A Love- Hate Affair 'The Northern Duke's Touch'
Nalira kehilangan segalanya saat kerajaannya dihancurkan. Sebagai tawanan perang, ia dihadapkan pada Aaron Devonsa, Duke utara sekaligus Jendral berhati dingin dan kejam, pria yang paling ia benci.
Di balik ambisinya yang tak terhentikan, Aaron menyembunyikan rahasia kelam yang perlahan melahap sisi kemanusiaannya. Sementara Nalira, dengan keberanian dan luka yang ia bawa, menjadi satu-satunya yang mampu menantangnya. Dalam permainan dendam, obsesi, dan hasrat, mereka bertarung bukan hanya untuk kekuasaan, tetapi juga untuk hati yang seharusnya tak mereka miliki.
Namun, ketika kutukan mematikan mengancam nyawanya, hanya sentuhan Aaron yang mampu menyelamatkannya. Terikat dalam takdir yang tak mereka inginkan, kebencian di antara mereka berubah menjadi sesuatu yang jauh lebih berbahaya.
Read
Chapter: Bab_7 Keangkuhan Yang Di TundukanPara prajurit yang menyaksikan saling berpandangan, tidak percaya dengan apa yang baru saja mereka dengar. Bahkan Nalira sekalipun tak mengerti dengan sikap pria tua itu. Terlebih lagi Aaron, matanya menyipit tajam. "Apa yang kau lakukan Dominic?" tanya Aaron, penuh penekanan. Dominic tak memberinya jawaban, pria itu justru semakin menunduk, dan memerintahkan seluruh prajurit di ruangan itu untuk bertekuk lutut pada Nalira. Serentak mereka semua menunduk, kecuali sang Jendral. Aaron masih belum bisa mempercayai apa yang baru saja terjadi. Ia memandang Nalira dari ujung kepala hingga ujung kaki, mencoba memahami sesuatu yang seharusnya mustahil. "Tuan Putri, kami telah melakukan kesalahan, ampuni kami." Nalira mengangkat dagunya dengan ekspresi tegas. "Kau tahu siapa aku?" Dominic menunduk lebih rendah. "Tuan Putri… Kau adalah ksatria wanita yang sangat mahsyur. Bukan hanya karena kecerdasan dan dedikasimu sebagai pejuang, tapi juga karena kau adalah..." Dominic menghel
Last Updated: 2025-05-02
Chapter: Bab_6 Kejutan Di Balik TawananPerlahan Aaron menurunkan garpunya, matanya lalu memindai kondisi tubuh Nalira dengan seksama. Sedetik kemudian seringai tipis terulas di sudut bibirnya. "kau terlihat seperti... Hantu" Aaron terkekeh mengejek, suara tawanya yang berat membuat rahang wanita itu mengeras. Mata Aaron lalu bergerak ke hidangan di depannya yang nampak seperti pakan hewan. "Kau pasti lelah.. Makanlah jika kau lapar juga." tawarnya tanpa rasa bersalah. Nalira menahan diri untuk tidak meludahi makanan itu, matanya menyorot tajam, menatap Aaron dengan penuh kemarahan. "Kau monster menjijikan. Lepaskan aku!" teriaknya, nyaring. Aaron tertawa kecil, seolah kemarahan Nalira adalah hiburan baginya. "Kau akan menyadarinya," Aaron berdiri. Dan dengan langkah pelan ia mendekat ke arah Nalira. "Aku bukan hanya sekedar monster. Lebih dari itu, aku adalah penderitaan dan kematian bagi setiap orang yang mencoba menantangku dan menghalangiku." Mata Nalira nyalang menatapnya. "Dan kau pikir aku akan takut padamu
Last Updated: 2025-04-09
Chapter: Bab_5 PencarianGerimis membasahi tanah saat Pangeran Felix dan Jenderal Gavriel memimpin pasukan berkuda melewati pemukiman dan perbukitan menuju utara. Obor di tangan para prajurit menjadi satu-satunya penerangan di tengah malam yang pekat. Sudah tujuh hari sejak Nalira meninggalkan istana untuk berlatih bersama pamannya. Surat terakhirnya mengatakan bahwa ia akan kembali hari ini, tetapi hingga malam berlalu, ia tak juga tiba. Kekhawatiran melanda istana, terutama Felix. Nalira bukan sekedar tunangannya, lebih dari itu ia adalah bagian dari hidupnya serta salah satu wanita yang berpengaruh dalam politik kerajaan. "Nalira!" teriak Jenderal Gavriel di ikuti oleh teriakan prajurit yang tak kalah lantang memanggil Tuan putrinya. Mereka tak henti hentinya meneriakan nama Nalira yang hanya di jawab desiran angin malam, dan tanpa mereka tahu, Nalira tidak akan pernah menjawab sebab dirinya telah tertawan di markas kegelapan dengan keadaan yang sangat menyedihkan. Malam semakin larut, tetapi suasa
Last Updated: 2025-04-09
Chapter: Bab_4 Menjadi Tahanan"Hutan Kegelapan?" gumam pangeran Felix.Duke Elvandale mengangguk pelan."Ya, Pangeran. Hutan itu bukan sekadar mitos atau cerita rakyat. Itu adalah tempat di mana kejahatan dan kematian saling bertautan. Tidak ada yang bisa keluar dengan selamat dari sana ,tidak ada yang tahu makhluk apa yang bersembunyi di dalamnya.""Tetapi gadis itu tidak percaya..." Elvandale melanjutkan, suaranya mengandung ketidakberdayaan."Saat dia meminta izin untuk menemui pamannya dan mengevaluasi bela dirinya, aku sudah memperingatkannya agar tidak mendekati hutan itu. Tapi aku tak tahu apakah dia mendengarkanku atau tidak. Nalira… dia itu keras kepala."Felix merasakan jantungnya mencelos. Nalira… di sana? Tidak. Itu tidak boleh terjadi.Rahang Felix mengatup, lalu menatap Duke Elvandale."Kalau begitu, aku akan ikut mencarinya."Duchess Clarissa terkejut."Pangeran Felix—" katanya menggelengkan kepalanya dengan ragu, ia tentu khawatir pada keselamatan putra mahkota itu jika ia mencari putrinya."Aku t
Last Updated: 2025-04-09
Chapter: Bab_3 Kristal Merah jantung NaliraMalam beranjak larut di Astheria. Cahaya bulan menyinari istana megah yang berdiri anggun di pusat kota. Angin dingin berembus lembut, namun ketenangan malam itu tidak bisa meredakan kecemasan seorang pria yang mondar-mandir di depan aula kerajaan. Duke Elvandale berdiri di ambang pintu istana,matanya tajam menatap ke kejauhan, ke arah gerbang utama. Namun, sejauh apa pun matanya memandang, tak ada tanda-tanda kehadiran putrinya. Nalira belum kembali. Perasaannya semakin gelisah, Duke Elvandale lalu membuka telapak tangannya dimana serpihan kristal merah muncul, kilaunya berdenyut seolah itu detak jantung Nalira. Saat sinar kristal itu bergetar pelan, kenangan baru menyeruak ke dalam pikirannya, malam itu, ketika ia mendatangi Menara Arthelion demi satu harapan. Kilas balik. Duke Elvandale berjalan cepat menuju taman istana yang tersembunyi di balik kabut perak. Di sana Menara Arthelion, menara tinggi berbalut batu bulan dan akar suci yang menjulang ke langit nyaris tak terl
Last Updated: 2025-04-09
Chapter: Bab_2 Jeratan Sang Jendral Kejam"Hei! Turunkan aku!" Nalira meronta, ingin rasanya menendang dan memukul punggung pria kurang ajar itu, tetapi tangannya terikat ke belakang tubuhnya, dan Aaron bahkan tidak bergeming.Pria itu terus melangkah tanpa henti, membiarkan Nalira meronta di atas punggungnya. Otot-otot punggungnya tetap kokoh, seolah-olah keberatan tubuh Nalira bukanlah apa-apa baginya. Napas wanita itu memburu, amarah dan rasa takut bercampur menjadi satu. "Lepaskan aku, dasar pria tidak tahu sopan santun!" Nalira berteriak, tubuhnya menggeliat, mencoba mencari celah untuk melarikan diri. Aaron hanya mendengus, matanya menatap lurus ke depan, tanpa memedulikan perlawanan wanita itu. "Lebih baik kau diam sebelum aku mengikat mulutmu juga." Nalira mendengus frustrasi. Pria ini benar-benar tidak memiliki belas kasihan! Aaron terus bergerak melewati hutan yang semakin gelap. Bayangan pepohonan raksasa menjulang tinggi, ranting-rantingnya menjalar seperti tangan kurus yang ingin mencengkeram siapa saja
Last Updated: 2025-04-09