Tiba-Tiba Dimadu

Tiba-Tiba Dimadu

last updateLast Updated : 2022-07-01
By:  Ria AbdullahCompleted
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
15 ratings. 15 reviews
119Chapters
51.8Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Jannah adalah wanita anggun yang lembut, kehidupannya dia dedikasikan untuk berbakti pada sang suami Muhammad Ikbal, kehidupan rumah tangga mereka berjalan harmonis dan bahagia. Namun ternyata semua itu tidak berjalan lama, kebahagiaan Jannah harus pudar berganti petaka ketika tiba tiba suaminya membawa pengantin baru ke rumah Apa alasan Ikbal melakukan itu, dan apa pula reaksi Jannah, yuk baca. Jangan Lupa Like, komen, dan vote ya Teman ❤️

View More

Chapter 1

Pengantin Datang

 

***

 

Siapa itu ....

 

Wanita cantik berkerudung satin dengan aksen manik-manik keemasan, lukisan henna menghiasi tangan, cincin berlian melingkar di jari manisnya. Ia berdiri di teras rumah dengan wajah menunduk  dan gugup sambil meremas jemarinya tak berani mengangkat wajah untuk menatap bola mataku bahkan sepatah kata pun tak terdengar dari bibirnya, namun, aku bisa memastikan bahwa ia  adalah pengantin baru.

 

**

 

Sudah dua hari sejak kepergian suamiku yang izin untuk melaksanakan  tugasnya di luar kota, Mak Ikbal, suami yang begitu kucintai sepenuh hati dan telah memberiku seorang putri cantik, ia adalah imam yang hampir tanpa cela dalam keluarga kecilku. 

 

Perawakannya yag tinggi, wajah berseri dengan iris mata kecoklatan, hidung mancung serta rahang yang ditumbuhi bulu-bulu halus membuat aura ketampanan suamiku nyaris menyamai pangeran dari negeri Arab.

 

Suamiku adalah sosok pria yang bertanggung jawab dan penyayang  pada keluarga, serta taat beribadah. Sekali pun ia tak pernah alpa untuk membahagiakanku, lahir dan batin, bagaimana aku tak semakin cinta padanya, jika semua sikap manis dan perhatiannya membuat hati ini  seakan ditumbuhi bunga-bunga yang disirami air surga.

 

Tiap pagi ia menyapaku dengan senyum manis memberi  kecupan dan pelukan hangat serta bisikan, 

 

" Terima kasih telah menemani hidupku sejauh ini, Sayang."

 

Aku tersentuh juga terharu mendengarnya, apalagi ketika tiba-tiba sekuntum bunga tiba-tiba ia hadirkan dari balik baju kokonya.

 

"Mas Ikbal sempat-sempatnya memetik bunga," kataku manja.

 

"Kan, banyak tumbuh di halaman masjid jadi Mas petik sekuntum untuk istri tercinta."

 

Aku tertawa bahagia lalu membalas pelukannya. Sungguh pagi yang syahdu dalam kenikmatan bernapas lega dan menikmati alam raya. 

 

"Subhanallah Tuhanku, abadikanlah cinta kami." Begitu doaku dalam rangkulan teduhnya.

 

**

Semua scene di atas seperti putaran tayangan DVD di kepalaku, setelah siang ini pintu gerbang terdorong, mobil avanza hitam memasuki halaman dan putriku dengan gembira segera menghambur ke depan untuk menyambut Ayah yang sangat ia rindukan selama dua hari terakhir.

 

"Ayah ...."

 

Mas Ikbal merentangkan kedua tangan dan menyambut anak semata wayangnya yang baru berumur dua tahun.

 

"Hai, Sayang, Ayah rindu," katanya.

 

"Raisa juga rindu Ayah," balas putriku sambil merangkul leher ayahnya dan Mas Ikbal menghadiahinya kecupan kecil di  pipi putrinya.

 

"Assalamualaikum," katanya lembut di depan pintu.

 

"Waala'ikum salam, Mas." Kusambut dia dengan mengecup punggung tangannya.

 

"Bagaimana kabar Mas, apakah urusannya lancar?"

 

"Uhm, i-iya, Alhamdulillah," jawabnya namun dengan nada sedikit bergetar.

 

"Ada apa, Mas, kenapa Mas tampak tak sehat, pucat, dan gugup?" tanyaku karena aneh melihat ekspresinya.

 

"Eng, anu, enggak ada." Katanya.

 

"Mas terlihat berbeda," kataku sambil meraih wajahnya dan membingkainya dengan kedua belah tangan, ia terlihat lebih tampan seperti habis bercukur, "Mas terlihat seperti pengantin baru," godaku.

 

Ia tergelak namun rasanya terdengar ganjil di telingaku. 

 

"Ehm, anu Sayang, aku ingin bicara," katanya sambil menuntun tanganku menuju kursi ruang tamu. Aku yang dituntun seperti itu, hanya mengikuti namun dalam hati ini mulai berdesir tak nyaman, rasanya ... sama seperti hari di mana ibunda tercinta meninggal dunia, Sedih, hampa, dan terluka.

 

Namun,  segera kutepis firasat itu dengan banyak melafalkan istighfar dari dalam hati ini.

 

"Jannah, Mas ingin bicara, tapi mohon, jangan terburu emosi, ya," katanya sambil memegang erat kedua tanganku.

 

"Apa sih, Mas. Jangan bikin mati penasaran deh, kabar baik atau buruk sih?"

 

"A-anu ...." Ia tampak sangat-sangat ragu.

 

"Mas ...." Aku menunggu kalimatnya yag terjeda tadi.

 

"Kamu percaya 'kan, jika semua yang Mas lakukan demi kebahagiaan kita, kebahagiaan keluar besar kita, Mas yakin kamu istri terbaik yang diberikan Allah, Mas akan selalu

lalu mencintaimu, Sayang."

 

"Apa sih, jangan bertele-tele," ucapku dengan perasaan yang sudah tidak karuan, tanpa bisa kubendung air mataku tiba-tiba meluncur begitu saja tanpa kumengerti sebabnya.

 

Tiba-tiba dari depan sana, suara gemerincing perhiasan terdengar semakin mendekat, terdengar teratur seirama hentak kaki pemiliknya.

 

Krisk ... krisk ....

 

"Siapa itu,Mas?"

 

Orang yang kutanya hanya menunduk dalam. Kuguncang-guncang lengannya agar ia segera menjawab pertanyaanku. Aku tahu sesuatu yang tidak baik bagiku telah terjadi, sebuah bencana atau entahlah, aku bertanya terus dan air mataku kian menderas hingga bayang wanita itu hadir sempurna di depan pintu utama, masih mengenakan gaun pengantin dengan jilbab terulur hingga ke lantai ia menunduk dan  tak sedikit pun menatap ke arahku.

 

"Kamu siapa?" tanyaku dengan suara yang nyaris tercekat.

 

Ia tak menjawab namun tangannya tiba-tiba saling bertautan memperlihatkan cincin pernikahan yang ia kenakan.

 

"Dia siapa Mas!" Intonasi ku meninggi seketika.

 

"Soraya ... Istriku."

 

Seketika aku merasa pendengaran di telingaku hilang, semuanya hening, hanya  embusan angin bisa kutangkap sejenak. Aku terpana, terkesima, dan dengan nanar kutatap wanita cantik itu, ya, aku memastikan aku tidak bermimpi.

 

"Yang benar ... Mas ... Tapi kenapa ... Ap-apa salahku?" kataku lirih, tak sanggup berkata lantang karena tiba tiba aku seperti kehilangan energi. 

 

Aku tersungkur dan  lemah di lantai, dan terisak sementara putriku melihat semua itu hanya terperangah, "Bunda ...." Ia memelukku seketika. 

 

"Jannah, aku telah melamarnya untuk memenuhi permintaan Abinya yang merupakan guru di pesantrenku dulu," katanya pelan.

 

"Tapi kenapa, kenapa harus menikah?"

 

"Aku sudah berjanji sewaktu muda dulu jika aku akan menjadi menantunya," jawabnya.

 

"Kalo begitu ... ka-kalo begitu ... Kenapa kamu menikahiku," kataku dengan dada yang mulai sesak. Ingin berteriak tapi tenggorokanku tercekat, suaraku tertahan sehingga ada sensasi bengkak dan sakit di batang leherku.

 

"Aku ... Aku ...."

 

"Ada kau lupa dengan janjimu pada ustadzmu, lalu menikahiku, Mas. Kini kamu teringat dan melamarnya, kenapa kamu gak jujur dari awal Mas?"

 

"Aku ragu, kamu tidak setuju."

 

Aku terkesiap mendengarnya, kepalaku berdenyut denyut dan telingaku berdenging,  seketika pandanganku berkunang-kunang dan berputar sehingga aku nyaris tersungkur dalam posisi telungkup. Mas Ikbal dan wanita itu, wanita yang tak akan  sudi Kusebut namanya itu menghampiri dan berniat menolongku.

 

"Jangan ... Jangan sentuh aku! Aku gak sudi, kalian licik dan jahat."

 

Wanita itu mundur dua langkah dari hadapanku.

 

"Dan kamu, Suamiku," aku menangis mengeja kata 'suamiku' "Tega sekali, kamu Mas," kataku terbata bata dan sesenggukan.

 

"Maaf, Jannah, Mas akan bersikap adil," jawabnya lirih.

 

"Adil katamu, Mas? Sekiranya Mas memang adil dan jujur tidak akan terjadi seperti ini, dan kamu ... wanita yang berasal dari kalangan terhormat dan agamis," kataku sambil menolehnya, "Kenapa kamu merusak kebahagiaan wanita lain. Kenapa, katakan?!" Aku kalap dalam tangisanku. 

 

"Maaf, Mbak."

 

"Maaf katamu?" Ujarku bangkit dengan tatapan  membeliak dan bersiap-siap menarik hiasan di kepalanya. Namun mas Ikbal sigap menarikku dan memelukku kuat-kuat.

 

"Lepasin, ceraikan saja aku sekarang, lepasin ...."

 

"Tenang Jannah, istighfar," katanya sambil menepuk-nepuk punggungku.

 

"Mas jahat ... Jahat ...." Kupukul-pukul dadanya sepuasku.

 

"Aku mau cerai! Sekarang juga!" Putriku yang mendengar itu langsung menangis  dan memanggil manggil.

 

"Bunda ... bunda," tangisnya.

 

Lamat lamat penglihatanku kabur, tubuhku lemas lalu semuanya menggelap.

 

Vote Bintang Lima ❤️❤️❤️

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Susi Munsiah
mba ria update dong di goodvovel dgn judul mari kita bercerai mas
2025-04-12 12:34:17
0
user avatar
Kiky
endingnya sangat mengecewakan..! padahal secara jelas udah kentara banget kamu itu cuma cadangan Jannah..! seandainya aib nya angel gak ketahuan, gak akan mungkin Rafiq mau nyariin kamu.. ini malah balikan lg ma Rafiq.. astaga harga diri wanita di novel² skrng pada gak ada ya...??
2023-03-13 12:28:57
1
user avatar
Ning Suryati
keren... walaupun berbelit belit ......
2023-02-21 00:26:03
0
user avatar
anne annisa
versi disini berakhir indah buat jannah. makasih thor udah kasih ending yg lbh baik buat rafiq dan jannah. dulu waktu baca di inn****sama kabeem, sumpah aku pengen protes. gitu amat nasib jannah maupun rafiq. sukses selalu buat author. tetap semangat untuk berkarya.
2022-11-12 14:24:32
1
user avatar
Yuna Ayudia Yusmawan
lanjut Thor
2022-02-07 09:06:18
0
default avatar
widha.87
lanjuutt yukzz...
2021-10-20 12:17:49
3
default avatar
ilmupustaka.19
next thor,, makin seru nehh...
2021-10-02 20:34:07
0
default avatar
Tri Nur
lanjuttt kakkkkkkkk
2021-09-21 18:48:47
0
user avatar
Faver
Kasihan Jannah...semoga selalu kuat ya
2021-09-03 19:32:41
0
user avatar
Quin
Keren! Ga sabar nunggu lanjutannya!
2021-09-03 12:46:08
0
user avatar
Sung Rae Ri
Ditunggu lanjutannya yaa.......
2021-09-03 12:06:46
0
user avatar
J Shara
Wah.. bakalan makin nguras emosi ini T.T Lanjut thorr
2021-09-03 12:04:57
0
user avatar
Khoirul N.
Waaah, dimadu? Syereeem
2021-09-03 11:41:59
0
user avatar
Marsje Godvrila Manuhutu
..............................
2021-08-25 14:30:47
1
user avatar
Sinta Lagu
knp ga nikahnya sma Wira kak, balikan lg sm mantan. sdh mantan pernah nikah lgi cwe lain. kasihan wira sampai kesiram air keras, demi menolong c Jannah ga jdi nikah sma Soraya. Soraya gmn dikasi balasan buat dia ??? jgn" semua cwo yg dekat sma dia krna keculasannya.
2024-08-08 16:40:12
0
119 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status