Amira seorang gadis berusia dua puluh satu tahun, akhirnya dipilih oleh Arum agar menjadi istri kedua anaknya. Karena Sekar istri pertama Faiz tidak mau hamil, padahal usia pernikahan mereka menginjak lima tahun. "Pokoknya sekarang dia harus milih, mau hamil atau dimadu," ucap Arum final membuat Faiz menatap tak percaya. "Jangan membantah Faiz, apa kamu mau lihat Ibu mati, tanpa melihat cucu Ibu." Arum benar - benar kesal pada anaknya. Faiz hanya bisa pasrah saat istrinya memilih dimadu dari pada hamil, padahal tiada niat untuk menduakan kekasih tercinta. "Sayang jangan marah, aku gak mau hamil soalnya aku takut gendut nanti kamu gak cinta lagi sama aku, nanti perutku gak kenceng lagi habis lahiran, nanti perutku banyak strechmacknya," jelas Sekar membuat Faiz kesal lalu memilih pergi meninggalkan Sekar yang melongo melihat kepergiaannya.
View More1 - Permintaan Ibu
Seorang pria baru saja selesai meminta haknya pada sang istri, ia langsung mendekapnya sangat erat seperti takut jika wanita itu pergi. "Masss, sesak," keluh istrinya yang bernama Sekar, berusaha melepaskan pelukan sang suami."Mas rindu sayang, seminggu diluar kota," ucap Faiz mencumbu leher jenjang istrinya."Tapi sesak Mas, peluknya jangan kenceng - kenceng." Sekar lagi - lagi mengeluh membuat Faiz sedikit kesal lalu melepaskan dekapan dan membalikkan tubuh Sekar agar menghadapnya."Sekali gak ngeluh, bisa gak sih," tegur Faiz menatap tajam Sekar."Sorry, aku bukan wanita yang selalu penurut seperti keinginan Mas. Aku udah bilangkan, pas kita menikah," sahut Sekar berani, lalu bangkit melangkah ke kamar mandi untuk membersihkan diri."Wanita ini!" geram Faiz kesal, lalu bangkit ikut masuk ke kamar mandi.Setelah selesai mandi, bunyi notifikasi pesan masuk membuat Faiz segera meraih handphonenya.(Kak Faiz, ke rumah Ibu sakit.) - Rangga (Iya, sebentar lagi Kakak ke sana.) - FaizSehabis membalas pesan, Faiz lekas memakai pakaiannya lalu menunggu istrinya keluar kamar mandi tapi lama sekali. Akhirnya ia membuka pintu, dan menemukan Sekar masih berendam."Sekar cepat pakai baju, kita ke rumah Ibu, Ibu lagi sakit," perintah Faiz membuat Sekar hanya menatapnya sekilas."Mas saja yang pergi, aku di rumah. Tubuhku sangat letih," keluh Sekar membuat Faiz menghela napas lelah."Ya sudah, baik - baik di rumah." Setelah mengucapkan itu, Faiz menutup pintu kamar mandi lalu pergi keluar melajukan mobil ke rumah orang tuanya. "Assalamualaikum." Faiz mengucapkan salam sambil memencet bel, barulah Rangga adiknya membukakan pintu."Walaikumsalam, Kak. Ayo masuk," ajak Rangga melangkah duluan mengajak Faiz ke kamar sang Ibunda."Ibu sakit apa?" tanya Faiz mendekati Ibunya yang terbaring lemah di kasur."Hanya meriang aja Faiz," sahut Arum dengan suara serak."Kan udah Faiz kasih tau, jangan sampe kecapean," tegur Faiz menciumi kening Arum."Ibu cuma jalan - jalan sama temen, lihat cucu mereka yang baru aja lahir," ucap Arum lirih."Kan bisa pakai mobil, Bu." Faiz mendudukan bokongnya di ranjang."Temen Ibu suka mabok Faiz, jadi dia gak mau diajak naik mobil," sahut Arum memejamkan mata saat merasakan denyutan di keningnya semakin terasa."Ibu ke rumah sakit ya?" tanya Faiz bangkit, tak tega melihat Ibunya."Tidak usah, Ibu cuma mau ngomong sesuatu sama kamu," tutur Arum membuat Faiz duduk di ranjang lagi."Ngomong apa Bu?" tanya Faiz lembut, sambil memijat tangan Arum."Kapan kamu memberikan Ibu cucu, Ibu sudah tua Faiz. Jangan sampai Ibu meninggal tidak bisa melihat cucu Ibu, seperti Ayahmu," keluh Arum lalu terbatuk - batuk."Ibuuuu, Sekar seperti belum siap hamil," sahut Faiz lemah."Masa belum siap hamil mulu, usia pernikahanmu sudah lima tahun Faiz," ucap Arum kesal walau dengan suara pelan."Gak tau, setiap Faiz bicara soal momongan, dia selalu bilang belum siap," keluh Faiz memejamkan matanya membayangkan disaat dia berbincang dengan istrinya."Pokoknya sekarang dia harus milih, mau hamil atau dimadu," ucap Arum final membuat Faiz menatap tak percaya."Buuuuu," rengek Faiz menatap Arum dengan sorot memelas."Jangan membantah Faiz, apa kamu mau lihat Ibu mati, tanpa melihat cucu Ibu." Arum benar - benar kesal pada anaknya."Ya sudah, nanti aku bicarakan pada Sekar," balas Faiz pasrah."Ya sudah, sana ke dapur. Ibu tadi sore memasak makanan kesukaan," perintah Arum mendorong Faiz agar keluar."Terimakasih Buuu," ucap Faiz tersenyum, melangkah dengan santai ke dapur lalu menyendok nasi dan permol ikan mas pedas dan melahapnya."Makan Kak," tawar Rangga melangkah meraih piring dan menyendokan makanan."Iya," sahut Faiz seadanya."Memang Kakak ipar tidak masak?" tanya Rangga lalu menutup mulut."Maaf Kak, aku lupa kalau Kakak ipar tidak bisa masak," ucap Rangga menangkupkan tangannya."Tak apa," sahut Faiz tak peduli, yang penting hari ini perutnya kenyang dengan isi permol ikan mas pedas kesukaannya."Apa Kakak Ipar tidak ada niatan belajar memasak?" tanya Rangga melahap makannya."Entah, enggak mungkin." Faiz mengedikan bahunya."Bahkan kekasihku belajar masak lho sekarang, dia selalu membuatkanku bekal, takut aku makan yang gak sehat katanya," ucap Rangga pamer."Kamu ini kalau makan ya makan dong!" marah Faiz karena kesal istrinya dibanding - bandingkan dengan kekasih Rangga."Kenapa kamu marah Faiz, bagus dong kekasih Rangga begitu berarti dia menyayangi Rangga," seru Arum melangkah pelan sambil berpegangan ke dinding."Ibuuu," seru mereka berdua, lalu bangkit mendekati Arum membantunya berjalan dan duduk di kursi."Kenapa gak panggil kami, Bu," tegur Faiz lalu menyendokan makanan ke piring dan menaruhnya di hadapan Arum."Ibukan pengen sehat, Faiz. Gak boleh manja," sahut Arum acuh lalu melahap makanannya."Ibu ini keras kepala," keluh Faiz lalu duduk di kursi dan melahap makanannya lagi."Ingat Faiz, bilang ke istrimu. Dan nanti Ibu akan ke rumahmu lusa untuk menagih jawabanmu," peringatan Arum membuat Faiz lagi - lagi menghela napas lelah.51 - Waktu yang ditungguEmpat puluh hari berlalu, masa nipas Amira berakhir. Senyuman keduanya mengembang saat aqiqah anak-anaknya telah berlangsung. Acara yang dilaksanakan di rumah baru mereka, kediaman yang dulu dijual oleh Faiz. Amira resmi jadi istri satu-satunya karena Faiz dan Sekar telah bercerai.Rangga dan Alina menimang saling satu anak Faiz, mereka akan menikah beberapa hari lagi. Lelaki tersebut setelah berbicara pada Ibunya dan hari esok langsung melamar kekasih hati. "Masss, allhamdulillah semuanya berjalan lancar," ucap Amira memandang suaminya."Iya, sayang. Allhamdulillah, semoga keluarga kita menjadi sakinah mawadah warohmah ya," balas Faiz menggenggam tangan Amira."Aminnn." Setelah mengucapkan itu, mereka langsung menoleh karena mendengar deheman seseorang."Kayanya lagi ada yang kangen nih, sabar-sabar, bentar lagi malam kok," goda Rangga mendapatkan cubitan dari Alina disampingnya."Aduhhh, apaan sih, sayang." Rangga mengaduh lalu memandang kekasihnya dengan
50 - Sahabat selalu adaFaiz memandang rumah Ibunya setelah sampai, lalu menarik napas dan membuang perlahan. Baru saja hendak mengetuk pintu, benda itu telah terbuka. Arum yang membuka langsung mengajak anaknya masuk saat mengetahui Faiz di depan."Mira, Faiz sudah datang," ucap Arum saat sampai ruang tengah, terlihat Amira tengah berbincang dengan kekasih Rangga."Mira, ayo kita pulang," ajak Faiz saat melihat istrinya tengah memberi asi kepada kedua anaknya."Pulang, pulangggg. Menginaplah disini dulu, kasian Mira dia butuh istrirahat," seloroh Arum memandang anaknya tajam."Tapi Bu, nanti rumah kosong dong," seru Faiz mendapatkan decakan kesal Arum."Emang kenapa, udah kamu kunci'kan. Rumahmu gak bakal ngilang ini, kalau ditinggal cuma sehari, gak punya kaki'kan dia," sinis Arum membuat Rangga tertawa."Masss, mau minum?" tawar Amira memberikan anaknya pada Rangga dan kekasih adik iparnya."Aku buat sendiri aja, kamu istirahat," seru Faiz lalu melangkah menuju dapur."Ibu mau buat
49 - Amarah FaizFaiz langsung membuka laptop dan menuruti perkataan Amira. Matanya membulat dan tangan mengepal saat melihat adegan di layar, ia sangat tak percaya tapi di hadapannya adalah bukti. Dia terus melihat semua rekaman CCTV setiap harinya dan jam yang sama, dadanya bergemuruh karena marah dengan cepat meraih handphone untuk menelepon istri pertamanya."Ada apa, Mas?" tanya Sekar dengan suara manja."Di mana kamu!" bentak Faiz membuat yang ditelepon terkejut."Lagi arisan sama teman, Mas. Akukan sudah bilang padamu," balas Sekar dengan suara gemetar."Pulang!" hardik Faiz lalu mematikan sambungan telepon tanpa menunggu jawaban istrinya.Faiz memasukan ponsel ke saku lalu melangkah keluar menemui Amira yang ternyata tengah menyusui anak-anaknya. Dengan langkah pelan ia mendekat dan memandang Amira sayu. Ia berjongkok di hadapan Amira nan tengah duduk. "Maafkan aku, maukan kamu bersamaku lagi. Kenapa kamu tidak memberitahu dari awal?" tanya Faiz dengan suara terisak.Amira me
48 - Bertemu wanita yang di talak FaizMereka telah sampai di rumah Arum, Rangga membukakan pintu saat bel berbunyi. Pria tersebut ngeryitkan alis saat melihat kakaknya dan dua bayi kembar. Matanya membesar saat melihat duo twin yang menggemaskan."Kakak, pinjem bentar. Mau foto bareng," pinta Rangga dengan hati-hati mengambil bayi dalam gendongan Kakaknya."Hati-hati, Ngga," kata Faiz saat anaknya telah pindah ke tangan Rangga."Ini ponakanku, Kak?" tanya Rangga sambil mencolek hidung keponakannya."Iya, Ngga. Yang dipegang Ibu juga keponakanmu," sahut Faiz lalu melirik sekitar."Wahhh, Mbak Amira melahirkan anak kembar. Semoga saat aku menikah dengan kekasihku, aku diberi anak kembar juga," tutur Rangga hanya dibalas senyuman tipis oleh Faiz."Kamu mencari Amira?" tanya Arum sinis saat melihat anaknya melirik sekitar."Mbak Amira lagi istirahat, dia belum keluar sedari tadi semenjak Ibu pergi," seru Rangga dibalas anggukan Faiz."Mira di kamar bekasmu, Iz," seloroh Arum, Faiz langsu
47 - Amira mulai beraksiSetelah kepergian kedua manusia itu, Amira menutup wajah karena netra sudah banjir air mata. Walau berusaha tegar tapi tetap ia hanya seorang wanita, hatinya sangat rapuh dan hancur saat sang suami tak percaya padanya. Sehabis letih menangis Amira jatuh tertidur.Malam tiba Arum masuk ke bilik Amira untuk melihat menantu kesayangan. Ia melihat mata bengkak wanita itu lalu bergegas mendekat dan memegang pipi Amira. Perempuan paruh baya tersebut duduk di kursi dan memandang paras sendu Amira."Kamu kenapa, sayang?" tanya Arum lembut.Amira menggeleng lemah, tanpa sadar air mata berjatuhan lagi."Kenapa kamu menangis, sayang. Cerita dong sama Ibu," pekik Arum bangkit lagi untuk mengusap air mata Amira yang berjatuhan."Anakku mana, Bu?" tanya Amira dengan suara serak dan lemah."Baby twin dibawa oleh Faiz ke rumah, memang dia tak bilang padamu?" balas Arum dengan wajah bingung memandang menantunya."Aku ditalak, Mas Faiz," lirih Amira membuat Arum membulatkan mat
46 - PertengkaranFaiz menemani istrinya saat menjalani operasi, sedangkan Arum menunggu di luar. Setelah mendengar suara tangisan bayi, Faiz terus mengucapkan terimakasih dan mengecup kening Amira. Wanita itu hanya bisa mengeluarkan air mata karena terharu, dirinya bisa memiliki dua bayi sekaligus."Terimakasih, sayang." Faiz terus mengucapkan kalimat itu."Kamu wanita terhebat kedua untukku," seru Faiz lagi."Mass, pergilah jika ingin melihat anak kita," ucap Amira dibalas anggukan Faiz."Terimakasih pengertiannya," kata Faiz sekali lagi lalu mengucap kening Amira dan pergi melihat anak-anaknya."Dokkkk, dingin," adu Amira mengigit bibir bawahnya."Sabar ya, sebentar lagi," sahut Dokter."Ingin kamu jangan batuk," peringatan Dokter lagi."Iya Dok." Amira mengangguk.Setelah selesai operasi, Amira langsung dipindahkan. Pintu ruangan di mana Amira berada terbuka, terlihat Sekar menatapnya tajam. Wanita tersebut mendekat dan berhenti tepat di samping brankar."Ini chek, seratus juta un
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments