Part 41
"Bik Mirna? Ngapain di sini?" tanyanya curiga.Bu Marni tersenyum, berusaha terlihat tenang. "Maaf, Bu, saya hanya ingin memastikan Den Altair baik-baik saja. Saya dengar dia sedikit batuk tadi."Cahaya sempat ragu, tapi akhirnya mengangguk. "Oh... Iya, tadi memang sempat batuk. Terima kasih sudah peduli. Bibi boleh istirahat lagi," ucap Cahaya.Bu Marni tersenyum tipis. "Tentu, Bu. Saya kembali ke kamar sekarang. Saya permisi dulu, Bu."Saat Bu Marni berbalik, senyum ramahnya perlahan memudar. Dalam hati, ia berbisik, "Belum saatnya. Tapi tenang saja, masih ada banyak kesempatan."Keesokan paginya…Aroma masakan menyeruak dari dapur, memenuhi seluruh rumah dengan wangi nasi goreng dan telur dadar. Cahaya keluar dari kamar dengan Altair di gendongannya, sementara Angkasa berjalan di belakangnya, tangannya merangkul bahu istrinya dengan mesra."Selamat pagi, Sayang," ujar Angkasa seraya mencium puncak kep