LOGINWARNING 21+ Ramli, duda anak tiga dari desa, terpaksa bekerja untuk CEO kaya. Namun, kedua majikannya terus bertengkar karena lima tahun ini, mereka tidak dikaruniai anak. Ramli yang butuh uang, tepaksa harus melakukan kerjasama. "Ramli, hamili istriku, aku akan membayarmu dua puluh kali lipat dari gajimu!" Namun, siapa sangka jika awalnya hubungan yang hanya sebatas kerjasama. Perlahan, Vina mulai merasa nyaman dan ketagihan dengan sang pelayan. Hingga akhirnya mereka terjebak dalam hubungan yang sangat rumit. Apalagi saat Vina tahu sang suami telah mengkhianati dirinya. Lantas, apa yang akan Vina lakukan? Akankah hubungan terlarang itu akan berakhir bahagia?
View More"Dua puluh juta, apa masih kurang?"
Seorang pria memberikan negosiasi kerjasama dengan pelayan yang bekerja di rumah mereka. Ramli, pria yang berusia sekitar tiga puluh lima tahun itu nampak berpikir seribu kali sebelum memutuskannya. Pria itu adalah pelayan di rumah Rangga dan Vina. Pasangan suami-istri dan sedang mencari cara untuk segera mendapatkan anak. "Tugasmu cuma satu, hamili istriku!" lanjut Rangga, suami Vina. Sang istri, Vina berdiri di samping suaminya dengan wajah tak nyaman. Bagaimana bisa dirinya harus berhubungan intim dengan pria yang menjadi pelayan di rumahnya. Rangga kembali menegaskan tujuannya untuk mengajak Ramli bekerja sama dengan dirinya. Karena ia tahu jika Ramli sangat membutuhkan uang untuk membiayai ketiga anaknya yang ada di kampung. "Ini untuk uang muka, setelah Vina benar-benar hamil, aku genapin semuanya menjadi seratus juta. Aku rasa yang ini sudah cukup untuk biaya anak-anakmu di kampung, bahkan lebih dari cukup. Bagaimana, kamu tertarik? Tenang saja aku tidak akan menuntutmu, setelah Vina hamil kamu bisa hidup seperti biasa, dengan satu syarat kamu harus bisa merahasiakan kerjasama kita ini. Jangan sampai ada yang tahu!" kata Rangga dengan entengnya. Ramli, pria berwajah tegas dan sedikit pas-pasan, memiliki tatapan mata yang tajam, rambut hitam ikal dan memiliki postur tubuh yang nyaris sempurna. Tubuh yang atletis bak binaraga karena pria itu pernah menjadi penjaga tempat gym di desanya. Tak ayal, ia memiliki tubuh yang proporsional dan gagah. "Tapi Pak... Apa ini tidak keterlaluan? Bu Vina adalah istri Anda. Apa Anda rela jika istri Anda disentuh oleh pria seperti saya? Saya rasa ini sangat tidak masuk akal!" sahut Ramli, berusaha untuk menjaga martabat majikannya. "Hah, persetan dengan itu semua. Kami berdua hanya menginginkan anak. Jika tidak, rumah tangga kami yang harus dikorbankan, dan aku harus kehilangan segalanya, apa yang aku bangun selama ini akan sia-sia, aku tidak mau itu terjadi!" kata Rangga dengan tegas. Vina menundukkan wajahnya, sebenarnya wanita itu tidak setuju dengan kerjasama yang diusulkan sang suami. Pasalnya, ia dan Ramli harus melewati masa-masa yang sangat intim yang tak seharusnya mereka lakukan. "Mas, kamu yakin ingin aku melakukan ini? Kok aku ragu, ya!" ucap Vina kepada Rangga, wanita cantik putri dari seorang konglomerat di kota itu. "Kita tidak punya pilihan lain. Kamu tahu Papamu ingin sekali kita segera memiliki keturunan, sedangkan kamu tahu sendiri, setelah kecelakaan itu, dokter memvonis aku mandul, tidak mungkin aku bisa memberimu anak, sedangkan aku sangat mencintaimu, aku tidak mau kehilanganmu, Vin! Terpaksa, kita harus melakukan cara ini!" kata Rangga meyakinkan istrinya. Vina berusaha mengerti, sang suami memang mengalami permasalahan pada sistem reproduksinya. Setelah mengalami kecelakaan dua tahun yang lalu, Rangga divonis tidak bisa memiliki keturunan, testisnya bermasalah karena terkena paparan zat kimia. Apalagi tuntutan dari kedua orang tuanya yang menginginkan mereka untuk segera memberikan keturunan. Karena sudah lima tahun mereka menikah, nyatanya sampai saat ini Vina belum hamil juga. Vina sendiri sangat mencintai suaminya dan tidak ingin melihat karier Rangga hancur karena pria itu bekerja di perusahaan orang tuanya. Terpaksa, Vina mengikuti permintaan sang suami. Dengan sangat terpaksa ia harus bisa menerima Ramli untuk mengisi rahimnya dari benih pria itu. Meskipun wanita itu masih ragu untuk melakukannya karena Ramli hanyalah seorang pembantu di rumah. "Oke, aku setuju melakukannya, tapi Mas, aku nggak yakin jika Ramli bisa memberikan keturunan yang bagus. Kamu tahu dia itu cuma pria dari desa. Mukanya aja muka ndeso, Mas!" kata Vina sambil melihat penampilan Ramli yang sangat sederhana. Ramli sudah merasa dirinya sedang dibicarakan oleh majikannya. Pria itu melihat dirinya sendiri. Sejenak ia mencium aroma tubuhnya sendiri yang dirasa tidak enak, cenderung bau asam dan kecut. Belum lagi celana tujuh perdelapan yang dipakainya saat bersih-bersih rumah. Nampak sekali penampilan pria itu sangat tidak menarik di mata para wanita. "kira-kira Bu Vina mau nggak ya dekat-dekat dengan pria kayak aku? Bu Vina kan cantik, tapi aku... Badan aja baunya kek kambing, gimana aku bisa menghamilinya?" batin Ramli dengan ekspresi bingung. Pantas saja Vina merasa ilfeel melihat Ramli. Wanita itu adalah seorang sosialita yang biasa bergaul dengan wanita-wanita kaya, apa jadinya jika dirinya hamil dari seorang pria yang cuma pelayan di rumahnya. Rangga kembali membujuk istrinya agar mau mengikuti rencananya, "Sudahlah, sayang. Ini tidak seburuk yang kamu kira. Ramli memang pelayan dari desa, tapi aku nggak meragukan kemampuannya, kalau bukan karena dia, mana mungkin aku bisa selamat dari preman-preman itu. Aku yakin sekali jika Ramli pasti bisa membantu kita. Apalagi dia sudah terbukti punya tiga anak. Paling cuma satu atau dua malam saja, kamu sudah bisa hamil!" ucap Rangga tanpa memikirkan akibat yang lain. Yang ada dalam pikirannya adalah karirnya, ia harus menyelamatkan karirnya yang sudah berada di atas. Vina pasrah, karena rasa sayangnya yang berlebihan untuk sang suami, wanita itu pun tidak bisa menolaknya. "Terserah kamu saja, tapi jangan salahkan aku jika bayi yang lahir nanti tidak mirip sama kamu, tapi mirip dia!" jawab Vina dengan wajah lemas. Rangga tersenyum sambil mencium kening sang istri. "Soal itu kamu tenang saja. Yang penting kamu hamil dan melahirkan anak. Ini adalah tujuan utama kita, kan?" kata Rangga. Lalu, pria itu kembali menghampiri Ramli yang sedang berdiri tertunduk. Pria itu terlihat panik, karena kali ini pekerjaannya bukan sembarang pekerjaan, tapi pekerjaan yang dibilang enak tapi sangat beresiko. Sedangkan dirinya sudah janji kepada anak keduanya untuk membelikannya sepeda baru. "Ramli, bagaimana tawaranku tadi? Istriku sudah setuju untuk melakukannya. Sekarang aku menunggu keputusanmu. Ingat, kamu membutuhkan uang banyak untuk menyekolahkan anak-anakmu, apa kamu juga tidak ingin membahagiakan orang tuamu, dengan uang itu, kamu bisa merenovasi rumah agar anak-anakmu tinggal dengan nyaman, nggak kebocoran lagi pas hujan. Pikirkan baik-baik tawaran ini. Aku memberikan tawaran khusus untukmu karena aku tahu kamu pasti bisa membantuku," ucap Rangga dengan tegas. Tentu saja sebagai seorang pelayan, mana mungkin ia menyentuh istri majikannya, ini adalah sebuah hal yang sangat tabu dan terlarang. Tapi, melihat bagaimana kondisi pernikahan Vina dan Rangga membuat Ramli akhirnya setuju untuk melakukan kerja sama. Apalagi Ramli seringkali mendengar Vina dan suaminya bertengkar hanya gara-gara soal anak, sehingga membuat pria itu tak tega melihat Vina yang menangis setelah pertengkaran itu. Setelah berpikir seribu kali, akhirnya Ramli bersedia untuk bekerja sama membantu pasangan itu. "Baiklah, Pak. Saya bersedia membantu kalian. Katakan, bagaimana cara kerjanya?" kata pria itu dengan lugunya. Rangga tertawa mendengar ucapan Ramli yang sangat polos. "Astaga Ramli, bagaimana bisa kamu tanyakan itu, anakmu saja sudah tiga biji, lantas kamu tanya bagaimana cara kerjanya?" kata Rangga yang tanpa sengaja Vina pun ikut tertawa kecil. BERSAMBUNG"Loh, ada apa, Pak?" tanya sang sopir saat melihat Ramli yang sudah berada di luar mobil sambil memeriksa ban mobil yang tiba-tiba kempis. Untung saja mereka sudah selesai sebelum sopir datang, tapi herannya kenapa ban mobil tiba-tiba kempis.Ramli langsung berdiri, menoleh pada sang sopir lalu menjawabnya, "Eh, untung pak sopir sudah datang. Nggak tahu nih, Pak, kenapa ban mobilnya bisa kempis, ya?" kata Ramli sambil melihat ke arah dalam di mana Vina sedang merapikan baju dan rambutnya setelah pergumulan yang cukup menantang itu.Wanita itu melirik ke arah sang pelayan dengan ekspresi datar, lalu dengan cepat ia memalingkan wajahnya. Entah malu atau apa, yang jelas ia sedang tidak ingin melihat wajah Ramli saat sedang memperhatikannya.Ramli sendiri juga nampak salah tingkah, majikannya yang biasa ia layani sambil menundukkan kepalanya, kini wanita itu menyerahkan seluruh jiwa raganya tanpa marah-marah atau memotong gajinya, justru wanita itu memberikan imbalan yang sangat besar dan
Tanpa ragu dan penuh semangat, Ramli menanggapi ucapan Vina. "Dengan senang hati, Bu!" jawab pria itu, lalu dengan cepat, segala jurus dan kemampuan yang dimilikinya ia keluarkan saat itu juga. Kedua tangannya meremas pantat Vina sambil menggerakkan naik turun. Ia memompa tubuh Vina dari bawah. Rasanya tetap sama, enak dan sangat candu.Vina sendiri merasakan tubuhnya bergetar hebat, wanita itu menjadi sangat terbuai dengan setiap manuver yang dilakukan oleh sang pelayan. Sesekali mulut Ramli mengulum ujung bulatan payudara Vina yang berwarna pink cerah. Menambah hasrat Vina yang makin membara."Hah Ramli, ini sangat gila, aku belum pernah merasakan nikmat seperti ini!" Vina terus meracau tak karuan. Hal gila ini sudah membuatnya semakin suka. Keperkasaan sang pelayan sudah membuat wanita itu sangatlah menggila.Hal yang sama juga dirasakan oleh Ramli. Pria yang biasanya patuh oleh perintah majikannya itu, kini ia menjadi joki atas percintaan terlarang mereka. Ia sudah menguasai penuh
Ramli menurut sesuai perintah Vina, meskipun dirinya harus menahan sebisa mungkin hasratnya untuk menjamah sang majikan lebih dalam. Ia tak mau mengingkari kata-katanya sendiri yang sudah ia ucapkan sungguh-sungguh.Tapi entah kenapa, justru yang terjadi semakin dalam. Kedua kaki Vina reflek merenggang dan terbuka sedikit demi sedikit. Ramli yang awalnya duduk menghadap ke arah depan, kini pria itu duduk menghadap ke arah samping di mana Vina sedang meletakkan kakinya lurus ke arah dirinya.Namun, Ramli sendiri harus hati-hati, di dalam taksi itu bukan cuma mereka berdua saja, tapi ada sang sopir yang duduk di kursi depan. Tapi sepertinya sopir itu sibuk menyetir karena di luar cuaca sedang tidak mendukung.Meskipun cuaca sedang ekstrim, tapi tidak bagi Vina dan Ramli. Justru mereka mulai digoda untuk menikmati kembali momen-momen indah waktu di hotel beberapa jam yang lalu.Kedua mata Ramli mulai nakal, pria yang setiap hari bergelut dengan pekerjaan rumah, dari potong rumput sampai
Vina pulang dengan membawa amarah, emosi dan kekecewaan. Ia pulang bersama Ramli dengan menaiki sebuah taksi. Biarkan saja Rangga bersama perempuan itu di hotel. Perasan Vina sudah hancur dan kecewa. Sepertinya mereka sudah kenal dekat. Terlalu bodoh kah dirinya yang begitu mencintai Rangga, sampai-sampai ia melakukan hal tergila dengan bercinta dengan pembantunya sendiri di rumah.Ramli yang duduk di samping Vina, pria itu melihat wajah istri majikannya memang sedang bersedih. Bukan kali pertama ia melihat wajah Vina marah plus bersedih, tapi sering. Vina dan Rangga sering sekali bertengkar dan membuat Vina menangis. Tapi kali ini, aura kesedihan wanita itu tampak berbeda dari biasanya. Seolah ada gurat kekecewaan yang teramat besar di sana."Bu Vina, apa Bu Vina ingin minum? Tadi saya sempat beli air mineral dari hotel, maklum saya tidak bisa jauh-jauh dari air putih. Silahkan jika Bu Vina minum!" Ramli menawarkan segelas air mineral yang ia bawa. Vina cuma meliriknya tanpa mengambi
Ramli tersenyum mendengar permintaan sang majikan. Rupanya Vina mengingkari kata-katanya sendiri. Entah apa yang membuat Vina memutuskan untuk melakukannya lagi dengan sang pelayan."Bu Vina ingin lagi?" jawab Ramli yang masih berdiri memunggungi Vina. Sambil menyandarkan kepalanya pada bahu Ramli, wanita itu menjawabnya dengan jelas."Hmmmm, kenapa? Apa kamu sudah tidak sanggup lagi? Mumpung kita belum selesai mandi, tak apa jika kita nambah satu lagi, bisa, kan? Cuma sepuluh menit saja!" jawab Vina dengan tangannya bergerak menuruni perut Ramli, menyentuh milik Ramli yang sudah mengacung sejak Vina memeluk dirinya.Tangan Vina meremas dan bergerak naik-turun pada batang kejantanan Ramli. Membuat si empunya meringis menikmati nikmatnya tangan sang majikan yang sedang membangkitkan gairahnya."Tapi kita sudah terlambat, Bu. Pak Rangga pasti sudah menunggu Bu Vina!" jawab Ramli lagi."Tidak masalah, biar aku yang urus. Tetaplah patuh dan ingat! Aku sudah membayarmu mahal untuk membuatk
Ucapan Ramli tentu saja langsung membuat Vina menutup kedua pahanya, dengan ekspresi malu bercampur kesal, Vina meminta Ramli untuk diam. "Mending kamu diem. Ini juga gara-gara kamu bisa kek gini, kegedean sih. Masih untung nggak nyampe tenggorakan!" sungut Vina sambil memeragakan lehernya yang seolah seperti sedang tercekik. Mendengar itu, tampak Ramli garuk-garuk tengkuknya sembari melihat miliknya yang sudah lemas bin teler. Meskipun dalam kondisi tidur, milik Ramli terlihat masih besar dan cukup membuat Vina menghela napas panjang. "Ya saya juga nggak tahu gimana bisa segede ini, kata Emak waktu hamil saya, dulu suka makan pisang tanduk dan lihat sapi kawin, sejak lahir burung saya jadi ukurannya paling gede dari bayi-bayi yang lainnya. Mungkin bayi lain, ukurannya normal segede jari kelingking, kalau punya saya beda, udah segede jempolan bapak saya!" Kata-kata Ramli seketika membuat Vina melongo. Sejenak ia membayangkan bayi yang baru lahir ukuran burungnya sebesar jempol ora


















Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments