Ketika Arsana melepaskan ciumannya, dia melihat Zayver terdiam untuk beberapa saat.
“Aku juga mencintaimu, Arsa. Nama yang bagus,” jawab Zayver, membuat Arsana terkejut.
Arsana menundukkan kepalanya seakan merasa bersalah, jemarinya bermain-main dengan ujung selimut yang menutupi kakinya. Hatinya berkecamuk, menyadari bahwa kebohongannya sebentar lagi akan terbongkar.
“Maaf,” bisiknya dengan suara lirih.
Zayver mengerutkan kening, bingung dengan sikap Arsana yang tiba-tiba berubah. “Kenapa kamu minta maaf?”
Arsana menarik napas dalam-dalam, berusaha mengumpulkan keberanian. “Aku harus jujur padamu, Zayver. Selama ini... Aku telah membohongimu.”
Zayver menatap Arsana dengan tatapan serius, menunggu penjelasan lebih lanjut.
“Emmmm… Kamu memang sering berbohong,” jawabnya.
Arsana menggigit bibirnya, merasakan air mata menggenang di sudut matanya. “Maaf! Aku tidak bermaksud untuk berbohong dan berpura-pura menyamar menjadi Arsa, semua itu aku lakukan agar aku bisa bekerja di klub malam.