekar tersebut sangat yakin suatu saat ada yang bisa menyelamatkan roh putranya. Pria bernama Walan Mung tersebut menyamar menjadi pengusaha sukses untuk bisa hidup normal pada zaman sekarang.
"Siapapun yang berhasil membebaskanmu dari belenggu itu, aku akan memberikan seluruh kekayaanku padanya mengabulkan apa yang ia mau. Setelah itu, kita bisa pergi dengan tenang bersama, Bintara," ucapnya lagi.
Tiba-tiba sungai yang ada pada lukisan itu bergerak dan bergetar. Walan Mung sangat terkejut melihat penampakan itu. Ia nyaris tak percaya ini, jika hal itu terjadi maka ada seseorang yang saat ini menjadi pembebas roh Pendekar Bintara di sungai itu. Walan pun segera mengambil tongkatnya dan pergi dari sana.
Di sisi lain, tubuh kelvin terhempas masuk ke dalam air bersamaan dengan gerhana matahari yang membuat redupnya langit. Sosok pendekar yang telah terkunci ratusan tahun yang lalu di sungai itu pun terlepas dari portal pengunci. Akhirnya roh pendekar itu memasuki tubuh Kelvin yang sekarat. Membuat kedua mata Kelvin yang awalnya tertutup rapat, terbuka dengan sempurna. Kedua lensa mata Kelvin berubah menjadi biru sebelum ia berenang menuju ke atas.
Kelvin keluar dari dalam sungai bersaman dengan Walan yang sampai di tepi aliran sungai. Walan terperagah melihat seorang remaja dengan mata biru berjalan ke arahnya. Sorot mata remaja laki-laki itu adalah milik Pendekar Bintara. Walan tersenyum senang nyaris menangis.
"Bintara ... Itukah kau?"
Kelvin tersenyum sambil mengangguk. "Ayahanda ... aku di sini." Usai mengatakan itu tubuh Kelvin limbung. Walan langsung menahan tubuh tersebut dengan kekuatannya. Walan merangkul Kelvin sebelum mereka berdua menghilang dari sana.
Saat terbangun dari ketidaksadarannya, Kelvin mendapati dirinya berada di sebuah kamar yang mewah. Ia tak kenal tempat ini, otaknya masih belum bisa mencerna keadaan dengan baik. Tiba-tiba pintu kamar itu terbuka, menampilkan seorang pria tua bersama beberapa pelayan yang membawa troli berisi makanan. Kelvin memperhatikan pria tua itu yang tersenyum sambil mendekat ke arahnya.
"Kau pasti bingung dengan apa yang terjadi. Tetapi aku akan memperlihatnya padamu agar kau mudah mengerti," ucap Walan ramah.
"Kau siapa, Kek?" tanya Kelvin.
"Aku adalah Walan Mung seorang guru bela diri yang hidup sejak ratusan tahun yang lalu."
Kelvin menautkan keningnya bingung. "Mana mungkin itu terjadi," ucapnya tak tercaya.
"Sekarang duduklah. Aku akan perlihatkan semuanya padamu," titah Walan.
Kelvin pun menuruti apa kata Walan dan mengubah posisinya menjadi bersila di atas ranjang. Kakek Walan meletakkan kedua jempol tangannya di kedua pelipis Kelvin, lalu menghantarkan kekuatannya. Seketika Kelvin terlelap, jiwanya tertarik ke sebuah alam yang berbeda, di mana ia bisa menyaksikan Pendekar Bintara yang dibelenggu di dalam air. Kelvin juga melihat sosok Walan yang bertahan dari tahun ke tahun untuk menunggu ada seseorang yang mampu memecahkan portal belenggu itu. Hingga terakhir ketika Kelvin menjadi tempat bersarang roh Pendekar Bintara untuk sementara.
"Kau sudah melihatnya?"
Kelvin membuka matanya dengan tatapan terkejut. Ia tak menyangka hal seperti itu benar adanya. Namun, faktanya ada di depan matanya sekarang. Maka tak ada alasan untuknya mengelak hal itu.
"L-lalu apa yang harus aku lakukan sekarang?" tanya Kelvin.
"Sesuai janjiku, aku akan menyerahkan semua kekayaanku padamu dan mengabulkan apa yang kau mau," sahut Walan semringah.
"S-semuanya? Padaku?" tanya Kelvin tak percaya.
"Ya. Dengan satu syarat, kau harus menampung seluruh kekuatan kami hingga kau turunkan pada keturunanmu. Dengan begitu, kami merasa akan hidup selamanya walau kami telah tiada," ungkap Walaun membuat Kelvin kembali dilanda keterkejutan.
Kelvin terdiam untuk sejenak, ia bimbang untuk menerima kesepakatan itu. Namun, ketika ia mengingat tentang ibunya yang diculik dan dirinya yang disuntik oleh cairan mematikan kemudian dibuang ke sungai, membuat emosi Kelvin tersulut. Ia berpikir ini adalah sebuah kesempatan untuknya membuat orang-orang yang bersalah membayar semua perbuatannya.
"Baiklah aku bersedia melakukannya," ucap Kelvin mantap,
Walan tersenyum lebar. "Kau akan aku latih menggunakan kekuatan itu agar kekuatan tersebut bisa kau kendalikan. Kau harus mengajarkannya juga pada keturunanmu sebelum menyerahkan kekuatan tersebut."
"Lalu bagaimana dengan ibuku? Ibuku diculik entah oleh siapa dalam keadaan sakit. Aku haus menyelamatkannya terlebih dahulu, Kek," ucap Kelvin.
"Kau tak boleh keluar dari sini selama jiwa Pendekar Bintara ada pada tubuhmu. Jika kau sekarang pergi dari sini, maka kau akan kehilangan kesempatanmu untuk mendapatkan apa yang aku janjikan," jelas Walan.
"A-aku ...."
"Jika kau sekarang pergi untuk menyelamatkan ibumu, belum tentu kau bisa melakukannya. Kau akan kalah dengan orang yang berkuasa dan memiliki banyak uang," sambung Walan. Mendengar hal itu membuat Kelvin tersadar akan fakta itu. Apa yang dikatakan Walan sungguh benar adanya. Tak banyak yang bisa ia lakukan untuk menyelamatkan ibunya.
"Baiklah, Aku akan tinggal bersamu di sini dan melakukan apa yang kau pinta. Setelah itu, aku akan bergerak sendiri untuk menghukum para penjahat yang telah memperlakukan aku dan ibuku dengan kejam. Mereka harus membayar apa yang telah mereka lakukan," tutur Kelvin penuh dengan harapan dan ketegasan.
Sejak saat itu, Kelvin menutup dirinya dari publik. Ia belajar beladiri dengan giat bersama Walan di mansion mewah tersebut. Tak hanya diajarkan bela diri, Kelvin juga belajar bagaimana mengelola bisnis besar milik Walan yang akan segera berpindah ke tangannya.
Pelatihan yang diberikan oleh Walan berlangsung selama tiga tahun. Setelah pelatihan itu selesai, mereka menuju sebuah hutan yang dalam. Di atas tebing mereka melakukan peralihan kekuatan ke tubuh Kelvin. Walan dan Pendekar Bintara lenyap usai memindahkan seluruh kekuatan mereka, menyisakan Kelvin yang berdiri dengan gagah di atas terbing.
"Aku akan segera membalas kalian, tunggu kemunculanku dengan identitas baruku yaitu Tuan Bintara," ucap Kelvin tersenyum penuh kemenangan.