A Love- Hate Affair 'The Northern Duke's Touch'

A Love- Hate Affair 'The Northern Duke's Touch'

last updateLast Updated : 2025-05-30
By:  PearlyseaUpdated just now
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
20Chapters
108views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Nalira kehilangan segalanya saat kerajaannya dihancurkan. Sebagai tawanan perang, ia dihadapkan pada Aaron Devonsa, Duke utara sekaligus Jendral berhati dingin dan kejam, pria yang paling ia benci. Di balik ambisinya yang tak terhentikan, Aaron menyembunyikan rahasia kelam yang perlahan melahap sisi kemanusiaannya. Sementara Nalira, dengan keberanian dan luka yang ia bawa, menjadi satu-satunya yang mampu menantangnya. Dalam permainan dendam, obsesi, dan hasrat, mereka bertarung bukan hanya untuk kekuasaan, tetapi juga untuk hati yang seharusnya tak mereka miliki. Namun, ketika kutukan mematikan mengancam nyawanya, hanya sentuhan Aaron yang mampu menyelamatkannya. Terikat dalam takdir yang tak mereka inginkan, kebencian di antara mereka berubah menjadi sesuatu yang jauh lebih berbahaya.

View More

Chapter 1

Bab_1 Hutan Kelam

Nalira mengarahkan kudanya melewati jalan setapak yang sempit. Gadis cantik berambut hitam legam itu baru saja menyelesaikan pelatihannya bersama pamannya, Halim, dan ingin segera kembali ke istana.

Di punggungnya terikat sebuah busur panah, serta kantong berisi anak panah yang tergantung di sisi tubuhnya. Dengan keahliannya, senjata itu tak hanya menjadi pelengkap, tetapi juga alat untuk perlindungan.

Namun, bukannya mengikuti rute utama, ia memilih jalur pintas melalui hutan yang belum pernah ia lalui sebelumnya, berharap hutan itu bisa mempercepat perjalanannya. Tetapi Nalira sungguh tak mengindahkan peringatan siapapun untuk menjauhi hutan itu.

Sejak pertama memasukinya, ia merasakan suasana yang sangat aneh. Angin berbisik di antara pepohonan raksasa yang tumbuh jauh lebih besar dari biasanya.

Udara terasa lembap, aroma tanah basah dan dedaunan yang membusuk menguar memenuhi indra penciumannya. Semakin jauh ia masuk, semakin hutan itu terasa mencekam. Tidak ada kicau burung. Tidak ada gemerisik serangga, benar benar senyap, seperti tidak ada kehidupan di dalamnya.

Nalira mulai merasa ada yang tidak beres. Ia menarik tali kekang, menghentikan kudanya. Hewan itu gelisah, telinganya bergerak-gerak, kakinya menghentak tanah seakan ingin berlari menjauh.

"Apa yang membuatmu cemas, Rano?" gumam Nalira, tangannya menenangkan leher kudanya.

Ia menoleh ke belakang. Jalan setapak yang tadi ia lalui kini samar, tertutup bayangan pepohonan yang menjulang. Ia mencoba memutar arah, kembali memacu kudanya. Namun alih-alih menemukan jalan keluar, ia justru semakin tersesat sampai tiba tiba kuda kuning kecoklatan miliknya itu menginjak tanah yang lunak.

Hewan itu meringkik, tubuhnya goyah sebelum akhirnya terjerembap ke dalam kubangan lumpur yang dalam. Kaki-kakinya berkecipak, berjuang keras untuk menarik tubuhnya keluar.

Nalira segera turun, mencoba menarik tali kekang, mesti mustahil, tubuh hewan itu 5 kali lipat lebih besar darinya.

"Bertahanlah, Rano" gumam Nalira mencoba menarik tubuh kudanya dengan susah payah, hingga tiba tiba suara lesatan anak panah membelah udara dan dalam sekejap benda runcing itu menembus leher kudanya.

"Rano!" teriaknya. Napasnya tercekat saat melihat kudanya meronta, darah mengalir deras bercampur dengan lumpur hitam pekat. Hewan itu mengerang lemah, matanya yang penuh semangat kini meredup dalam hitungan detik.

"Tidak...! Rano!" ia berlutut suaranya pecah, nyaris tak terdengar di tengah heningnya hutan, meratapi kuda kesayanganya harus mati dengan cara mengenaskan.

Ia lalu berdiri dadanya naik turun dengan tangan terkepal gemetar, amarahnya meledak begitu saja.

"Kurang ajar!" teriaknya, matanya menyala liar.

"Siapa yang melakukan ini?!" teriakanya menggema.

Ia lalu menyambar busurnya, menarik anak panah dan melesatkannya ke arah semak-semak di sekelilingnya. Tak peduli siapa pelakunya, ia akan membalas.

tetapi sayangnya tidak ada jawaban. Hanya keheningan yang mencekam, menelan setiap denting anak panah yang hilang di balik pepohonan.

Nalira mengatupkan rahangnya, air matanya luruh, ia mendekat ke arah kudanya, mencium kening kuda itu yang telah setia menemaninya selama bertahun-tahun. Ia ingin meratap lebih lama,tapi ia tak punya waktu banyak sementara keluarga di istana pasti telah menunggunya.

Nalira mengusap sudut matanya. menghapus jejak air mata sebelum menegakkan bahu, lalu melangkah menjauh dengan perasaan berat.

Semakin lama ia berjalan, semakin hutan itu terasa seperti perangkap. Ranting ranting tajam menggores dan mengoyak sebagian gaun indahnya, bahkan tak jarang ia terjatuh dalam kubangan lumpur yang membuat penampilannya tak di kenali sebagai seorang Tuan putri.

"Sungai..." gumamnya tatkala ia menemukan aliran sungai yang airnya tampak jernih, di tengah rasa lelahnya bagaia oase di tengah gurun, sungai itu mengalir tenang di bawah cahaya senja, meski uuranya terasa mencekam.

Namun rasa haus membuat Nalira tak memedulikannya. Dengan langkah lunglai ia mendekat lalu berjongkok, menciduk air dengan telapak tangan, dan meneguknya perlahan hingga dahaganya terpuaskan.

krek.

krek.

krek.

Seketika Nalira mengang, seluruh indranya waspada kala tiba-tiba Suara ranting patah memecah kesunyian. Langkah kaki itu mendekat membuat jantungnya berdegup cepat. Tak berpikir panjang Nalira berdiri lalu dengan gerakan cepat ia memutar tubuhnya.

Mata biru Nalira membelalak, ketika ujung pedang yang tajam berkilat hampir menusuk lehernya.

Nalira menahan napas. Di hadapannya kini berdiri seorang pria dengan mata sehitam malam, bertubuh tinggi, berbahu lebar, dan berbalut jubah gelap yang menyatu dengan bayangan hutan.

"Siapa kau?" suara pria itu berat, dan tatapanya penuh ancaman.

Nalira berusaha tetap tenang, mengendalikan degup jantungnya yang berderap.

"Seharusnya aku yang bertanya. Kau menyerang tanpa alasan!"

Pria itu mendengus kecil.

"Kau berkeliaran di hutan ini, di wilayah yang seharusnya tidak boleh dimasuki siapa pun."

Nalira menyipitkan mata.

"Aku hanya mengambil jalan pintas dan tersesat." jawabnya.

Pria itu mendekat, menekan pedangnya lebih dalam hingga mata Nalira membelalak sesaat.

"Bohong. Mata-mata sepertimu selalu punya alasan."

Wanita itu menelan amarahnya. Ia bisa saja bertarung, tapi dalam jarak sedekat ini, satu gerakan salah akan membuatnya kehilangan nyawa.

"Mata-mata?" Ia tertawa pendek.

"Itu tuduhan konyol. Aku tidak memiliki alasan untuk menjadi mata-mata." ucap Nalira.

Namun pria itu tidak terpengaruh, terus mencari tahu identitas wanita di hadapannya.

"Namamu?"

"Kalau aku menolak?" Nalira mengangkat dagu penuh keangkuhan dan pria di depannya justru tersenyum licik

"Kau akan merasakan betapa tajamnya pedang ini," bisik pria itu, mengancam.

Nalira mengepalkan tangan. Ia tahu ia tidak bisa sembarangan melawan. Pria ini jelas seorang prajurit, mungkin lebih dari itu. Akhirnya dengan enggan ia pun menjawab,

"Nalira. Nalira Elvandale, putri Duke Elvandale, dari selatan."

Mata pria itu menyipit.

"Putri seorang Duke ? Lalu apa yang kau lakukan di sini tanpa pengawal?"

"Aku sudah mengatakan alasanku," Nalira mendesis, tidak suka diinterogasi seperti penjahat.

"Sekarang, siapa kau sebenarnya?" Nalira balik bertanya.

Pria itu diam sejenak, sebelum akhirnya menarik pedangnya dengan gerakan cepat.

"Aaron Devonsa," katanya dingin.

"Jendral, Sekaligus Duke paling berkuasa di Utara"

Mata Nalira membelalak. Nama itu bukanlah nama sembarangan. Aaron Devonsa, seorang Duke sekaligus panglima perang yang tak terkalahkan, sosok yang ditakuti di medan pertempuran.

"Aku tidak percaya bahwa seorang jendral seperti dirimu bersembunyi di tengah hutan. Menjadi pengecut dan membunuh kuda tanpa alasan."

Aaron menyarungkan pedangnya, tatapannya tidak berubah.

"Itu karena aku sedang memburu mata mata

"Sudah kubilang aku bukan mata-mata!' Nalira menegaskan, suaranya lantang.

Aaron mendengus.

"Dan aku harus begitu saja percaya?"

Tanpa memberi Nalira kesempatan menjawab, pria itu tiba-tiba mencengkeram lengannya erat. Nalira tersentak, mencoba melepaskan diri, tetapi genggaman Aaron jauh lebih kuat.

"Lepaskan aku!" Nalira berontak, namun Aaron menariknya lebih dekat, hingga wajah mereka hanya berjarak beberapa jengkal.

"Jangan harap! Putri seorang Duke yang tiba-tiba muncul di hutan ini? Entah kau memang bodoh atau punya niat tersembunyi." Aaron berbisik dingin.

Nalira menatapnya penuh amarah.

"Aku tidak punya urusan dengan kerajaanmu!"

Aaron diam sejenak, matanya mengamati wajah Nalira seakan menilai apakah wanita itu berbohong. Lalu, tanpa Nalira sadari ia menarik tali kulit dari ikat pinggangnya, lalu merampas busur beserta anak panahnya, dan melemparkannya ke tengah sungai tanpa ragu.

"Apa yang kau lakukan? Busurku!" Nalira memandang senjatanya yang melayang terjun ke sungai sambil berusaha menghindar, tetapi percuma.

Dalam satu gerakan cepat, pria itu membelit pergelangan tangannya dengan tali kulit, mengikatnya kuat ke belakang. Nalira menggertakkan gigi, pergelangannya terasa perih saat kulitnya bergesekan dengan serat kasar tali itu.

"Lepaskan aku!" desisnya penuh amarah.

Aaron hanya tersenyum miring.

"Jangan banyak bergerak, atau kau akan merasakannya semakin ketat." serunya.

" Setelah ini aku akan membawamu ke markas,"

"Kalau kau benar-benar tidak bersalah, kau akan bebas. Tapi kalau aku menemukan bukti bahwa kau mata-mata, aku sendiri yang akan menghabisimu." ancam Aaron.

Darah Nalira berdesir. Pria ini benar-benar gila!

"Aku tidak akan ikut denganmu!" teriaknya, tetapi Aaron hanya mengangkat sebelah alisnya, lalu tanpa berkata-kata lagi ia mengangkat tubuh wanita itu dengan mudah dan melemparkannya ke atas punggung seperti membawa sekarung gandum.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
20 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status