Chapter: Bab 68: Warisan Cahaya yang TersembunyiLangkah kecil itu bergema di tengah sunyi.Tanpa suara angin,tanpa detak jantung dunia yang biasanya hidup,sehingga setiap injakan terdengar seperti lonceng kecilyang membangunkan sesuatu yang lama tertidur.Sang Raja menoleh pertama kali.Di antara akar pohon cahaya yang masih berdenyut samar,muncul sosok mungil—seorang anak lelaki,dengan rambut putih keperakandan mata berwarna perunggu,seolah matahari sore terperangkap di dalamnya.Anara langsung bersiaga,tapi Nerevan mengangkat tangan menghentikannya.“Lihat matanya,” bisiknya.“Dia bukan musuh.”Anak itu melangkah perlahan,pakaiannya terbuat dari jalinan kabut dan cahaya,tapi jejak kakinya nyata.Ia tidak menatap mereka—melainkan langsung pada dua sosok bercahayayang kini berdiri diam di pusat lingkaran sihir:Kaelira dan Lyrian.“Mama…”Suaranya nyaring,jernih,tapi membawa kesedihan yang ter
Last Updated: 2025-07-17
Chapter: Bab 67: Yang Tersisa dari CintaLangkah Lyrian terdengar nyaris tanpa gema.Namun setiap gerakannya membuat akar-akar cahayabergetar lembut,seolah semesta di sekelilingnya ikut menahan napas.Kaelira berdiri membeku.Matanya menatap wajah itu—wajah yang ia hafal bahkan dalam mimpi terburuknya.Wajah yang seharusnya sudah hancur,luruh bersama menara yang runtuh malam itu.Namun kini…Lyrian berdiri hidup di hadapannya,dan tak satu pun dari cahaya dalam matanyamengenali dirinya.Sang Raja bergerak pelan ke sisi Kaelira,tapi tak menyentuhnya.“Dia… itu benar-benar Lyrian?”Kaelira mengangguk.Patah.Tapi teguh.“Itu tubuh Lyrian,” gumamnya pelan,“tapi jiwanya… terikat.”Lyrian berhenti hanya beberapa langkah di depan mereka.Jubahnya berkibar pelan,dan dari balik punggungnyatampak ukiran bercahaya yang terus berdenyut.Simbol Veydran,berpadu dengan sihir paling purba—bu
Last Updated: 2025-07-16
Chapter: Bab 66: Istana di Langit yang RetakLangit bukan lagi langit.Ia seperti cermin cair yang mengalir ke atas,dan dari dalamnya tumbuh akar-akar hitamyang menopang sebuah istana terbalik—penuh pilar bengkok dan dinding yang meneteskan cahaya.Kaelira menatap ke atas,mata menyipit menahan tekanan dari gravitasi aneh di sekitar mereka.Udara di sini berbeda.Lebih padat.Seperti dihirup dan dihembuskan oleh sesuatu yang masih hidup.Anara memutar mata ke segala arah.“Aku tidak tahu mana atas dan bawah lagi.Ini gila.”Nerevan menunduk, menekan satu lutut ke tanah.Tangannya menyentuh permukaan yang terasa seperti batu,tapi berdetak pelan—seperti nadi.“Tanah ini terhubung langsung ke sumber sihir pertama.Setiap langkah yang kita ambil,kita sedang diinjak balik oleh waktu.”Sang Raja mengangkat wajah.“Lalu… bagaimana kita masuk ke sana?”Ia menunjuk ke arah istana yang menggantungdi langit kelabu.
Last Updated: 2025-07-16
Chapter: Bab 65: Batas yang Tidak BernamaLangkah pertama di tanah Veydrantidak mengeluarkan suara.Tanah di sana bukan tanah biasa—melainkan anyaman energi yang membeku,membentuk daratan dari ingatan yang dilupakan.Kaelira melangkah perlahan,sepatu botnya menjejak rumput biru yang terasa lembut seperti bulu.Tapi dari bawah,terasa denyut…seolah tanah itu bernapas.Anara berjalan di sampingnya,mata waspada menelusuri horizon yang tidak pernah diam.Langit di atas mereka tampak seperti langit malam,namun tidak sepenuhnya hitam.Ada gurat merah tipis,seperti luka yang belum sembuh.“Di mana kita sebenarnya?” tanya Anara pelan.Nerevan, yang berjalan paling depan, menjawab tanpa menoleh.“Di batas paling luar.Tempat ini disebut ‘Aras Lupa’.Wilayah penyangga sebelum inti Veydran.”Sang Raja menyusul dari belakang.“Dan apa yang biasanya terjadi di sini?”“Yang pertama datang,” ucap Nerevan,
Last Updated: 2025-07-16
Chapter: Bab 64: Setelah Cahaya PadamLangit kembali utuh.Tanah berhenti bergetar.Pohon-pohon wajah telah berubah menjadi debu lembut,terbawa angin ke arah utara.Tak ada suara tangis.Tak ada teriakan.Hanya keheningan.Kaelira duduk di atas batu datar,jubahnya kusut,tangan berlumur sisa sihir hitam yang belum sepenuhnya menghilang.Matanya menatap kosong ke tanah,seolah tak benar-benar ada di sana.Anara mendekat pelan.Membawa secawan air,dan meletakkannya di sisi Kaeliratanpa berkata apa-apa.Sang Raja berdiri tak jauh,di tepi tebing yang menghadap ke lembah.Dari sana,ia bisa melihat seluruh tanah yang dulu hancur oleh amukan Lyrian,kini tenang—tapi tak sepenuhnya damai.“Tak ada perayaan,” gumamnya pelan.Anara mendengar,dan menjawab tanpa menoleh.“Karena tak ada kemenangan.”Kaelira akhirnya angkat suara, lirih.“Tapi juga tidak ada lagi luka yang berdar
Last Updated: 2025-07-15
Chapter: Bab 63: Dunia Tanpa PengampunanLangit tetap retak.Pohon-pohon wajah tumbuh di seluruh penjuru perbukitan.Dan dari batang mereka,muncul sosok-sosok yang akrab…terlalu akrab untuk dianggap ilusi.Mereka tidak berteriak.Tidak menyerang.Hanya menatap—dengan mata penuh luka,seakan bertanya:"Kenapa kau biarkan aku mati?"Kaelira berdiri terpaku.Tanah di bawahnya terasa rapuh,seperti hatinya sendiri.Wajah demi wajah bermunculan:Eral, teman masa kecilnya yang meninggal saat perang pertama.Judea, mentor sihir pertamanya,yang tubuhnya tak pernah ditemukan.Dan—yang paling menyakitkan—Aelion, sahabatnya,yang dulu ia paksa mengorbankan diridemi menghentikan badai roh hitam di lembah barat.Sang Raja mendekat,mencoba menenangkan.“Mereka bukan nyata, Kaelira.Ini manipulasi jiwa.Jangan biarkan dirimu tenggelam.”Tapi Kaelira menggeleng.“Tidak…mereka memang buka
Last Updated: 2025-07-15