“Oh ya sudah, kalian hati-hati! Kalau pulang, nanti beliin martabak kacang kesukaan ayah, ya!” Guntur, seolah-olah sudah satu frekuensi dengan Prabu. Apapun yang dikatakan Prabu, selalu mendapatkan dukungan dari lelaki itu.
Kay mende-sah pelan, tetapi akhirnya dia menoleh pada orang tuanya, “Kami pergi dulu, Yah! Bu!”
“Iya, hati-hati, Kay! Jangan malem-malem banget pulangnya!”
“Iya, Bu!”
Lalu, Pak Maman sigap mendorong kursi roda Prabu. Kay membantu sebisanya ketika memindahkan Prabu dari kursi roda ke dalam mobil.
Alphard hitam itu pun melaju meninggalkan kediaman Kay. Prabu duduk anteng sambil memainkan gawai. Sementara itu, Kay memilih menatap ke luar jendela dengan pikiran tak karuan.
Getar ponsel milik Kay terdengar. Kay mengambil benda pipih yang ada di pangkuannya ketika melihat dari jendela pesan yang masuk tertera nama seseorang.
[Kasihan banget, dapet laki kok cacat!] Satu kalimat dikirimkan dari nomor Marsha. Ah, iya, Kay lupa belum memblokirnya. Lalu foto Kay yang sed