TERPAKSA MENDUA: Memilih dimadu dari pada hamil

TERPAKSA MENDUA: Memilih dimadu dari pada hamil

last updateLast Updated : 2022-05-30
By:  Pena_Receh01Completed
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
1 rating. 1 review
51Chapters
24.8Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Amira seorang gadis berusia dua puluh satu tahun, akhirnya dipilih oleh Arum agar menjadi istri kedua anaknya. Karena Sekar istri pertama Faiz tidak mau hamil, padahal usia pernikahan mereka menginjak lima tahun. "Pokoknya sekarang dia harus milih, mau hamil atau dimadu," ucap Arum final membuat Faiz menatap tak percaya. "Jangan membantah Faiz, apa kamu mau lihat Ibu mati, tanpa melihat cucu Ibu." Arum benar - benar kesal pada anaknya. Faiz hanya bisa pasrah saat istrinya memilih dimadu dari pada hamil, padahal tiada niat untuk menduakan kekasih tercinta. "Sayang jangan marah, aku gak mau hamil soalnya aku takut gendut nanti kamu gak cinta lagi sama aku, nanti perutku gak kenceng lagi habis lahiran, nanti perutku banyak strechmacknya," jelas Sekar membuat Faiz kesal lalu memilih pergi meninggalkan Sekar yang melongo melihat kepergiaannya.

View More

Chapter 1

1

1 - Permintaan Ibu

Seorang pria baru saja selesai meminta haknya pada sang istri, ia langsung mendekapnya sangat erat seperti takut jika wanita itu pergi. 

"Masss, sesak," keluh istrinya yang bernama Sekar, berusaha melepaskan pelukan sang suami.

"Mas rindu sayang, seminggu diluar kota," ucap Faiz mencumbu leher jenjang istrinya.

"Tapi sesak Mas, peluknya jangan kenceng - kenceng." Sekar lagi - lagi mengeluh membuat Faiz sedikit kesal lalu melepaskan dekapan dan membalikkan tubuh Sekar agar menghadapnya.

"Sekali gak ngeluh, bisa gak sih," tegur Faiz menatap tajam Sekar.

"Sorry, aku bukan wanita yang selalu penurut seperti keinginan Mas. Aku udah bilangkan, pas kita menikah," sahut Sekar berani, lalu bangkit melangkah ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

"Wanita ini!" geram Faiz kesal, lalu bangkit ikut masuk ke kamar mandi.

Setelah selesai mandi, bunyi notifikasi pesan masuk membuat Faiz segera meraih handphonenya.

(Kak Faiz, ke rumah Ibu sakit.) - Rangga 

(Iya, sebentar lagi Kakak ke sana.) - Faiz

Sehabis membalas pesan, Faiz lekas memakai pakaiannya lalu menunggu istrinya keluar kamar mandi tapi lama sekali. Akhirnya ia membuka pintu, dan menemukan Sekar masih berendam.

"Sekar cepat pakai baju, kita ke rumah Ibu, Ibu lagi sakit," perintah Faiz membuat Sekar hanya menatapnya sekilas.

"Mas saja yang pergi, aku di rumah. Tubuhku sangat letih," keluh Sekar membuat Faiz menghela napas lelah.

"Ya sudah, baik - baik di rumah." Setelah mengucapkan itu, Faiz menutup pintu kamar mandi lalu pergi keluar melajukan mobil ke rumah orang tuanya. 

"Assalamualaikum." Faiz mengucapkan salam sambil memencet bel, barulah Rangga adiknya membukakan pintu.

"Walaikumsalam, Kak. Ayo masuk," ajak Rangga melangkah duluan mengajak Faiz ke kamar sang Ibunda.

"Ibu sakit apa?" tanya Faiz mendekati Ibunya yang terbaring lemah di kasur.

"Hanya meriang aja Faiz," sahut Arum dengan suara serak.

"Kan udah Faiz kasih tau, jangan sampe kecapean," tegur Faiz menciumi kening Arum.

"Ibu cuma jalan - jalan sama temen, lihat cucu mereka yang baru aja lahir," ucap Arum lirih.

"Kan bisa pakai mobil, Bu." Faiz mendudukan bokongnya di ranjang.

"Temen Ibu suka mabok Faiz, jadi dia gak mau diajak naik mobil," sahut Arum memejamkan mata saat merasakan denyutan di keningnya semakin terasa.

"Ibu ke rumah sakit ya?" tanya Faiz bangkit, tak tega melihat Ibunya.

"Tidak usah, Ibu cuma mau ngomong sesuatu sama kamu," tutur Arum membuat Faiz duduk di ranjang lagi.

"Ngomong apa Bu?" tanya Faiz lembut, sambil memijat tangan Arum.

"Kapan kamu memberikan Ibu cucu, Ibu sudah tua Faiz. Jangan sampai Ibu meninggal tidak bisa melihat cucu Ibu, seperti Ayahmu," keluh Arum lalu terbatuk - batuk.

"Ibuuuu, Sekar seperti belum siap hamil," sahut Faiz lemah.

"Masa belum siap hamil mulu, usia pernikahanmu sudah lima tahun Faiz," ucap Arum kesal walau dengan suara pelan.

"Gak tau, setiap Faiz bicara soal momongan, dia selalu bilang belum siap," keluh Faiz memejamkan matanya membayangkan disaat dia berbincang dengan istrinya.

"Pokoknya sekarang dia harus milih, mau hamil atau dimadu," ucap Arum final membuat Faiz menatap tak percaya.

"Buuuuu," rengek Faiz menatap Arum dengan sorot memelas.

"Jangan membantah Faiz, apa kamu mau lihat Ibu mati, tanpa melihat cucu Ibu." Arum benar - benar kesal pada anaknya.

"Ya sudah, nanti aku bicarakan pada Sekar," balas Faiz pasrah.

"Ya sudah, sana ke dapur. Ibu tadi sore memasak makanan kesukaan," perintah Arum mendorong Faiz agar keluar.

"Terimakasih Buuu," ucap Faiz tersenyum, melangkah dengan santai ke dapur lalu menyendok nasi dan permol ikan mas pedas dan melahapnya.

"Makan Kak," tawar Rangga melangkah meraih piring dan menyendokan makanan.

"Iya," sahut Faiz seadanya.

"Memang Kakak ipar tidak masak?" tanya Rangga lalu menutup mulut.

"Maaf Kak, aku lupa kalau Kakak ipar tidak bisa masak," ucap Rangga menangkupkan tangannya.

"Tak apa," sahut Faiz tak peduli, yang penting hari ini perutnya kenyang dengan isi permol ikan mas pedas kesukaannya.

"Apa Kakak Ipar tidak ada niatan belajar memasak?" tanya Rangga melahap makannya.

"Entah, enggak mungkin." Faiz mengedikan bahunya.

"Bahkan kekasihku belajar masak lho sekarang, dia selalu membuatkanku bekal, takut aku makan yang gak sehat katanya," ucap Rangga pamer.

"Kamu ini kalau makan ya makan dong!" marah Faiz karena kesal istrinya dibanding - bandingkan dengan kekasih Rangga.

"Kenapa kamu marah Faiz, bagus dong kekasih Rangga begitu berarti dia menyayangi Rangga," seru Arum melangkah pelan sambil berpegangan ke dinding.

"Ibuuu," seru mereka berdua, lalu bangkit mendekati Arum membantunya berjalan dan duduk di kursi.

"Kenapa gak panggil kami, Bu," tegur Faiz lalu menyendokan makanan ke piring dan menaruhnya di hadapan Arum.

"Ibukan pengen sehat, Faiz. Gak boleh manja," sahut Arum acuh lalu melahap makanannya.

"Ibu ini keras kepala," keluh Faiz lalu duduk di kursi dan melahap makanannya lagi.

"Ingat Faiz, bilang ke istrimu. Dan nanti Ibu akan ke rumahmu lusa untuk menagih jawabanmu," peringatan Arum membuat Faiz lagi - lagi menghela napas lelah.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Ananda Jihan
seruuuu nii
2022-07-03 22:24:21
0
51 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status