“Kay,” ujar Prabu tiba-tiba, memecah kesunyian.
“Hm?” Kay menyahut tanpa memalingkan pandangan dari deretan rumah-rumah yang tampak bergerak di luar sana.
“Ingat, hari ini, kamu tidak perlu membuktikan apa-apa kepada siapa pun. Kamu hanya perlu peduli pada dirimu sendiri.”
Kata-kata itu, sederhana tetapi penuh makna, membuat Kay tertegun. Dia menatap Prabu, dan untuk pertama kalinya, dia melihat sesuatu yang lebih dari sekadar pria keras kepala yang dia namai Bapak Tua pada kontaknya itu.
“Saya pernah merasakan rasanya tidak dihargai! Jadi bersikaplah anggun dan jangan terlihat kalah!”
Tak ada kata-kata sahutan dari mulut Kay. Dia hanya melirik ke arah Prabu dengan pandangan penuh tanya. Hanya mengumpat dalam dada tanpa berniat menimpali.
"Duh, tumben baik, lagi kesambet apa, ya?"
Kay sesekali melirik jam yang melingkar pada tangannya, sesekali melihat layar google maps dan mengarahkan Pak Maman menuju ke arah rumahnya. Jalanan yang macet membuat Alphard hitam itu harus berhenti d