Share

3

Penulis: Pena_Receh01
last update Terakhir Diperbarui: 2022-05-16 14:18:00

3 - Ibu datang

Arum tengah mengangkat jemuran, lalu memanggil Rangga yang sudah rapi hendak keluar.

"Rangga!" teriak Arum membawa pakaian kering lalu menghampiri Rangga yang tengah merapikan rambutnya.

"Ada apa Bu?" tanya Rangga menatap sang Ibunda tercinta.

"Kamu mau ke mana? udah rapi aja," tanya Arum lalu menaruh keranjang pakaian di lantai.

"Aku mau jalan - jalan dulu sama Alina, habis itu ke kampus bareng," sahut Rangga seadanya.

"Antarkan Ibu ke rumah Kakakmu dulu ya," pinta Arum.

"Boleh."

"Ya sudah, tunggu sebentar. Ibu selesaikan angkat jemuran terus ganti pakaian," tutur Arum dibalas anggukan oleh Rangga, pria itu langsung mendaratkan bokong di kursi dekat pintu.

Beberapa menit kemudian, akhirnya Arum sudah rapi, ia menenteng tasnya lalu menepuk bahu Rangga saat sampai di pintu.

"Ayo berangkat," ajak Arum membuat Rangga mengelus dadanya karena terkejut.

"Ibu bikin kaget aja," keluh Rangga lalu menyimpan handphone di saku.

"Kamu sih, main handphone terus," seru Arum tanpa rasa bersalah melangkah naik ke mobil.

Rangga melajukan mobilnya dengan kecepatan rata - rata, ia menyalakan lagu sholawatan membuat sang Ibunda memejamkan mata menikmatinya.

"Ibu, kenapa jemuran diangkat?" tanya Rangga matanya masih fokus ke jalanan.

"Kamu gak lihat kalau ini mendung, sedangkan jemuran Ibu tadi setengah kering jadi mendingan diangkat dari pada ke hujan jadi basah dan bau apek," sahut Arum panjang membuat Rangga terkekeh.

"Panjang bener Bu."

"Kamu ini," 

"Kita ke mana dulu Ngga? Kok, bukan arah jalan rumah Kakakmu," ucap Arum menatap ke jendela.

"Aku mau jemput Alina dulu Bu, takut hujan nanti dia kehujan dia lagi di minimarket," seru Rangga lalu berbelok ke minimarket.

"Alinaaaa!" teriak Rangga melambaikan tangannya saat melihat kekasihnya tengah duduk menunggu.

"Kak Rangga," ucap Alina ceria lalu membalas lambaian tangan Rangga, melangkah dengan cepat ke tempat Rangga memarkirkan mobil.

"Hai kak," sapa Alina memamerkan senyuman manisnya.

"Ayo masuk, takut keburu hujan," perintah Rangga dibalas anggukan oleh Alina, ia duduk di belakang bersama Arum.

"Hai Alin," sapa Arum ramah tersenyum saat Alina langsung meraih tangannya dan mengecup punggung tangannya.

"Maaf Tante, Alin gak tau kalau ada Tante," ucap Alina canggung karena baru dua kali dia bertemu Ibu sang kekasih.

"Tak apa, kamu masih manggil Rangga dengan sebutan Kakak aja," goda Arum membuat pipi Alina memerah seperti tomat.

"Ibuuu, jangan godain Alina terus," tegur Rangga lalu melajukan mobilnya.

"Diamlah, kau mengemudi saja, jangan ikut campur," seru Arum membuat Alina tersenyum saat melihat Rangga mengerucutkan bibirnya kesal.

Rangga sangat amat kesal karena dirinya seperti dianggap seorang supir, Ibu dan kekasihnya asik berbincang berdua seperti menganggap dirinya tak ada. Setelah sampai dan memarkirkan mobil dihadapan rumah Kakaknya, ia langsung menghela napas lelah lalu menoleh ke arah kedua wanita yang masih asik mengobrol.

"Nyonya, Nona. Nyonya sudah sampai tujuan," sindir Rangga mendapatkan pukulan tas di kepala oleh Arum.

"Ibuuu, kenapa aku dipukul," keluh Rangga mengusap kepalanya yang terkena pukulan tas Ibunya.

"Kamu aja nyebelin, ya udah sana ajak Alina jalan - jalan. Awas jangan sampai lecet!" ancam Arum lalu turun dari mobil, melambaikan tangannya saat kendaraan itu mulai jauh.

Setelah mobil Rangga tidak terlihat, ia melangkah mendekat ke pintu untuk membunyikan bel. Beberapa menit kemudian, terlihat Faiz membuka pintu sambil menepuk-nepuk bajunya.

"Assalamualaikum," ucap Arum menyadarkan Faiz yang sibuk membersihkan baju yang dipakai.

"Walaikumsalam Bu, pagi sekali datangnya," sahut Faiz mencium tangan Ibunya lalu melangkah mengajak masuk.

"Sekar, ada Ibu nih!" teriak Faiz lalu mengajak  Arum duduk di sofa.

"Ibu, sudah makan belum?" tanya Faiz sesekali menoleh ke arah kamar lalu menatap Ibunya lagi.

"Belum Faiz," sahut Arum apa adanya.

"Faiz lagi masak, sop ayam lho, Ibu mau?" tawar Faiz bangkit dari duduknya."

"Boleh."

"Ayo Ibu duduk di kursi makan aja, nanti Faiz siapkan." Faiz menarik tangan Arum agar mengikutinya lalu mendudukan Ibunya di kursi.

"Sebentar, sedikit lagi matang," ucap Faiz saat melihat sop itu.

"Istrimu mana Faiz?" tanya Arum penasaran.

"Hmmmmmm, itu," ucap Faiz ragu - ragu membuat Arum kesal.

"Apa dia masih tidur," tebak Arum, tapi tidak jawab anaknya.

"Aishhhhh, dia itu seorang istri, harusnya dia yang bangun pagi," ujar Arum geram, lalu bangkit dari kursi dan melangkah ke kamar anaknya.

"Buuu, mau ke mana?" tanya Faiz mengikuti Ibunya.

"Diamlah Faiz, kamu siapkan makanan! biar Ibu yang membangunkan istri malasmu itu," ucap Arum dengan tegas membuat Faiz menghela napasnya lelah.

"Biarlah, mungkin setelah Ibu yang membangunnya dia sedikit sadar," gumam Faiz melangkah ke dapur menyiapkan makanan, sebenarnya ia juga sudah lelah dengan keadaan seperti ini.

"Sekarrrrr, bangun!" teriak Arum sambil menggedor - gedor pintu, membuat Faiz memejamkan mata mendengarnya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • TERPAKSA MENDUA: Memilih dimadu dari pada hamil   51

    51 - Waktu yang ditungguEmpat puluh hari berlalu, masa nipas Amira berakhir. Senyuman keduanya mengembang saat aqiqah anak-anaknya telah berlangsung. Acara yang dilaksanakan di rumah baru mereka, kediaman yang dulu dijual oleh Faiz. Amira resmi jadi istri satu-satunya karena Faiz dan Sekar telah bercerai.Rangga dan Alina menimang saling satu anak Faiz, mereka akan menikah beberapa hari lagi. Lelaki tersebut setelah berbicara pada Ibunya dan hari esok langsung melamar kekasih hati. "Masss, allhamdulillah semuanya berjalan lancar," ucap Amira memandang suaminya."Iya, sayang. Allhamdulillah, semoga keluarga kita menjadi sakinah mawadah warohmah ya," balas Faiz menggenggam tangan Amira."Aminnn." Setelah mengucapkan itu, mereka langsung menoleh karena mendengar deheman seseorang."Kayanya lagi ada yang kangen nih, sabar-sabar, bentar lagi malam kok," goda Rangga mendapatkan cubitan dari Alina disampingnya."Aduhhh, apaan sih, sayang." Rangga mengaduh lalu memandang kekasihnya dengan

  • TERPAKSA MENDUA: Memilih dimadu dari pada hamil   50

    50 - Sahabat selalu adaFaiz memandang rumah Ibunya setelah sampai, lalu menarik napas dan membuang perlahan. Baru saja hendak mengetuk pintu, benda itu telah terbuka. Arum yang membuka langsung mengajak anaknya masuk saat mengetahui Faiz di depan."Mira, Faiz sudah datang," ucap Arum saat sampai ruang tengah, terlihat Amira tengah berbincang dengan kekasih Rangga."Mira, ayo kita pulang," ajak Faiz saat melihat istrinya tengah memberi asi kepada kedua anaknya."Pulang, pulangggg. Menginaplah disini dulu, kasian Mira dia butuh istrirahat," seloroh Arum memandang anaknya tajam."Tapi Bu, nanti rumah kosong dong," seru Faiz mendapatkan decakan kesal Arum."Emang kenapa, udah kamu kunci'kan. Rumahmu gak bakal ngilang ini, kalau ditinggal cuma sehari, gak punya kaki'kan dia," sinis Arum membuat Rangga tertawa."Masss, mau minum?" tawar Amira memberikan anaknya pada Rangga dan kekasih adik iparnya."Aku buat sendiri aja, kamu istirahat," seru Faiz lalu melangkah menuju dapur."Ibu mau buat

  • TERPAKSA MENDUA: Memilih dimadu dari pada hamil   49

    49 - Amarah FaizFaiz langsung membuka laptop dan menuruti perkataan Amira. Matanya membulat dan tangan mengepal saat melihat adegan di layar, ia sangat tak percaya tapi di hadapannya adalah bukti. Dia terus melihat semua rekaman CCTV setiap harinya dan jam yang sama, dadanya bergemuruh karena marah dengan cepat meraih handphone untuk menelepon istri pertamanya."Ada apa, Mas?" tanya Sekar dengan suara manja."Di mana kamu!" bentak Faiz membuat yang ditelepon terkejut."Lagi arisan sama teman, Mas. Akukan sudah bilang padamu," balas Sekar dengan suara gemetar."Pulang!" hardik Faiz lalu mematikan sambungan telepon tanpa menunggu jawaban istrinya.Faiz memasukan ponsel ke saku lalu melangkah keluar menemui Amira yang ternyata tengah menyusui anak-anaknya. Dengan langkah pelan ia mendekat dan memandang Amira sayu. Ia berjongkok di hadapan Amira nan tengah duduk. "Maafkan aku, maukan kamu bersamaku lagi. Kenapa kamu tidak memberitahu dari awal?" tanya Faiz dengan suara terisak.Amira me

  • TERPAKSA MENDUA: Memilih dimadu dari pada hamil   48

    48 - Bertemu wanita yang di talak FaizMereka telah sampai di rumah Arum, Rangga membukakan pintu saat bel berbunyi. Pria tersebut ngeryitkan alis saat melihat kakaknya dan dua bayi kembar. Matanya membesar saat melihat duo twin yang menggemaskan."Kakak, pinjem bentar. Mau foto bareng," pinta Rangga dengan hati-hati mengambil bayi dalam gendongan Kakaknya."Hati-hati, Ngga," kata Faiz saat anaknya telah pindah ke tangan Rangga."Ini ponakanku, Kak?" tanya Rangga sambil mencolek hidung keponakannya."Iya, Ngga. Yang dipegang Ibu juga keponakanmu," sahut Faiz lalu melirik sekitar."Wahhh, Mbak Amira melahirkan anak kembar. Semoga saat aku menikah dengan kekasihku, aku diberi anak kembar juga," tutur Rangga hanya dibalas senyuman tipis oleh Faiz."Kamu mencari Amira?" tanya Arum sinis saat melihat anaknya melirik sekitar."Mbak Amira lagi istirahat, dia belum keluar sedari tadi semenjak Ibu pergi," seru Rangga dibalas anggukan Faiz."Mira di kamar bekasmu, Iz," seloroh Arum, Faiz langsu

  • TERPAKSA MENDUA: Memilih dimadu dari pada hamil   47

    47 - Amira mulai beraksiSetelah kepergian kedua manusia itu, Amira menutup wajah karena netra sudah banjir air mata. Walau berusaha tegar tapi tetap ia hanya seorang wanita, hatinya sangat rapuh dan hancur saat sang suami tak percaya padanya. Sehabis letih menangis Amira jatuh tertidur.Malam tiba Arum masuk ke bilik Amira untuk melihat menantu kesayangan. Ia melihat mata bengkak wanita itu lalu bergegas mendekat dan memegang pipi Amira. Perempuan paruh baya tersebut duduk di kursi dan memandang paras sendu Amira."Kamu kenapa, sayang?" tanya Arum lembut.Amira menggeleng lemah, tanpa sadar air mata berjatuhan lagi."Kenapa kamu menangis, sayang. Cerita dong sama Ibu," pekik Arum bangkit lagi untuk mengusap air mata Amira yang berjatuhan."Anakku mana, Bu?" tanya Amira dengan suara serak dan lemah."Baby twin dibawa oleh Faiz ke rumah, memang dia tak bilang padamu?" balas Arum dengan wajah bingung memandang menantunya."Aku ditalak, Mas Faiz," lirih Amira membuat Arum membulatkan mat

  • TERPAKSA MENDUA: Memilih dimadu dari pada hamil   46

    46 - PertengkaranFaiz menemani istrinya saat menjalani operasi, sedangkan Arum menunggu di luar. Setelah mendengar suara tangisan bayi, Faiz terus mengucapkan terimakasih dan mengecup kening Amira. Wanita itu hanya bisa mengeluarkan air mata karena terharu, dirinya bisa memiliki dua bayi sekaligus."Terimakasih, sayang." Faiz terus mengucapkan kalimat itu."Kamu wanita terhebat kedua untukku," seru Faiz lagi."Mass, pergilah jika ingin melihat anak kita," ucap Amira dibalas anggukan Faiz."Terimakasih pengertiannya," kata Faiz sekali lagi lalu mengucap kening Amira dan pergi melihat anak-anaknya."Dokkkk, dingin," adu Amira mengigit bibir bawahnya."Sabar ya, sebentar lagi," sahut Dokter."Ingin kamu jangan batuk," peringatan Dokter lagi."Iya Dok." Amira mengangguk.Setelah selesai operasi, Amira langsung dipindahkan. Pintu ruangan di mana Amira berada terbuka, terlihat Sekar menatapnya tajam. Wanita tersebut mendekat dan berhenti tepat di samping brankar."Ini chek, seratus juta un

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status