"Sepertinya dia pup," kata Laura, dia sedikit mengernyitkan hidung, menunjukkan dia juga mencium aroma kurang sedap dari bayi mungil itu. Laura bedong bayi yang tampak basah dan menggembung di bagian bawah.
"Iya, memang pup. Tadi aku sudah menyuruh Sakti untuk nyebokin. Eh... dia malah kabur dan memberikannya kembali padaku. Si Sakti itu memang selalu saja bikin repot," ujarku, sedikit menghela napas. Aku mengusap wajahku dengan lelah."Sini... biar aku saja yang nyebokin, Pak." Laura dengan sigap mengambil alih bayi itu dari gendonganku. Gerakannya begitu hati-hati dan lembut, seperti sedang menangani sesuatu yang sangat berharga. Dia memeriksa bedong bayi itu dengan teliti, kemudian dengan lembut membukanya. Wajahnya sedikit mengerut saat melihat isi bedong yang cukup banyak. "Tapi… bayi ini bayinya siapa, Pak?" Tatapannya bertanya, penuh rasa ingin tahu yang tercampur dengan sedikit kekhawatiran. Ada sesuatu yang tampak ganjil baginya.Aku terdiam sejen