Cari
Pustaka
Beranda / Rumah Tangga / TERPAKSA MENDUA: Memilih dimadu dari pada hamil / 4

4

Penulis: Pena_Receh01
2022-05-16 14:18:32

4 - Faiz frustasi

Sekar yang tertidur, terkejut mendengar suara teriakan Arum. Tapi seperti dia masih setengah sadar, ia malah menutup telinganya dengan bantal.

"Aishhhhh, bahkan aku mendengar suara Ibu pagi - pagi begini," keluh Sekar hendak terlelap lagi, jika suara Arum tidak menggelegar membuat ia langsung bangkit dari tidurnya.

"Sekar bangunnnn! kalau tidak Ibu buka pintu kamarmu," ancam Arum dengan suara keras, terdengar napas memburu karena kelelahan berteriak.

Sekar lekas bangkit dari ranjang walau sambil menggerutu, lalu membuka pintu dengan penampilan yang masih acak - acakan membuat Arum semakin kesal.

"Ya ampun, apa salahku memiliki menantu macam kamu," keluh Arum membuat Sekar tersenyum masam.

"Ibu kok pagi - pagi sudah ada di sini?" tanya Sekar lalu meraih tangan Arum untuk dicium punggung tangannya.

"Pagi dari mana! sekarang sudah jam sepuluh pagi," geram Arum lekas melepaskan tangannya dari Sekar.

"Itu masih pagi Bu," sahut Sekar serak khas bangun tidur.

"Sudahlah, cepat mandi! habis itu bebersih rumah," perintah Arum lalu membalikan badan menuju meja makan, sedangkan Sekar tengah menghentak - hentakan kakinya kesal.

"Ibu itu selalu saja menyuruh," gerutu Sekar menutup pintu lalu melangkah ke kamar mandi, untuk melakukan ritual mandinya.

"Jangan terus memanjakan Sekar, Faiz!" tegur Arum setelah mendaratkan bokongnya di kursi.

"Iya Buuu," sahut Faiz menatap Arum yang masih memasang wajah marah.

"Jangan cuma iya - iya aja, tapi lakuin," kata Arum.

"Lama sekali istrimu mandi, cepat panggil dia suruh cepat - cepat mandinya," perintah Arum saat melihat Faiz tengah memainkan ponsel.

"Iya Bu," sahut Faiz bangkit dari duduk lalu melangkah ke kamarnya.

"Sekarrr," panggil Faiz setelah menutup  kamar ia melangkah mendekati pintu toilet lalu membukanya, terlihat istrinya masih asik berendam.

"Ada apa Mas," sahut Sekar tanpa melihat suaminya, ia masih senang bermain busa.

"Cepatlah! jangan membuat Ibu semakin toilet. Aku tunggu di kamar," seru Faiz lalu menutup pintu toilet, menjatuhkan tubuhnya ke kasur.

Sekar berdecak sebal, lalu ia segera bangkit dan menyalakan shawer untuk mengguyur tubuhnya yang banyak sekali busa. Sehabis itu lekas membelitkan handuk ke badan, melangkah keluar menatap suaminya sedang bersantai sambil memainkan ponsel, cepat meraih pakaian buru - buru memakainnya dihadapan Faiz. 

"Sudah selesai, Mas." Sekar menatap pantulan dirinya di cermin, dia membiarkan rambutnya tergerai lalu memakai make - up, setelah dirasa cukup ia berbalik dan melihat suaminya tengah terpaku memandanginya.

"Masss," panggil Sekar dengan suara dibuat serak.

"Ayo makan," ucap Faiz melangkah meninggalkan Sekar yang terkekeh.

"Nanti belajarlah pakai gamis dan kerudung, jika keluar," ujar Faiz sambil melangkah turun dari tangga. 

"Aku gak suka, melihat pria lain menatapmu lapar," ungkap Faiz lalu berbalik menatap tajam istrinya, yang tengah menirunya berbicara tanpa suara.

"Dengarkan aku!" bentak Faiz kesal lalu meninggalkan Sekar yang mematung karena terkejut.

"Ada apa Faiz? Sekar buat masalah?" tanya Arum bertubi - tubi, karena mendengar bentakan anaknya.

"Sudahlah, jangan bahas itu dulu. Kita makan aja sekarang," ajak Faiz datar lalu menyendokan makanan ke piring Arum lalu punyanya juga.

"Selamat makan," ucap Faiz tak lupa membaca doa, lalu melahap makanan dengan tenang.

"Ayoo makan, Bu," ajak Sekar setelah menenangkan hatinya, ia melirik Faiz sebentar lalu mulai menyendokan makanan dan segera melahapnya dalam diam.

Setelah mereka menghabiskan makanan, Arum langsung menatap kedua manusia dihadapannya ini dengan serius. 

"Kamu tau 'kan, kalau Ibu ke sini mau ngapain," tegur Arum menatap menantunya yang mengelap bibir dengan tisu.

"Iya Bu," sahut Sekar pelan.

"Lalu apa jawabanmu?" tanya Arum penasaran, ia melirik anaknya yang malah bermain ponsel.

"Aku tidak mau hamil, Bu," seru Sekar tegas lalu meneguk air sebentar dan menatap mertuanya lagi.

"Berarti kamu setuju jika, Faiz menikah lagi?" tanya Arum memastikan.

"Iya Bu." 

"Serius kamu? Ibu gak main - main lho, beneran kalau kamu setuju, Ibu bakal nikahkan Faiz secepatnya," terang Arum spontan berdiri karena terkejut.

"Sekar serius Bu, Sekar izinin Faiz menikah," sahutnya santai, sambil memamerkan senyumannya.

"Gila kamu! Ibu pikir kamu bakal memilih hamil dari pada dimadu," oceh Arum memijit keningnya.

"Aishhhhh, tapi baguslah jika kamu setuju. Ibu akan segera membawa dan memperkenalkan calon istrimu nanti Faiz," ujar Arum menatap anaknya yang sama menatap Sekar tak percaya.

"Iya Bu," sahut Faiz lemah.

"Ingat kamu, jika sudah menikah nanti, kamu harus adil!" ancam Arum bahkan dirinya belum membawa calon istri untuk Faiz, tapi sudah mengancam anaknya.

"Iya Bu, Faiz bakal usahain bertindak adil," sambutnya lalu menaruh ponsel ke atas meja.

"Ya sudah, Ibu hanya ingin membicarakan itu. Ayoo antarkan Ibu pulang," pinta Arum meraih tasnya lalu melangkah keluar.

"Mas, antar Ibu dulu," ucap Faiz datar, dibalas anggukan oleh Sekar tak lupa wanita itu mencium punggung tangan suaminya dan Arum.

"Hati - hati, Bu, Mas," ucap Sekar mengantar mereka sampai di luar dan melambaikan tangan, saat mobil itu melaju.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi