"Ya, Tuan. Gary sudah menghubungi kami dan meminta agar bersiap memasang sistem keamanan baru untuk semua data perusahaan Tuan Sultan." Rryuna memaparkan tentang beberapa hal mengenai data-data yang harus dilindungi dengan baik. "Bagus. Apa sudah selesai semua?" tanya Aldebaran. "Ya, Tuan. Semua sudah aman dan tak ada masalah lagi.""Oke, Ryu. Aku akan menghubungi kamu lagi kalo ada masalah." Aldebaran mengakhiri telepon. Dia mendengarkan percakapan Sultan dan Heidy. Ia tidak menyangka Heidy sangat menghormati Sultan. Aldebaran berspekulasi di dalam hati. "Apa mungkin, Heidy berhubungan dengan Tuan Sultan diam-diam? Tapi saat itu, kenapa dia nggak bantu Zoya pergi dari Ezra?" "Saya baik-baik saja, Pa. Papa jangan khawatir." Suara sendu Heidy membuat hati Aldebaran bergetar. "Syukur kalo begitu." Sultan tersenyum. "Gimana sama Zoya? Kamu nggak kenal Ivanovic?""Nggak, Pa. Saya baru pertama kali lihat dia ketika di pesta," jawab Heidy. "Saya akan bantu Papa mencari Zoya.""Nggak
Aldebaran menyatukan tangan kiri Ezra dengan kursi lalu mengikatnya erat-erat. Ia hanya membebaskan tangan kanan pria itu. Dengan menatap Ezra taja, ia pun berkata, "Ikuti perintahku atau kamu akan terkubur bersama reruntuhan bangunan ini!" Sultan terlihat hanya manggut-manggut melihat dan mendengar ancaman Aldebaran untuk Ezra. Sambil mengusap dagunya, Sultan berucap, "Terbuat dari apa otak Aldebaran Kellendra?"Felix dan Tomosa tidak berani menyahuti pertanyaan Sultan. Keduanya pun saling bertatapan. "Rieke, berikan tab itu pada Ezra!" Sultan meraih senjata api di saku belakang celana lalu menodongkannya ke kepala Ezra. "Ya, Tuan Kells." Rieke menyodorkan tab tersebut dan memberikan stylus pen pada Ezra. "Ambil dan cepat tandatangani!" bentak Sultan. Kali ini, ia tidak hanya menodongkan senjata apinya ke arah Ezra, melainkan menempelkannya ke kepala. Ezra tetap diam. Ia hanya memandangi tab di tangan Rieke dengan tatapan menyala. Tanpa disadari, ia membuka penyumpal mulutny
"Tuan, siapa nama Anda?" Rendy sangat penasaran sejak tadi dengan El. "Kalo dia panggil Kells dengan sebutan Tuan, Kells adalah bosnya, kan?" tanya Rendy di dalam hati. Pandangannya terfokus pada jalan yang membentang di hadapannya. Sesekali dia melirik spion untuk melihat keadaan di sekitarnya. "Ada apa?" tanya El, ia merasa ada yang tidak beres dengan si sopir. "Nggak ada apa-apa, Tuan."Rendy tersenyum tanpa melihat dua orang yang duduk di sampingnya."Oh." El bergumam tanda enggan menjawab pertanyaan sopir. Satu kata yang diucapkan oleh El tadi berhasil membuat Rendy geram. "Apa susahnya menyebutkan nama!" Jarak antara pergudangan dengan rumah sakit Sultan cukup jauh. Namun entah mengapa, El dan Putri merasa ada yang salah dengan sopir. "Pak, bukannya kita udah lewati jalan ini sebanyak tiga kali?" tanya Putri bingung. "Nggak, Nona. Kita belum melewatkan jalan ini," sanggah Rendy."Saya sangat yakin, kita sudah melewati jalan ini, Pak!" Putri tetap pada pendiriannya. El
"Apa yang Anda kerjakan, Tuan?" tanya pria itu lagi."Ada apa?" Aldebaran balik bertanya. "Saya bertanya pada Anda!" bentak pria itu. Pria dengan jenggot lebat dan sorot mata tajam. "Tidak tahukah Anda siapa saya?" Aldebaran menatap tajam pria itu hingga menusuk jantungnya."Memangnya dia pikir, siapa dirinya?" tanya si pria di dalam hati. "Sorot mata menakutkan yang belum pernah kulihat sebelumnya.""Tuan Kells," sapa Jordan dari belakang Aldebaran.Aldebaran berbalik menghadap Jordan. "Ya?""Jaーjadi ... Anda adalah TuーTuan Kells?!" Wajah si pria mendadak pucat dan memerah. Sorot mata yang semula tajam, kini berubah memelas. Aldebaran dan Jordan menatap si pria yang dengan tanda tanya. Mereka tidak mengenalinya sama sekali."Pak Rendy!" panggil Rini yang baru saja datang. Dia menghampiri Rendy sambil tersenyum. "Apa Bapak sudah selesai memeriksa keamanan minibus ini?" Merasa ada yang aneh, Rini menatap satu persatu pria yang berdiri di hadapannya. Bruk!Si pria bersimpuh di h
Felix datang membawa kabar gembira. Data-data perusahaan keluarga Sultan yang sudah lengkap dimasukkan ke tab milik Aldebaran.Felix berjalan ke arah Aldebaran dan berbisik, "Tuan, apa Gary udah kasih tahu Anda mengenai pemulihan data-data perusahaan keluarga Tuan Sultan?"Aldebaran mengangguk. "Ya.""Silakan, Anda periksa, Tuan!" Felix memberikan tab yang ia pegang kepada pemiliknya. "Oke," sahut Aldebaran sambil meraih tab tersebut. Aldebaran yang masih berada di bawah jendela, mulai membaca satu persatu data yang baru saja selesai dikerjakan Gary. Dengan ketelitian tinggi, Aldebaran mampu memeriksa seluruh data. Tanpa melewati satu data pun, Aldebaran telah sampai ke bagian pengalihan aset perusahaan yang mencantumkan nama Zoya Alisiya Alexander sebagai satu-satunya ahli waris keluarga Alexander. Dalam hatinya, the King bertanya, "Zoya? Hanya Zoya?" tanya Aldebaran bingung. "Lalu, kenapa anak ke-2 Tuan Sultan nggak dapat ahli waris sedikit pun?" Aldebaran tersedak air liurnya
Aldebaran berhasil menipu Ezra dengan penyamarannya. Tidak tanggung-tanggung, dia juga berhasil merebut kembali semua milik Sultan yang telah lama dicuri Ezra. "Sialan! Mr. King? Kamu, the King, kan?" Bola mata coklat, bulu-bulu halus yang sengaja Aldebaran biarkan memenuhi bagian atas bibirnya dan dagunya, membuat Aldebaran terlihat berbeda. Ditambah tato palsu di leher belakangnya membuat penyamarannya semakin sempurna."Ya, aku, Mr. King atau Aldebaran Kellendra," jawab Aldebaran sambil bertolak pinggang. "Kamu tahu kan, nggak ada yang bisa menandingi kecerdasanku, termasuk pengkhianat seperti kamu!" Ezra menggerak-gerakkan kursinya sambil memaki Rieke. Dia tidak percaya jika dirinya berada di titik terendah dalam hidupnya. Ia tidak pernah membayangkan hari ini akan terjadi begitu cepat hingga ia tidak memiliki kesiapan apapun. "Hei, wanita murahan! Kamu belum jawab pertanyaanku! Siapa yang membantu kamu berada di posisi puncak sekarang ini? Hah?!"Rieke menampar Ezra tiga kal