Share

3

3 - Ibu datang

Arum tengah mengangkat jemuran, lalu memanggil Rangga yang sudah rapi hendak keluar.

"Rangga!" teriak Arum membawa pakaian kering lalu menghampiri Rangga yang tengah merapikan rambutnya.

"Ada apa Bu?" tanya Rangga menatap sang Ibunda tercinta.

"Kamu mau ke mana? udah rapi aja," tanya Arum lalu menaruh keranjang pakaian di lantai.

"Aku mau jalan - jalan dulu sama Alina, habis itu ke kampus bareng," sahut Rangga seadanya.

"Antarkan Ibu ke rumah Kakakmu dulu ya," pinta Arum.

"Boleh."

"Ya sudah, tunggu sebentar. Ibu selesaikan angkat jemuran terus ganti pakaian," tutur Arum dibalas anggukan oleh Rangga, pria itu langsung mendaratkan bokong di kursi dekat pintu.

Beberapa menit kemudian, akhirnya Arum sudah rapi, ia menenteng tasnya lalu menepuk bahu Rangga saat sampai di pintu.

"Ayo berangkat," ajak Arum membuat Rangga mengelus dadanya karena terkejut.

"Ibu bikin kaget aja," keluh Rangga lalu menyimpan handphone di saku.

"Kamu sih, main handphone terus," seru Arum tanpa rasa bersalah melangkah naik ke mobil.

Rangga melajukan mobilnya dengan kecepatan rata - rata, ia menyalakan lagu sholawatan membuat sang Ibunda memejamkan mata menikmatinya.

"Ibu, kenapa jemuran diangkat?" tanya Rangga matanya masih fokus ke jalanan.

"Kamu gak lihat kalau ini mendung, sedangkan jemuran Ibu tadi setengah kering jadi mendingan diangkat dari pada ke hujan jadi basah dan bau apek," sahut Arum panjang membuat Rangga terkekeh.

"Panjang bener Bu."

"Kamu ini," 

"Kita ke mana dulu Ngga? Kok, bukan arah jalan rumah Kakakmu," ucap Arum menatap ke jendela.

"Aku mau jemput Alina dulu Bu, takut hujan nanti dia kehujan dia lagi di minimarket," seru Rangga lalu berbelok ke minimarket.

"Alinaaaa!" teriak Rangga melambaikan tangannya saat melihat kekasihnya tengah duduk menunggu.

"Kak Rangga," ucap Alina ceria lalu membalas lambaian tangan Rangga, melangkah dengan cepat ke tempat Rangga memarkirkan mobil.

"Hai kak," sapa Alina memamerkan senyuman manisnya.

"Ayo masuk, takut keburu hujan," perintah Rangga dibalas anggukan oleh Alina, ia duduk di belakang bersama Arum.

"Hai Alin," sapa Arum ramah tersenyum saat Alina langsung meraih tangannya dan mengecup punggung tangannya.

"Maaf Tante, Alin gak tau kalau ada Tante," ucap Alina canggung karena baru dua kali dia bertemu Ibu sang kekasih.

"Tak apa, kamu masih manggil Rangga dengan sebutan Kakak aja," goda Arum membuat pipi Alina memerah seperti tomat.

"Ibuuu, jangan godain Alina terus," tegur Rangga lalu melajukan mobilnya.

"Diamlah, kau mengemudi saja, jangan ikut campur," seru Arum membuat Alina tersenyum saat melihat Rangga mengerucutkan bibirnya kesal.

Rangga sangat amat kesal karena dirinya seperti dianggap seorang supir, Ibu dan kekasihnya asik berbincang berdua seperti menganggap dirinya tak ada. Setelah sampai dan memarkirkan mobil dihadapan rumah Kakaknya, ia langsung menghela napas lelah lalu menoleh ke arah kedua wanita yang masih asik mengobrol.

"Nyonya, Nona. Nyonya sudah sampai tujuan," sindir Rangga mendapatkan pukulan tas di kepala oleh Arum.

"Ibuuu, kenapa aku dipukul," keluh Rangga mengusap kepalanya yang terkena pukulan tas Ibunya.

"Kamu aja nyebelin, ya udah sana ajak Alina jalan - jalan. Awas jangan sampai lecet!" ancam Arum lalu turun dari mobil, melambaikan tangannya saat kendaraan itu mulai jauh.

Setelah mobil Rangga tidak terlihat, ia melangkah mendekat ke pintu untuk membunyikan bel. Beberapa menit kemudian, terlihat Faiz membuka pintu sambil menepuk-nepuk bajunya.

"Assalamualaikum," ucap Arum menyadarkan Faiz yang sibuk membersihkan baju yang dipakai.

"Walaikumsalam Bu, pagi sekali datangnya," sahut Faiz mencium tangan Ibunya lalu melangkah mengajak masuk.

"Sekar, ada Ibu nih!" teriak Faiz lalu mengajak  Arum duduk di sofa.

"Ibu, sudah makan belum?" tanya Faiz sesekali menoleh ke arah kamar lalu menatap Ibunya lagi.

"Belum Faiz," sahut Arum apa adanya.

"Faiz lagi masak, sop ayam lho, Ibu mau?" tawar Faiz bangkit dari duduknya."

"Boleh."

"Ayo Ibu duduk di kursi makan aja, nanti Faiz siapkan." Faiz menarik tangan Arum agar mengikutinya lalu mendudukan Ibunya di kursi.

"Sebentar, sedikit lagi matang," ucap Faiz saat melihat sop itu.

"Istrimu mana Faiz?" tanya Arum penasaran.

"Hmmmmmm, itu," ucap Faiz ragu - ragu membuat Arum kesal.

"Apa dia masih tidur," tebak Arum, tapi tidak jawab anaknya.

"Aishhhhh, dia itu seorang istri, harusnya dia yang bangun pagi," ujar Arum geram, lalu bangkit dari kursi dan melangkah ke kamar anaknya.

"Buuu, mau ke mana?" tanya Faiz mengikuti Ibunya.

"Diamlah Faiz, kamu siapkan makanan! biar Ibu yang membangunkan istri malasmu itu," ucap Arum dengan tegas membuat Faiz menghela napasnya lelah.

"Biarlah, mungkin setelah Ibu yang membangunnya dia sedikit sadar," gumam Faiz melangkah ke dapur menyiapkan makanan, sebenarnya ia juga sudah lelah dengan keadaan seperti ini.

"Sekarrrrr, bangun!" teriak Arum sambil menggedor - gedor pintu, membuat Faiz memejamkan mata mendengarnya.

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status