Marsha menatap Kay dengan kecamuk perasaan. Jelas sekali terlihat Mirna---mertuanya menatap Kay dengan pandangan penuh rasa sayang, memeluknya dan terlihat berbicara dengan penuh perhatian. Jujur, hati Marsha memberontak. Rasa tak terima, rasa kalah dan merasa tak dihargai tiba-tiba menyeruak.
“Sialan memang kamu, Kay! Kenapa malah aku yang merasa kalah sekarang?”
Marsha hanya mampu menggumam dalam diam. Sesekali dia masih harus tersenyum ketika ada tamu undangan yang mengucapkan selamat padanya. Sementara itu, pandangannya terus terarah pada Kay dan mertuanya yang tampak masih berbincang.
Beruntung, pertemuan itu tak lama. Tampak mereka sudah saling melepas pelukan. Lalu, lelaki dalam kursi roda itu mendekat didorong oleh Guntur. Setelahnya, mereka tampak berpamitan dan langsung berjalan menuju keluar gedung. Meskipun, tampak banyak teman-teman sekolah mereka yang membuat langkah Kay melambat dan terlihat mengobrol sejenak dengan orang-orang yang menyapanya. Bahkan beberapa kali, K