Trevor semakin tak karuan menahan gejolak rasanya.
Bagi Tamara, coklat panas di hadapannya begitu lezat.
Tapi bagi Trevor, Tamara di hadapannya lah yang terlihat lezat.
Dia menelan salivanya, menahan hasratnya.
Namun, dibawah tatapan Tamara seperti itu, Trevor pun akhirnya tak sanggup berpindah tempat.
Dia pada akhirnya mengambil gelas dari depan Tamara dan mencicipi minuman itu, meski menelannya dengan susah payah.
“Bagaimana? Lezat kan?”
“Hmm, entahlah. Aku terbayang oleh sesuatu yang lebih lezat,” ujar Trevor dengan tatapan yang begitu mendalam.
“Sesuatu yang lezat? Apa itu?” tanya Tamara yang mengira Trevor masih membicarakan makanan atau minuman.
Tapi Trevor hanya meletakkan gelasnya, lalu menjawab, “Akan kuberitahu nanti.”
***
Viviana menangis tersedu-sedu di sebuah bar elit di pusat kota.
Di sampingnya dengan setia Edoardo menemani Viviana.
Dia sudah berjanji pada Signor Santino bahwa akan menjaga Viviana. Tapi sekalipun bukan karena janji itu, tidak mungkin dia membiarkan Vivia