Amora melangkah pelan memasuki ruang konsultasi rumah sakit. Sedangkan tangannya memelukku Emran yang sedang tertidur. Ia memenuhi panggilan dari Dokter Bram.
Ada kegelisahan yang mengendap di wajahnya, meski ia berusaha terlihat tenang. Hari ini bukan kunjungan biasa. Hari ini, ia diminta hadir untuk membahas hal besar, persiapan operasi transplantasi hati.
"Silakan dudu Amora. "Dokter Bram langsung menyambut kedatangan Amora dengan senyuman.
"Terima kasih Dokter." Amora tersenyum dan kemudian duduk di kursi yang ada di depan dokter tersebut.
“Amora,” ucap Dokter Bram sambil menatapnya lekat-lekat, “apakah kamu sudah siap untuk menjalani operasi transplantasi hati?”
Pertanyaan itu meluncur tenang, namun menyisakan dentuman hebat di dalam dada Amora. Ia tak langsung menjawab. Tatapannya kosong, namun pikirannya justru penuh gejolak yang tak tertahankan.
Ini bukan sekadar prosedur medis. Ini soal hidup dan mati. Tentang nyawa seseorang. Tentang pengorbanan yang tak bisa ditarik kembal