Share

Part 9, syarat

Davin's pov

"Syarat dariku adalah menikahlah denganku." Ujarnya dengan tersenyum licik.

"Tidak mungkin!!  Aku telah menikah!" bantahku dengan cepat dan tegas.

"Baiklah, kalau begitu aku akan memutuskan kontrak ini." Ancam Natasha, mantan pacarku ini.

"Jika syarat itu tidak berkaitan dengan rumah tanggaku.. aku akan menerima kontrak ini." Ujarku sembari berdiri dan mulai melangkahkan kakiku meninggalkan Natasha.

'Aku akan mendapatkanmu. percayalah' batin Natasha dalam hatinya dan mulai beranjak . Setelah beberapa menit, ia keluar pula dari restoran tersebut.

Aku tetap teguh dalam menolak syarat ini. Jika aku menerimanya, tentu saja hal ini dapat melukai istriku sendiri!

Aku segera pergi meninggalkannya dan keluar dari restoran ini dengan wajah buruk. Dengan segera, aku mengemudikan mobilku kembali ke perusahaan untuk mengabarkan mereka bahwa kontrak ini dibatalkan..

Ketika aku kembali ke perusahaanku, dengan segera aku mulai mengabari sekretarisku untuk mengajukan kontrak ke perusahaan lain saja karena telah dibatalkan.

Lalu, aku pergi keluar dan berpapasan dengan istriku, Violetta. Karena aku sedang dalam mood yang buruk, aku meninggalkannya begitu saja..

Violetta's pov

"Akhirnya selesai..."gumamku dengan kecil lalu mulai segera meregangkan tubuhku yang kaku karena pekerjaan tadi.

Tiba tiba..

"Woy! Perusahaan kita gak jadi ngontrak. Baru gua dengar dari sekre cogan tuh," sambil menunjuk pada sekretaris suamiku.

"Kenapa?" Tanyaku dengan bingung.

"Mana gua tau!!" Balas Felis dengan menaikkan kedua bahunya dan membuatku tertawa.

"Tanyain gih sama cowok lo!" Sarannya padaku.

"Oke, nanti aku coba tanya ke dia," balasku sembari mengusirnya jauh jauh.

Dengan segera, karena pekerjaan yang telah selesai aku tidak jadi lembur untuk sehari dan menghampiri suamiku yang sedang berjalan ke arah luar perusahaan.

Namun, ia menjauhiku secara tiba tiba dan membuatku merasa aneh.

'Kenapa dengannya??'batinku sembari melihatnya yang hampir melewatiku.

"Vin.."

Tap, tap, tap...

Ia tak mempedulikanku, malahan ia pergi ke luar perusahaan tanpa membawaku.

Aku pun bingung dan mengikutinya, namun ia telah menghilang sehingga aku hanya bisa menunggu di rumah saja..

Jam 21.15

"Non, Davin belum pulang ya?" Tanya pembantu di rumah padaku.

"Iya bi, kayaknya dia hari ini lembur.." bohongku padanya.

"Non, bibi pulang dulu ya? Sudah larut," pamit pembantu di rumah kami yang bekerja pada sore hari hingga malam..

"Baik bi, hati hati di jalan.." ujarku padanya.

"Iya non.." balasnya sembari pulang ke rumahnya.

Aku kembali melihat jam di dinding rumah kami yang telah menunjukkan bahwa hari telah larut..

Aku telah menunggunya selama beberapa jam dan bahkan teleponnya tidak aktif. Aku pun mulai merasa was was dan mulai menelepon Siska..

"Halo...?" Tanyanya dengan suara serak seperti baru bangun tidur.

"Dek, biasanya kalau kakak lagi kesel dia kemana ya?" Tanyaku padanya dari telepon.

"Kayaknya pergi ke taman di dekat perusahaan atau di bar.." ujarnya sembari berusaha mengingat ingat.

"Oke, makasih ya."

Tut!

Dengan segera, aku pergi dengan meminjam mobil di dekat rumah ini dan memeriksanya di taman namun tidak tampak batang hidungnya sedikit pun. Aku pun mulai mengemudikan mobil pinjaman itu ke bar yang disebutkan oleh Siska.

"Kamu dimana Vin...." gumamku dengan penuh khawatir sembari membelokkan mobil ke arah bar itu.

Ketika aku sampai, terdengar alunan yang memekakkan telinga dan tampak wanita wanita yang terlihat memalukan.

Mataku terasa berkunang melihat tempat yang berkelap kelip itu dan berbagai bau alkohol bercampur dengan bau busuk masuk ke indera penciuman ku.

Dengan segera aku mencari Davin di sekeliling namun masih tak menemukannya. Aku pun mulai keluar namun tiba tiba tanganku ditarik oleh seseorang...

"Ikut denganku ya..." ujar seorang pria yang lebih tinggi dariku dan berbau alkohol itu..

"Maaf, saya mau pergi dulu..tolong lepasin kak." Ujarku padanya sembari berusaha melepaskan diri.

Namun, ia tak bergeming dan malah memegang erat pergelangan tangan ku sehingga mengakibatkan pergelanganku menjadi memerah. Dengan segera, aku mengeluarkan teknik pertahananku dan melarikan diri ketika ia meraung kesakitan.

"Aku dak mau kesini lagi. Semuanya kayak orang gila," ujarku sembari melangkahkan kakiku dengan cepat dan tidak melihat seseorang di depanku.

Tap, tap, tap...

Bruk!!

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status