Violetta's pov
Tak terasa, beberapa minggu telah berlalu.
Aku tidak jadi berhenti bekerja karena manajerku yang tidak rela melepas diriku pergi. Akhirnya, aku kembali bekerja di perusahaan suamiku sendiri..
Suamiku, Davin telah berubah menjadi lebih hangat padaku. Entah mengapa sekarang aku mulai merasa bahwa ketika sedang bersamanya, aku merasakan perasaan nyaman dan hangat.
Perasaan ini membuat jantungku berdetak lebih cepat dan dapat mengosongkan pikiranku sewaktu waktu ketika memikirkannya.
Seolah olah aku sedang dibutakan oleh suatu hal yang tak kumengerti sama sekali. Bahkan terkadang, ketika ia sedang tiada aku dapat memikirkannya terus menerus.
Perasaan apakah ini??
Tiba tiba, lamunanku dibiaskan oleh suara dari teman kerja yang menghampiriku.
"Vio, lo tau gak? Perusahaan kita akan melakukan perjanjian kerja sama dengan seorang wanita dari luar negeri !!!"
"Apa??" tanyaku sembari berdiri dan memandang temanku, Felis dengan penuh menyelidik karena terkadang ia sering bercanda.
"Iya...sekarang suami lo lagi pergi buat kontrak nih," ujarnya sambil pamit dan membuatku mulai bingung.
'Kenapa suamiku tidak mengabariku ya??' Pikirku dengan batin yang agak terguncang dan merasa takut akan sesuatu tanpa mengetahui apa yang terjadi...
Namun, aku masih memiliki banyak pekerjaan sehingga aku mulai menyibukkan diri kembali dengan berkas berkas yang terpampang di meja kerja milikku.
Setidaknya itu kabar baik bagi suamiku. Sepertinya aku terlalu banyak berpikir. mungkin aku akan menanyakan padanya soal perjanjian kerja sama tersebut setelah ia pulang ke rumah .
Davin's pov
Aku mendapat kabar baik dari pihak yang akan kuajak kerja sama pada hari ini.
Sepertinya ia akan menerima kontrak ini. Namun, ia memiliki syarat yang harus kupenuhi sehingga harus bertatap muka dahulu denganku..
Dengan segera, aku memanggil karyawan dan sekretaris di dekatku untuk memerintahkan mereka mengatur perusahaan ini dalam beberapa jam.
Setelah itu, aku beranjak dari kursi dengan perasaan yang agak gelisah. Dan dengan segera, aku mulai membuat janji temu di sebuah restoran dengan pihak tersebut.
Aku mulai berjalan keluar dari perusahaanku dan pergi menggunakan mobilku menuju suatu restoran .
Setelah sampai, aku segera memarkirkan mobilku di dekat restoran lalu mulai berjalan memasuki restoran tersebut...
Tap, tap, tap...
Kring!!
Denting bel terdengar ketika aku mulai memasuki restoran tersebut. restoran ini dihiasi oleh nuansa yang cukup kasual namun terlihat elegan.
Aku pun mulai mencari tempat duduk dan menunggu pihak lain itu. Lalu, aku memesan secangkir kopi pada seorang pelayan restoran sembari menunggunya.
Tak lama kemudian...
Kring!!!
Tap, tap, tap..
Seorang pria datang ke arahku dan mulai duduk berhadapan denganku. aku menyampaikan salam padanya dengan ramah dan dibalas dengan senyuman darinya.
"Apakah ini dengan tuan Davin? Ceo dari Pt.Nugraha."
"Ya, saya Davin," balasku dengan santai.
"Mohon tunggu dulu ya, Sepertinya, Ceo kami belum datang karena macet di jalan," ujar lelaki itu padaku dengan sopan.
"Baik."
"Maaf pak, ini kopinya.ada lagi gak yang mau dipesan??" tanya pelayan yang mengantarkan kopi padaku.
"Tidak ada."
"Baik..terima kasih pak," balasnya dengan riang dan kembali ke tempat awalnya. Sepertinya ia masih seumuran dengan Siska, adikku.
Setelah beberapa menit kemudian, aku melihat seorang wanita yang menggenakan dress selutut berwarna peach yang selaras dengan kulit putihnya. rambutnya yang lurus berwarna coklat kehitaman dan wajahnya menunjukkan kesan bahwa ia adalah keturunan melayu.
Wanita itu berjalan masuk ke restoran lalu menuju ke arah kami dengan elegan. setelah kulihat dari dekat ia ternyata adalah..
"Siang, saya Natasha. Ceo dari perusahaan yang akan menjalin kontrak dengan tuan Davin."
Seketika, perasaan nyeri menjalar ke hatiku ketika melihatnya kembali. Aku tetap tenang dan mulai berjabat tangan dengannya.
Setelah itu, kami mulai duduk dan mendiskusikan perencanaan dan timbal balik dari kontrak kerja sama ini.
Namun, hingga saat saat terakhir, ia masih belum menyebutkan syaratnya sedikitpun.
"Apakah persyaratan dari kontrak ini?.."tanyaku pada wanita itu sembari menahan rasa kuatirku.
"Ah iya, saya hampir lupa.maaf ya."ucapnya padaku sembari tersenyum..
"Syaratku yaitu..
Violetta's povAku benar benar masih shock membayangkan tubuh berdarah Davin serta lokasi tusukan yang cukup lebar di tubuhnya. Kali ini, masalah kasus telah ditangani oleh pihak pihak lain. Hanya saja aku masih ragu masalah apalagi yang akan terjadi dan masih belum diselesaikan sebelumnya.Dengan jantung berdebar dan perasaan sedikit kesal, aku mulai bertanya pada Davin apalagi masalah yang masih belum kuketahui hingga saat ini. Ketika ia menggelengkan kepalanya dengan raut wajah yang bingung, aku baru melepas kekuatiranku dan mulai mendesah lega."Janji tidak akan seperti ini lagi.""Iya Ta..."~~~Tak terasa, 2 tahun telah lewat. Kasus itu diakhiri dengan penahanan Natasha dan pengungkapan beberapa anggota di daerah perusahaan Davin yang berperan sebagai orang dalam. Tentu saja, jumlahnya masih dapat dihitung dengan jari karena proteksi perusahaan yang cukup kuat.
Davin's povIa mulai mundur ke belakang dan mengusap darah yang keluar dari bibirnya. Dengan aneh, ia meliukkan badannya sembari maju dan bersiap untuk memukulku. Benda tajam itu diarahkan padanya tepat ke perutku ketika aku berusaha menahan pukulannya dan membuatku dengan cepat menyerong dari arah tangannya.Benda tajam itu pun meleset dan mengenai angin angin yang bergerak mengitari kami berdua. Akhirnya, aku pun dengan cepat meninju tanganku tepat di mukanya.Bugh!Wajahnya yang tak terkena sinar membuatku sulit melihat keadaannya. Aku pun mulai meningkatkan kewaspadaan diriku dan maju ke arahnya. Ketika aku hampir dekat dan meninjunya, tangannya kembali memainkan benda tajam itu le arahku. Aku pun meliukkan benda tajam itu ke tubuhnya. Atau tepatnya berada di bagian vital tubuhnya, bagian dada.Clek!Pria itu mulai mundur dan terjengkang ke belakang. Darah menguncur te
Davin's povSetelah menemukan nama yang tertera pada daftar kontak, aku mulai menghubunginya dan malah mendapatkan bahwa nomor ini telah tidak aktif.Aku pun mulai berusaha menelpon anak buahku untuk memeriksa seseorang yang menurutku bisa saja menjadi pelakunya. Setelah selesai menelpon dan hal yang kusampaikan akan dikerjakannya, aku mulai masuk ke akun Rio.Panggilannya pun tersambung dan ia berbicara, "Ada apa?""Sorry repotin, gimana perusahaannya?" Tanyaku padanya."Santai. Perusahaanmu dan punyaku sudah ditangani dengan baik. Lagipula adikmu ternyata telah menyiapkan semua hal dan melampirkan note kecil di komputer perusahaan sehingga kesalahan tidak akan mudah luput dari perhatianku."Aku pun mulai merasa lega sejenak. Untung saja tiada masalah lagi, karena aku sepertinya ingin fokus ke kasus lama itu dahulu dibandingkan perusahaan."Memangnya ada apa ya?" S
Davin's pov"Kenapa kamu bersikeras ingin berhenti menyelidiki kasus ini?"Aku pun mulai menghela nafas dan melanjutkan perkataanku kembali, "Aku sama sekali tidak mengerti mengapa kamu ingin bersikeras seperti ini. Ini demi kebaikanmu juga, aku tidak ingin kamu dilukai oleh dalang utama itu. Jadi, tolong beri aku satu alasan saja mengapa kau ingin menutup penyelidikan ini Ta..."Wajahnya membeku dan bibirnya terkatup rapat, tidak membocorkan sedikit pun suara dari pita suaranya. Semakin ia terdiam, semakin aku merana kebingungan dan menatapnya dengan pancaran yang sama sekali tidak dimengerti sendiri olehku.Ketika ia membuka bibirnya, lidahnya tampak kelu dan suara bervolume kecil tidak keluar sedikit pun darinya. Akhirnya, ia menutup lagi mulutnya dan menundukkan wajahnya.Aku pun mulai geram melihatnya yang diam mematung terus menerus dan berinisiatif sendiri."Ta, pandang diriku," ujarku s
Davin's povAku benar benar merasa bingung bagaimana memulai penjelasan ini, bibirku terasa kelu dan pikiranku kosong. Di sisi lain, jantungku bergemuruh dengan kencang. Hingga aku mulai sadar dalam waktu sekejab bahwa rahasia apapun pasti akan terungkapKetika aku memastikannya lagi sebelum berbicara, ia seolah olah bersikap tidak apa dan siap mendengarnya. Aku pun menghembuskan nafasku dan mulai membuka mulutku."Sebenarnya.. mereka ikut berpatisipasi dalam kejadian tersebut. Namun, aku juga tak begitu yakin bahwa merekalah yang menjadi dalang utama dari kasus sebelumnya.""Namun, tiada hasil penyelidikan merujuk pada orang yang kucurigai sampai sekarang," akhirku pada perempuan di depanku yang masih menatapku dengan intens.Ia mulai mengulurkan lengannya ke telapak tanganku. Ia rekatkan jemarinya yang telah meramping menampakkan lekukan tulang ke jariku yang kasar dan besar."Hentika
Malam semuanya... ini chap terbarunya ya. Kali ini dalam versi pandangan author dan lebih jelas ya. Selamat membaca dan salam sehat bagi semuanya...??Author's povTampak kedua orang yang saling berhadapan namun berbeda ekspresi. Pria yang baru keluar di kamar mandi berbalut outfit kasual putih dan dilengkapi oleh celana panjang berwarna hitam.Sedangkan satu lagi berbalut pakaian putih serta berbaring di sebuah ranjang dan diliputi oleh berbagai fasilitas medis untuk menunjang kesehatan selama masa koma nya. Walau ditopang oleh berbagai alat alat medis, dari wajah wanita itu terlihat bahwa ia telah membaik walau masih tampak agak pucat.Rambut wanita itu tampak sedikit menghilang namun telah tersamarkan dibandingkan saat saat ia baru selesai dioperasi. Beberapa bagian tubuhnya menunjukkan tulang dengan jelas dan membuatnya seolah olah menderita penyakit anoreksia.Sedangkan si pria, yang sedang berdiri k