Share

Part 5, Rio Rayhan

Violetta's pov

Namun, ketika jendela mobil itu diturunkan, aku dapat melihat dengan jelas siapa pengemudi mobil hitam itu...

"Naik mobil denganku."

"Maaf, aku gak bisa,"balasku pada pengendara mobil itu dengan tersenyum maaf.

"Gak apa apa, sekalian jalan kita kan searah,"balas pria itu sembari keluar dan mendorongku untuk masuk.

"Baiklah,"balasku sembari menghindarinya dan mulai memasuki mobilnya.

Seketika, suasana mobil hening dan hanya terdapat alunan lagu dari radio.

Aku berusaha untuk melihat ke arah jendela mobil dan tak menatap sedikit pun pada pria di sampingku.

"Jadi, suamimu dimana?"tanya pria itu padaku dan membuatku teringat dengan kejadian tadi pagi.

"Em..dia lagi sibuk buat ngatur perusahaannya Han.."balasku dengan senormal mungkin.

"Yang bener? Masa iya dia sampai biarin kamu nunggu angkutan umum di pagi pagi bolong gini.."balasnya sembari membelokkan mobilnya menuju perusahaan tempatku bekerja.

"Gak apa, dia gak tau.."balasku dengan tersenyum sedikit sebagai tanda aku tidak apa.

"Ok, kalau ada masalah bilang ya.kita masih jadi teman kok,"balasnya sembari memberhentikan mobilnya di dekat perusahaan ku bekerja.

"Sudah sampai Vi."

"Han..makasih ya..maafin aku yang ninggalin kamu pas lamaran,"balasku dengan rasa yang tak enak.

"Tidak apa, hush..jangan pikirin lagi Vi.semua udah berlalu juga,"balasnya dan membuatku merasa hangat.

Aku pun menuruni mobilnya dan mulai memasuki perusahaan.tiba tiba, ketika aku akan masuk ke ruangan kerjaku..aku ditarik oleh seorang laki laki yang telah menggunakan jas berwarna hitam.

"Sakit Vin!"ujarku padanya dan tak mendapat balasan apa pun darinya.

Ia membawaku ke ruangannya dan terdapat sebuah tulisan CEO di meja kerjanya.kebetulan ruangan ini kedap suara dan tak akan dilihat oleh orang lain sehingga aku mulai berontak.

"Lepasin!"gertakku padanya ketika memasuki ruangannya.

"Lo jelasin dulu! Cowok tadi siapa lo!"hardiknya padaku dan membuatku makin kesal pada laki laki ini, Davin.

Aku pun melepaskan pegangannya dengan kuat dan mendorongnya ke belakang dengan penuh amarah...

"AKU GAK MAU JELASIN!!"teriakku padanya dan pergi keluar dan memegang gagang pintu Davin.

"Kalau kamu keluar, aku akan memecatmu!"balasnya dan membuatku memandangnya dengan miris.

"Kamu telah melewati batasku.baik, aku B.e.r.h.e.n.t.i !!"tekanku padanya dan melepas kartu pegawaiku di depannya.

Plak!!

Seketika, ia memukul lenganku dan membuatku merasakan rasa sakit yang menusuk.hal ini pun membuatku terduduk memegang lenganku dan menahan rasa sakit.

Tiba tiba, ia memegangku yang telah terduduk dengan kuat dan mengatakan ucapan dingin yang membuatku meneteskan air mata dengan deras.

"Kamu adalah perempuan terburuk yang pernah kutemui."

Aku pun menggigit bibirku hingga berdarah dan berusaha pergi darinya.aku merasakan kepalaku yang berkunang setelah rasa sakit lengan itu menghilang dan mulai memegang sudut meja.

"K-Kau juga adalah laki laki terkejam yang pernah kutemui.."ujarku terbata bata dan berusaha untuk keluar dari ruangan itu dengan kondisi agak berantakan serta lengan yang bergetar sedikit.

Tiba tiba, laki laki itu merubah raut wajahnya dan mulai menyadari bahwa ia salah bertindak.ia mulai menahan tanganku dan dibalas dengan tatapan tajam dariku untuknya.

"Ta, maaf..gua tadi kebawa emosi."

Aku meninggalkannya dan membuka pintu untuk keluar dari ruangan tersebut.

Ceklek!!

Untungnya, semua karyawan sedang rapat dengan manajer sehingga tiada yang melihatku keluar dengan bibir ternoda darah dan lengan yang memar.

Ketika aku keluar, aku dengan segera memanggil taksi dan masuk ke dalamnya.

"Non, ini ada apa?"tanya supir itu.

"Gakpapa, cuma jatuh aja.makanya mau balik.."bohongku pada supir itu

"Oh..mau kemana?"

"Ke jalan Raden Saleh, no 8, blok 33."

"Baik non."

Dengan segera, taksi itu melaju dengan kecepatan sedang menuju rumah Divan.

Setelah sampai, aku segera membayarnya seperti biasa lalu mulai memasuki rumah yang megah namun tak ada kebahagiaan sama sekali..

Tap, tap, tap...

"Sshh, sakit sekali.."gumamku sembari menaiki tangga dengan terseok seok.

Aku segera melangkah ke kamarku dan mengambil kotak obat dari bawah kasurku.

Ketika aku sedang mengobati lukaku, terdengar suara mobil yang berhenti di luar rumah yang disertai dengan suara terbukanya pintu.

Orang itu mendekat ke kamarku dan berusaha untuk membuka kamarku.

Ceklek!

Krit....

Ketika ia berhasil masuk, ia terkejut melihat keadaanku yang dipenuhi oleh memar dan bibirku yang berdarah karena kugigit.

"Astaga...kamu kenapa??...

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status