Chapter: Bab 22 – Perang di Balik SenyumLi Mansion – Pagi yang PalsuMatahari pagi menembus tirai putih kamar utama Li Mansion. Di meja rias, Aluna menatap pantulan wajahnya yang semakin pucat. Lingkar hitam di bawah matanya semakin tebal karena malam-malam tanpa tidur. Ia menoleh ke ranjang, mendapati Arsenio masih tertidur dengan wajah lelah. Sejak kemarin, Arsenio pulang larut malam setelah rapat darurat dengan tim Shadow Guard dan dewan direksi Li Group.Aluna berdiri, membetulkan gaun santainya, lalu menatap suaminya lama.> “Aku nggak boleh jadi kelemahanmu, Sen…”---Li Group HQ – Strategi BalasanJam 08.00, Kevin menampilkan laporan investigasi Adrian Wijaya di layar proyektor ruang kerja Arsenio.“Dia anak tunggal pemilik Wijaya Group di Singapura. Kekayaannya lumayan, tapi masih jauh dibanding Li Group. Riwayatnya bersih, kecuali satu kasus pelanggaran etika profesional saat magang di Hong Kong dulu, namun berhasil diselesaikan oleh ayahnya sebelum jadi skandal.”Arsenio menatap layar itu dengan mata tajam.“Tidak
Last Updated: 2025-07-21
Chapter: Bab 21 – Tumbal KekuasaanMarkas Red Lotus – Rapat DaruratPagi itu, Hendra duduk di meja rapat utama markas Red Lotus. Di sampingnya, Sienna duduk dengan kaki diperban, menatap layar proyektor yang menampilkan foto Zhang Wei dengan tulisan besar:> “Zhang Wei Ditemukan Tewas di Sungai – Dugaan Bunuh Diri”Hendra mengetuk meja pelan, suaranya terdengar serak menahan amarah. “Dia benar-benar membunuh Zhang Wei…”Sienna menatap Hendra tajam. “Arsenio semakin berbahaya. Kita tidak bisa lagi hanya menekannya dari sisi politik atau bisnis.”“Kalau begitu, kita tekan dia dari sisi keluarga,” desis Hendra sambil menatap foto Aluna di layar lain.“Dan… kita akan panggil dia.”Sienna menoleh cepat. “Dia…? Kamu yakin?”Hendra tersenyum kecil. “Kita butuh pion yang bisa membuat Aluna goyah. Arsenio mungkin kebal pada ancaman nyawa, tapi tidak pada ancaman hati istrinya.”---Li Mansion – Pagi yang TenangSementara itu, di Li Mansion, Aluna sedang duduk di ruang makan sambil menyuapi bayi mereka dengan bubur. Tatapannya t
Last Updated: 2025-07-20
Chapter: Bab 20 – Darah Dibayar DarahLi Mansion – Pagi yang MembekuUdara pagi ini lebih dingin dari biasanya. Kabut tipis menutupi taman lavender di halaman belakang Li Mansion. Dari balkon kamar utama, Arsenio berdiri mematung dengan mata tajam menatap jauh ke arah kota yang mulai sibuk. Matanya kosong, namun di balik tatapan itu berkecamuk badai dendam yang menunggu dilepaskan.Di dalam kamar, Aluna sibuk memandikan bayi mereka. Sesekali ia melirik suaminya yang berdiri membelakangi mereka. Ada aura gelap yang terpancar dari Arsenio hari ini, lebih pekat dibanding hari-hari sebelumnya.“Sen…” panggilnya pelan.Arsenio tidak menoleh. Suaranya terdengar datar dan berat, “Aku harus pergi pagi ini.”Aluna menatapnya cemas. “Kamu mau ke mana?”Arsenio menghela napas panjang sebelum akhirnya menoleh. Tatapannya tajam namun menyimpan kesedihan yang dalam.“Ke tempat masa lalu yang belum pernah selesai.”---Li Group HQ – Persiapan EksekusiJam 08.00, di ruang kerja lantai 59, Kevin menyerahkan berkas laporan keuangan Zhang W
Last Updated: 2025-07-19
Chapter: Bab 19 – Dosa Masa LaluLi Mansion – Pagi yang SunyiPagi itu, hujan turun membasahi seluruh kawasan kediaman keluarga Li. Langit gelap, seolah turut menyimpan rahasia besar yang tak lama lagi akan terbongkar. Di ruang makan, Aluna duduk menatap piring buburnya tanpa selera. Bayi mereka tertidur di stroller kecil di samping kursi.Arsenio turun mengenakan setelan abu gelap dengan kemeja hitam. Tatapannya tajam, wajahnya pucat karena kurang tidur. Ia menatap Aluna dalam diam sebelum menarik kursi dan duduk di depannya.“Kamu nggak makan?” tanyanya pelan.Aluna menggeleng lemah. “Nggak lapar.”Arsenio meraih tangannya di atas meja. Jemarinya yang besar dan dingin menutupi tangan Aluna, memberi kehangatan yang sunyi.“Aku janji… semua ini akan selesai segera,” ujarnya.Aluna menatap matanya yang merah lelah. “Apa yang selesai, Sen? Kekerasan? Pembunuhan? Kamu pikir dengan membunuh mereka semua kita akan aman selamanya?”Arsenio menatap Aluna lama, napasnya berat. “Aku tidak pernah menikmati kekerasan, Lun… Tapi
Last Updated: 2025-07-18
Chapter: Bab 18 – Anak Sang MiliarderLi Mansion – Pagi yang Penuh KehangatanMatahari pagi menembus tirai putih tipis kamar utama Li Mansion. Aluna terbangun lebih dulu, menoleh ke samping dan mendapati Arsenio masih tertidur dengan napas teratur. Ia tersenyum kecil, menatap wajah suaminya yang kini tampak begitu damai dan muda saat tidur. Seakan lelaki ini bukan miliarder dingin dan menakutkan, melainkan hanya seorang pria biasa yang kelelahan melindungi keluarganya.Pelan-pelan, ia turun dari ranjang, menata rambut panjangnya yang berantakan. Bayi mereka mulai bergerak di crib kecilnya sambil merengek pelan. Aluna segera menggendong dan menepuk punggung mungil itu.“Ssst… mama di sini, Nak…,” bisiknya lembut.Arsenio membuka mata perlahan. Tatapannya langsung tertuju pada Aluna yang sedang menimang bayi mereka di bawah cahaya matahari. Jantungnya berdegup pelan namun menenangkan.“Pemandangan terbaik di dunia,” gumamnya dengan suara serak.Aluna menoleh, tersipu. “Kamu bangun? Mau sarapan dulu atau mandi?”Arsenio bang
Last Updated: 2025-07-17
Chapter: Bab 17 – Warisan Luka Sang MiliarderLi Mansion – Kebahagiaan yang RapuhSudah tiga minggu sejak Aluna melahirkan. Pagi itu, suasana Li Mansion begitu damai. Sinar matahari menembus jendela kaca besar kamar utama, menerangi ranjang putih bersih di mana Aluna sedang menyusui bayi laki-lakinya dengan senyum lembut.Arsenio berdiri bersandar di pintu kamar sambil menatap mereka. Ada ketenangan di matanya yang biasanya tajam dan penuh perhitungan. Perlahan ia melangkah mendekat, menunduk mencium ubun-ubun anaknya, lalu bibir Aluna.“Pagi…” bisiknya.“Pagi,” jawab Aluna lirih dengan mata berkaca. “Aku masih seperti mimpi. Kita punya dia sekarang.”Arsenio mengusap pipinya. “Ini bukan mimpi. Kamu sudah melalui neraka waktu melahirkannya. Kamu wanita terkuat yang pernah aku kenal.”Aluna tersenyum, lalu menatap Arsenio dalam-dalam. “Dia mirip kamu. Tatapannya tajam banget.”Arsenio menahan napas menatap bayinya. Dalam dada dinginnya, ada sesuatu yang mencair. Rasa hangat yang selama ini tak pernah ia izinkan tumbuh.---Kevin –
Last Updated: 2025-07-16