Pagi itu, aroma roti yang dipanggang dan kopi hangat memenuhi dapur kecil mereka. Di tengah kesibukan ringan itu, ponsel Joylin tiba-tiba bergetar memecah keheningan dengan suara notifikasi nyaring.
Gadis itu langsung meraih ponselnya dan mendecak pelan setelah membaca isi pesannya, “Siapa?” tanya Jayden santai, sibuk mengoleskan selai pada rotinya.
“Erico. Bajingan itu terus saja mengajakku untuk berkencan dengannya,” keluh Joylin, lalu menyeruput kopinya dengan malas. Raut wajah Jayden langsung berubah saat mendengar nama Erico.
Jayden melirik ke arah jam dinding, lalu menyudahi sarapan, dan bergegas menuju ke markas untuk menerima misi yang baru.
Di dalam mobil, seperti biasa, Jayden meraih sabuk pengaman dan memakaikannya pada Joylin tanpa sepatah kata pun. Joylin tersenyum, lalu menunduk merasakan kehangatan yang diberikan kakaknya.
Menurutnya Jayden memang sedikit cerewet, tapi perhatian kecil seperti ini selalu membuat hatinya tenang dan tidak pernah kesepian.
Di per