Violetta's pov
"Cowok tadi pagi yang nganterin kamu itu siapa?"tanya Davin dengan suara yang agak berat dan menatapku dengan dalam.
Aku pun menatapnya dengan ragu ragu.ia sepertinya tidak sadar bahwa pertanyaan yang ia ajukan ini merupakan salah satu pertanyaan sensitif bagiku dan sulit dijawab karena akan membuat aku merasa merinding memikirkan perbuatan yang kuperbuat saat itu..
Setelah berpikir agak lama, aku pun mulai mendesah dan bersiap untuk menjawabnya.kupandang wajahnya yang menatapku dan menunggu jawaban dariku.
"Janji dulu,"ucapku membuka keadaan yang awalnya cukup hening.
"Aku harus menjanjikan apa??"tanyanya dengan wajah yang telah berubah menjadi semrawutan.
"Jangan marah pada aku setelah aku menjawab pertanyaanmu.sekalian boleh jelasin gadis yang ada di potret kamar aku itu,"balasku padanya sembari melipatkan kedua lenganku.
"Baiklah, aku berjanji."
"Aku agak bingung gimana jawabnya...namun yang pasti dia pacar aku sebelum aku tiba tiba dijodohin sama kamu .itu pesan terakhir mamaku,"balasku padanya dengan suara sedang.
Aku menatap ekspresinya yang mulai menjadi sedih dan ia mulai bertanya kembali padaku..pertanyaan yang lebih sulit dijawab dari sebelumnya.
"Apa kamu masih mencintainya??.."
Aku pun terdiam dan membuat sekeliling menjadi hening kembali. Hanya terdengar suara detak jantung diriku dan Davin di dalam rumah serta dentak jam yang berputar terus menerus..
Setelah berpikir kembali bagaimana cara menjelaskannya, aku mulai menatap suamiku kembali..
"Aku..tidak tahu.Namun, yang pasti aku telah menjadi istrimu dan tidak akan mengkhianati mu sebelum kamu yang memulai,"jelasku padanya.
Lalu, aku melihat wajahnya yang lebih rileks dan aku mulai mengajukan pertanyaan padanya.
"Sekarang Giliran mu..siapa gadis itu?"tanyaku berusaha menguak identitas gadis itu pada Davin sekaligus mengganti topik tadi dengan hal lain..
"Teman masa kecil aku,"balasnya dengan suara biasanya dan langsung berdiri.
"Van.."ucapku sembari menarik lengannya dengan sekuat tenaga untuk mencegah dirinya tiba tiba pergi dari ruangan ini.
"Hmm?"tanyanya padaku dan masih membalikkan tubuhnya dariku.
"Jangan pernah ninggalin aku ya??"ujarku dengan makin mengecilkan suaraku di akhir kata.
Untuk perkataan ini, aku mungkin tidak akan mendapat jawaban yang kuinginkan.aku pun menundukkan wajahku ke bawah dan melihat ke atas sesekali.pada saat yang sama, aku berusaha untuk tetap tenang dan tidak tegang agar kondisi tidak semakin kacau.
Deg!!
Aku melihat dirinya yang berbalik dan berjongkok di depanku.lalu, ia menahan wajahku yang mulai terasa panas karena hangatnya tangan suamiku sendiri.
Aku mulai meneliti wajahnya tanpa sadar dari matanya yang besar namun terlihat tajam, alisnya yang tebal dan hitam membentuk garis lurus, hidungnya yang agak mancung dan bibirnya yang tipis itu.
Seketika ia mengusap rambutku dengan halus dan mengatakan sebuah kata yang membuatku shock sendiri.
"Aku tidak akan meninggalkanmu hingga akhir hayat, istriku."
"Bolehkah kau mengulangnya kembali??"tanyaku padanya sembari membelalakkan mataku.
Tiba tiba, ia tersenyum jahil menatapku dan membuatku merasa tidak enak.aku mulai mundur darinya agar tidak terkena aksinya namun..
Bruk!!!
"Astaga!!"teriakku ketika ia mendorongku ke sofa dan mulai mendekatkan wajahnya ke dekatku.
Saat aku memejamkan mataku dengan ketakutan, ia menepuk pipiku perlahan dan membuatku mulai membuka mata..
Aku menatapnya yang menjauh dariku dan ia mengatakan sepatah kata .ucapan itu membuatku malu setengah mati dan merasa ingin berpura pura tidur kembali ke sofa yang kutempati sebelumnya.
"Tadi ada nyamuk di pipimu."
Violetta's povAku benar benar masih shock membayangkan tubuh berdarah Davin serta lokasi tusukan yang cukup lebar di tubuhnya. Kali ini, masalah kasus telah ditangani oleh pihak pihak lain. Hanya saja aku masih ragu masalah apalagi yang akan terjadi dan masih belum diselesaikan sebelumnya.Dengan jantung berdebar dan perasaan sedikit kesal, aku mulai bertanya pada Davin apalagi masalah yang masih belum kuketahui hingga saat ini. Ketika ia menggelengkan kepalanya dengan raut wajah yang bingung, aku baru melepas kekuatiranku dan mulai mendesah lega."Janji tidak akan seperti ini lagi.""Iya Ta..."~~~Tak terasa, 2 tahun telah lewat. Kasus itu diakhiri dengan penahanan Natasha dan pengungkapan beberapa anggota di daerah perusahaan Davin yang berperan sebagai orang dalam. Tentu saja, jumlahnya masih dapat dihitung dengan jari karena proteksi perusahaan yang cukup kuat.
Davin's povIa mulai mundur ke belakang dan mengusap darah yang keluar dari bibirnya. Dengan aneh, ia meliukkan badannya sembari maju dan bersiap untuk memukulku. Benda tajam itu diarahkan padanya tepat ke perutku ketika aku berusaha menahan pukulannya dan membuatku dengan cepat menyerong dari arah tangannya.Benda tajam itu pun meleset dan mengenai angin angin yang bergerak mengitari kami berdua. Akhirnya, aku pun dengan cepat meninju tanganku tepat di mukanya.Bugh!Wajahnya yang tak terkena sinar membuatku sulit melihat keadaannya. Aku pun mulai meningkatkan kewaspadaan diriku dan maju ke arahnya. Ketika aku hampir dekat dan meninjunya, tangannya kembali memainkan benda tajam itu le arahku. Aku pun meliukkan benda tajam itu ke tubuhnya. Atau tepatnya berada di bagian vital tubuhnya, bagian dada.Clek!Pria itu mulai mundur dan terjengkang ke belakang. Darah menguncur te
Davin's povSetelah menemukan nama yang tertera pada daftar kontak, aku mulai menghubunginya dan malah mendapatkan bahwa nomor ini telah tidak aktif.Aku pun mulai berusaha menelpon anak buahku untuk memeriksa seseorang yang menurutku bisa saja menjadi pelakunya. Setelah selesai menelpon dan hal yang kusampaikan akan dikerjakannya, aku mulai masuk ke akun Rio.Panggilannya pun tersambung dan ia berbicara, "Ada apa?""Sorry repotin, gimana perusahaannya?" Tanyaku padanya."Santai. Perusahaanmu dan punyaku sudah ditangani dengan baik. Lagipula adikmu ternyata telah menyiapkan semua hal dan melampirkan note kecil di komputer perusahaan sehingga kesalahan tidak akan mudah luput dari perhatianku."Aku pun mulai merasa lega sejenak. Untung saja tiada masalah lagi, karena aku sepertinya ingin fokus ke kasus lama itu dahulu dibandingkan perusahaan."Memangnya ada apa ya?" S
Davin's pov"Kenapa kamu bersikeras ingin berhenti menyelidiki kasus ini?"Aku pun mulai menghela nafas dan melanjutkan perkataanku kembali, "Aku sama sekali tidak mengerti mengapa kamu ingin bersikeras seperti ini. Ini demi kebaikanmu juga, aku tidak ingin kamu dilukai oleh dalang utama itu. Jadi, tolong beri aku satu alasan saja mengapa kau ingin menutup penyelidikan ini Ta..."Wajahnya membeku dan bibirnya terkatup rapat, tidak membocorkan sedikit pun suara dari pita suaranya. Semakin ia terdiam, semakin aku merana kebingungan dan menatapnya dengan pancaran yang sama sekali tidak dimengerti sendiri olehku.Ketika ia membuka bibirnya, lidahnya tampak kelu dan suara bervolume kecil tidak keluar sedikit pun darinya. Akhirnya, ia menutup lagi mulutnya dan menundukkan wajahnya.Aku pun mulai geram melihatnya yang diam mematung terus menerus dan berinisiatif sendiri."Ta, pandang diriku," ujarku s
Davin's povAku benar benar merasa bingung bagaimana memulai penjelasan ini, bibirku terasa kelu dan pikiranku kosong. Di sisi lain, jantungku bergemuruh dengan kencang. Hingga aku mulai sadar dalam waktu sekejab bahwa rahasia apapun pasti akan terungkapKetika aku memastikannya lagi sebelum berbicara, ia seolah olah bersikap tidak apa dan siap mendengarnya. Aku pun menghembuskan nafasku dan mulai membuka mulutku."Sebenarnya.. mereka ikut berpatisipasi dalam kejadian tersebut. Namun, aku juga tak begitu yakin bahwa merekalah yang menjadi dalang utama dari kasus sebelumnya.""Namun, tiada hasil penyelidikan merujuk pada orang yang kucurigai sampai sekarang," akhirku pada perempuan di depanku yang masih menatapku dengan intens.Ia mulai mengulurkan lengannya ke telapak tanganku. Ia rekatkan jemarinya yang telah meramping menampakkan lekukan tulang ke jariku yang kasar dan besar."Hentika
Malam semuanya... ini chap terbarunya ya. Kali ini dalam versi pandangan author dan lebih jelas ya. Selamat membaca dan salam sehat bagi semuanya...??Author's povTampak kedua orang yang saling berhadapan namun berbeda ekspresi. Pria yang baru keluar di kamar mandi berbalut outfit kasual putih dan dilengkapi oleh celana panjang berwarna hitam.Sedangkan satu lagi berbalut pakaian putih serta berbaring di sebuah ranjang dan diliputi oleh berbagai fasilitas medis untuk menunjang kesehatan selama masa koma nya. Walau ditopang oleh berbagai alat alat medis, dari wajah wanita itu terlihat bahwa ia telah membaik walau masih tampak agak pucat.Rambut wanita itu tampak sedikit menghilang namun telah tersamarkan dibandingkan saat saat ia baru selesai dioperasi. Beberapa bagian tubuhnya menunjukkan tulang dengan jelas dan membuatnya seolah olah menderita penyakit anoreksia.Sedangkan si pria, yang sedang berdiri k