Share

Bab 7

Penulis: Hanni Hann
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-23 10:57:18

Joylin tersentak kebelakang mendengar suara tembakan itu lalu menatap ke arah Erico sebelum akhirnya berlutut untuk mengecek kondisi pria itu. "Meninggal," batin Joylin dengan mata yang membelalak setelah memeriksa denyut nadi orang itu. Gadis itu menggeleng pelan, sorot matanya suram.

Tak ada denyut nadi. Melihat isyarat Joylin, Jayden seolah tak percaya. Padahal tinggal sedikit lagi dan sebuah fakta akan terkuak. Hal itu menyulut amarah Jayden. “Sial! Apa yang baru saja kau lakukan?! Kita hampir mengetahui siapa pengkhianatnya!” bentak Jayden menarik kerah baju Erico. Urat di dahinya cukup untuk menjelaskan seberapa murka dirinya saat ini.

“Kalian terlalu membuang-buang waktu!” bentak Erico dengan pistol yang masih berasap di genggamannya melepaskan genggaman Jayden dengan kasar, lalu berjalan dengan santai menuju mobil.

Jayden mengepalkan tinjunya dengan Erat hingga urat di tangannya timbul karena kejadian barusan. Baginya, tindakan Erico sangat mencurigakan. “Bedebah sialan! Apa sebenarnya yang kau khawatirkan?” batin Joylin melirik ke arah pria yang tertembak lalu menatap tajam ke arah Erico yang bersikap santai.

Mereka bertiga kembali ke mobil dengan kesal, kecuali Erico yang bersikap seolah tidak ada sesuatu yang salah disini. “Bagaimana kalau setelah ini kita pergi berkencan, Joy?” tanya Erico memecah hening di mobil itu.

“Jangan bermimpi,” balas Joylin singkat sambil melihat langit malam yang indah bertaburkan bintang-bintang dari jendela mobil.

Erico tertawa kecil, “Baru kali ini ada wanita yang menolak ajakanku,” ujar Erico melirik ke arah Joylin melalui spion.

Sesampainya di markas, mereka bertiga langsung menuju ke ruangan Edric untuk memberikan laporan. Hentakan dari sepatu mereka memecah keheningan dari koridor itu.

Kini ketiga agen itu tiba di sebuah ruangan yang terkesan minimalis. Ruangan itu bersih dengan dominasi warna navy dan putih tak lupa dengan tanaman yang membuat ruangan tampak lebih segar.

Namun, dibalik ruangan yang terlihat nyaman itu ada aura yang menekan siapapun yang masuk ke dalamnya. “Bagaimana? Apa kalian berhasil mendapatkan informasi? Jangan membuatku buang-buang waktu dengan informasi tidak berguna,” ucap Edric selaku Direktur dari NOX.

Joylin menelan ludahnya dengan kasar, “Kami berhasil membawa dokumen itu kembali, Direktur,” balas Joylin sambil menyerahkan amplop berwarna coklat di tangannya.

Wajah Edric terlihat sangat puas dengan kinerja mereka. “Seseorang dari kita telah menjual dokumen ini pada mereka,” lanjut Joylin tanpa ragu memberikan informasi.

“Lalu? Kalian berhasil mengetahui pengkhianatnya?” tanya pria tua itu melemparkan tatapannya yang tajam pada tiga orang dihadapannya. Tatapan yang mengisyaratkan kalau ia tidak akan membiarkan ini begitu saja.

“Tidak, Direktur. Erico menembaknya dan membuatnya terbunuh sebelum mengatakan yang sebenarnya,” ujar Jayden mengepal tinjunya dengan kuat berusaha menahan agar amarahnya tidak meledak di ruangan itu.

“Mereka terlalu lama, Direktur,” ucap Erico dengan nada santai. “Aku hanya mempersingkat waktu saja,” lanjutnya dengan wajah yang tenang seolah tak melakukan sesuatu yang salah.

Edric mengambil sebatang rokok dan membakarnya. Wajahnya tampak tak senang dengan apa yang baru saja ia dengar. “Aku belum mengizinkanmu untuk berbicara, Erico,” ujar Edric sambil menghembuskan asap dari mulutnya.

"Baiklah, kalian boleh pergi. Aku yang akan mengurus sisanya,” lanjutnya lagi masih dengan sebatang rokok yang terselip di jemarinya.

Setelah semuanya selesai, Jayden dan Joylin memutuskan untuk pulang ke apartemen mereka. Karena tak ingin terus merepotkan Nathan dan Sarah, mereka memutuskan untuk membeli apartemen dari tabungan orang tua mereka.

Hana dan Ethan merupakan agen Elite yang sudah mengabdi cukup lama pada NOX sebelum mereka meninggal. Tabungan yang ditinggalkan untuk kakak beradik memiliki jumlah yang besar sehingga lebih dari cukup untuk mereka yang memiliki gaya hidup sederhana.

“Selamat malam, Tuan Jay, Nona Joy. Lembur lagi seperti biasa?” tanya satpam apartemen mereka. Jayden sudah menyiapkan kopi seperti biasa untuk diberikan kepada para satpam. “Kopi? Wah! Terima kasih banyak. Kali ini juga dibawakan, haha!” lanjutnya sambil tertawa bahagia menerima kopi dari Jayden.

“Kebetulan coffee shop langgananku masih buka jam segini. Kami permisi dulu,” balas Jayden sedikit berbasa-basi lalu pamit.

Joylin masih bingung kenapa Kakaknya selalu mentraktir kopi para satpam. “Dengan cara itu kita bisa membangun kepercayaan dari satpam agar mereka tidak curiga kita sering keluar-masuk di jam-jam aneh,” sahut Jayden tiba-tiba seperti mengetahui isi pikiran Joylin.

"Ternyata kau jenius juga, Jay," ujar Joylin terkesan sambil menyikut lengan saudaranya. Cara ini bahkan tidak pernah terpikirkan olehnya.

Sementara itu Edric masih duduk di kantornya sambil mengisap sebatang rokok. Ditengah lamunannya, ia dikejutkan dengan suara ketukkan pintu.

Pria tua itu memberikan izin untuk masuk, “Dokumen yang anda minta sudah siap, Direktur,” ucap seseorang yang membawa sebuah dokumen untuk diperlihatkan. Wajahnya tampak puas dengan senyuman yang merekah setelah membaca dokumen hasil tes DNA milik Jayden dan Joylin.

Matanya menelusuri setiap detail yang ada dalam dokumen itu hingga menemukan kesimpulan yang tidak dapat dibantah bahwa mereka berdua adalah anak dari Hana dan Ethan.

“Terima kasih, kau boleh pergi. ini imbalan mu,” ucap Edric memberikan beberapa ribu dolar pada pria itu. Pria itu kemudian keluar dari ruang Edric dengan senyuman yang merekah setelah menerima bayaran.

“Hah. Kalian bersusah payah menyembunyikan mereka, tapi kedua anak bodoh ini malah muncul ke permukaan dengan sendirinya,” dengus Edric menyeringai sambil menggelengkan kepalanya.

"Aku akan mempertemukan kalian lagi," gumam Edric meraih korek api yang berada tak jauh darinya.

"Tapi sebelum itu, mereka akan menjadi pion ku terlebih dahulu untuk operasi rahasia yang telah lama ku siapkan," tambahnya. senyumnya mereka memperlihatkan deretan gigi.

Edric menyalakan korek api di tangannya, lalu membakar dokumen itu hingga menjadi abu seolah ingin menghilangkan jejak.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Twilight of Us    Bab 7

    Joylin tersentak kebelakang mendengar suara tembakan itu lalu menatap ke arah Erico sebelum akhirnya berlutut untuk mengecek kondisi pria itu. "Meninggal," batin Joylin dengan mata yang membelalak setelah memeriksa denyut nadi orang itu. Gadis itu menggeleng pelan, sorot matanya suram.Tak ada denyut nadi. Melihat isyarat Joylin, Jayden seolah tak percaya. Padahal tinggal sedikit lagi dan sebuah fakta akan terkuak. Hal itu menyulut amarah Jayden. “Sial! Apa yang baru saja kau lakukan?! Kita hampir mengetahui siapa pengkhianatnya!” bentak Jayden menarik kerah baju Erico. Urat di dahinya cukup untuk menjelaskan seberapa murka dirinya saat ini.“Kalian terlalu membuang-buang waktu!” bentak Erico dengan pistol yang masih berasap di genggamannya melepaskan genggaman Jayden dengan kasar, lalu berjalan dengan santai menuju mobil.Jayden mengepalkan tinjunya dengan Erat hingga urat di tangannya timbul karena kejadian barusan. Baginya, tindakan Erico sangat mencurigakan. “Bedebah sialan! Apa s

  • Twilight of Us    Bab 6

    Setelah bertahun-tahun melewati pelatihan yang berat dan misi percobaan yang nyaris merenggut nyawa, keduanya akhirnya diterima sebagai anggota resmi NOX pada usia dua puluh tujuh tahun.Bagi orang lain mungkin pencapaian ini tidak berarti apa-apa, tapi bagi mereka— yang datang dengan membawa luka dan dendam— ini adalah pencapaian luar biasa yang didapatkan bukan hanya menggunakan hasil keringat, tapi juga darah dan air mata.Saat ini mereka ditugaskan sebuah area gudang tua terbengkalai untuk mengambil kembali dokumen internal NOX yang telah dicuri bersama dengan agen bernama Erico.Berbeda dengan si kembar yang datang karena balas dendam, Erico datang dari kehidupan yang nyaman dan berkecukupan.Namun rutinitas itu memicu rasa bosan di dalam dirinya hingga membuatnya memilih dunia bayangan yang penuh adrenalin—sesuatu yang tidak bisa dibeli dengan uang.Malam yang pekat dan dinginnya udara yang menusuk menemani mereka dalam menjalankan misi ini. Di sana, di dalam gudang tua itu lang

  • Twilight of Us    Bab 5

    Setelah beberapa jam berlalu, akhirnya bel yang menandakan usainya kegiatan di sekolah berbunyi. Suasana senja hari itu indah seperti biasanya, daun-daun berguguran suara angin, serta kicauan burung menambahkan kesan yang damai.Joylin mengajak Jay pulang jalan kaki melewati pinggiran sungai dan membahas ini dengan santai sebelum tiba dirumah. Informasi yang mereka temukan masih mengganjal dipikiran Jayden. “Joy, Aku akan mengambil jalan yang sama dengan Papa dan Mama,” ucap Jayden langsung ke intinya.“Kalau begitu aku jug—” perkataan Joylin terpotong oleh sorot mata Jayden yang tajam. “Tidak … Jangan bercanda seperti itu! Aku tak menyukai candaan mu itu, Jay!” bentak Joylin sambil mengguncang kasar tubuh Jayden. Tangannya mencengkram erat kerah baju Jayden dan menatapnya dengan mata yang memerah. Nafasnya saling memburu hingga akhirnya air matanya mengalir membasahi pipinya, “Kau benar-benar keterlaluan!” desis Joylin sambil menyeka air matanya.Gadis itu menutupi wajahnya dengan

  • Twilight of Us    Bab 4

    Jayden menatap dalam adiknya, “Kau mimpi tentang Papa dan Mama lagi?” tanya Jayden khawatir. Pemuda itu memberikan segelas air untuk Joylin yang masih duduk di sofa dengan napas yang tersengal.“Aku …,” ucap Joylin, tangannya sedikit gemetar saat menerima gelas itu. “Merindukan Papa dan Mama,” lanjutnya dengan suara bergetar sambil menggigit bibir bawahnya.“Cerita padaku. Jangan menyimpannya sendirian,” ucap Jayden memeluk Joylin, dahinya berkerut. Ia tahu persis bagaimana beratnya mereka melewati hari-hari setelah kejadian itu terlebih lagi untuk Joylin yang selalu menunggu kepulangan Ethan dan Hana yang kala itu telah meninggalkan mereka berdua selamanya.Joylin meletakkan gelas yang dipegangnya di sebuah meja kecil yang berada tak jauh dari posisinya saat ini. Pandangannya tiba-tiba saja tertuju pada frame foto yang ada di meja itu. “Foto ulang tahun kita yang ke sepuluh, sekaligus ulang tahun terakhir kita bersama Papa dan Mama,” gumam Joylin meraih foto itu.“Sudah bertahun-tah

  • Twilight of Us    Bab 3

    Sarah melangkahkan kakinya ke arah pintu depan setelah mendengar nada ketukan yang tidak asing baginya. Jantungnya berdegup tidak karuan, hatinya terus menerka-nerka apakah suami dan iparnya berhasil pulang dengan selamat atau justru malah sebaliknya.Matanya terbelalak ketika melihat sosok suaminya yang penuh debu dan beberapa bercak darah di beberapa bagian tubuh kekar itu. “Nathan! Apa yang terjadi? Dimana Hana dan Ethan?” tanya Sarah sambil mengguncangkan tubuh suaminya. Tanpa aba-aba, Nathan memerangkap Sarah dalam pelukannya, tangis yang sedari tadi ditahan oleh Nathan akhirnya pecah juga.Tanpa bertanya lebih lanjut, Sarah seolah mengetahui apa yang terjadi namun hatinya seakan menolak mempercayainya. Dadanya kembang kempis seolah jantungnya sebentar lagi akan meledak, pupil matanya terlihat bergetar, “Tidak … tidak mungkin,” lirih Sarah, kepalanya menggeleng pelan.Nathan memeluk tubuh Sarah dengan erat, “Aku gagal, Sarah. Ethan dan Hana … Aku tak dapat menyelamatkan mereka,”

  • Twilight of Us    Bab 2

    Dunia Hana seakan hancur, wanita itu jatuh terduduk dengan tatapan kosong. “Tidak … Ethan … tidak mungkin,” gumamnya sambil mengacak-acak rambutnya. Air matanya jatuh dengan derasnya, dadanya yang sesak membuat nafasnya tersengal-sengal.Dengan cepat Hana mengambil beberapa barang dan membangunkan kedua anaknya. “Joy, Jay, kita akan ke rumah Paman Nathan dan Bibi Sarah. Mama harus ke kantor sekarang,” ucap Hana berusaha tetap tenang dan menyembunyikan kesedihannya.Joylin dan Jayden yang kala itu sudah menginjak usia sepuluh tahun telah terbiasa dengan hal ini. Ketika ayah dan ibu mereka mendapat panggilan dari kantor, mereka akan dititipkan di rumah paman dan bibinya.Perjalanan mereka menuju rumah Nathan dan Sarah diselimuti keheningan. Hanya suara mesin mobil yang menemani perjalanan. Joylin dan Jayden yang masih mengantuk tertidur di kursi belakang.Hana berusaha tetap fokus dalam menyetir, dadanya masih sesak. Sesekali kristal bening itu jatuh dari sudut matanya. Ia berusaha mena

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status