Hari-hari berlalu, dan hubungan Meta dan Rafi kini bukan lagi sebuah rahasia. Mereka datang ke kantor berdampingan, saling bertukar senyum dan bercakap hangat di sela kesibukan. Namun,
Meta segera menyadari bahwa hubungan mereka tak lepas dari mata dan bibir rekan-rekan kerja.
Di ruang pantry, saat Meta sedang membuat secangkir teh hangat, ia mendengar bisik-bisik dari beberapa karyawan divisi lain.
“Pantas saja akhir-akhir ini mereka sering lembur berdua,” celetuk salah satu rekan.
“Wah, pasti banyak benefitnya dekat sama asisten CEO,” balas temannya disambut tawa kecil.
Meta berusaha berpura-pura tidak mendengar, tetapi ucap-ucapan itu menusuk perasaannya. Ia meletakkan cangkirnya dan keluar pantry lebih cepat, berusaha mengabaikan suara-suara itu.
Sepanjang perjalanan kembali ke meja kerja, ia merasa dadanya berat. Ia tahu mereka hanya bergosip tanpa tahu apa-apa, tetapi tetap saja membuatnya tak nyaman. Ia bahkan