Lucas berjalan pelan menyusuri, meninggalkan pemandangan yang tak akan mudah hilang dari benaknya. Tapi langkah kakinya terasa berat, seolah hatinya tertinggal di kamar mandi bersama Grace dan Alric.
Sementara itu, di balik pintu yang kini tertutup, Grace masih dalam dunia kecilnya yang hangat. DIa duduk di atas karpet tebal sambil menggendong Alric yang kini sudah dibungkus handuk lembut berbentuk kelinci. Wajah mungil bayi itu menempel di dada Grace, mendengarkan detak jantungnya, seperti menemukan rasa aman yang dia butuhkan.
Grace mengayun perlahan tubuh Alric, menatap matanya yang mulai lelah. Jemarinya menyusuri rambut halus di kepala bayi itu, membisikkan doa-doa kecil yang dia simpan jauh di dalam hati.
“Alric... kalau suatu hari kamu bisa bicara, dan kamu bertanya siapa aku, mungkin kamu akan bingung. Tapi aku janji, aku akan selalu jadi tempat pulangmu,” bisiknya pelan.
Tepat saat itu, Alric tertidur dalam pelukan. Nafasnya tenang, senyumnya samar, dan tubuhnya yang mungil t