Bukankah, di undangan pernikahan Soraya tertulis Selasa tanggal 13 Agustus, jam sepuluh pagi. Dan hari itu adalah hari ini, tapi mengapa Wira malah ada di depan tokoku dan yang lebih mengejutkan dia masih mengenakan pakaian pengantin khas Jawa berwarna hitam dengan kain batik sebagai bawahan. Roncean bunga melati masih menghiasi lehernya, semua yang dia pakai masih lengkap, tapi apa yang dia lakukan di sini?
Kulangkahkan kaki lebih cepat, sementara dadaku berdegup kencang memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang mengerikan.
"Wira ... Kamu ngapain di sini?"
"Tidak ada." Ia mengendikkan bahunya.
"Serius kamu, bukannya ini hari pernikahanmu, kan?"
"Kok Mbak Jannah, kelihatan khawatir gitu?"
"Kamu pergi ya, kamu kan harus menikah, ngapain kamu di sini?"
"Aku tidak mau menikah, jadi aku kabur," jawabnya santai sambil menyender di dinding depan sebelah pintu masuk tokoku.
"Ngapain datang kesini nanti orang akan berfikir kalo aku yang nyuruh kamu kabur dari pernikahanmu."
"Karena tujuanku di