Dodi POV.
Sepulang dari rumah Pak Ahmad, aku senyum-senyum sendiri mengingat jawaban Luna yang setuju menikah denganku. Wajahnya terlihat polos sekali seperti anak-anak. Ya, memang Luna itu masih belia, tapi aku jatuh cinta padanya dan aku ingin segera menikahinya.
Semua persiapan pernikahan sudah selesai, tinggal saatnya menunggu hari esok. Aku sangat senang sekali, akhirnya sebenar lagi aku akan menyandang status sebagai suami.
Hari pernikahkan pun telah tiba. Tidak menyangka,hari ini aku akan menikah dengan gadis cantik seperti Luna. Hati hatiku berdetak kencang saat berjabat tangan dengan Pak Ahmad, mengucapkan kata-kata yang sangat sakral yaitu ijab qobul.
Setelah para saksi dan tamu undangan mengucapkan 'sah' hatiku lega sekali. Akhirnya mulai detik ini aku sudah menjadi suami.
Ku lihat Luna berjalan menghampiriku. Dia memakai kebaya putih dan hijab ditambah make up yang tidak terlalu tebal. Aku terhipnotis dengan penampilannya hari ini, dia cantik sekali. Karena, Luna biasa tidak memakai make up saja sudah cantik apalagi ditambah pakai make up.
Luna mencium punggung tanganku sebagai tanda penghormatan dia kepada aku, suaminya. Lalu, akupun mencium keningnya beberapa detik.
Rasanya aku bahagia sekali. Hari ini adalah hari yang paling bahagia yang pernah aku alami seumur hidup. Ku lihat Lunapun juga tersenyum bahagia saat menyalami tamu yang memberi selamat.
Luna POV
Alhamdulillah, acaranya selesai juga. Kakiku pegal sekali berdiri menyalami tamu. Terkadang duduk sebentar terus ada tamu yang datang lagi. Begitu terus sampai malam tiba.
Saat aku sudah resmi menjadi istri dari suamiku, ku lihat mata bapak yang meneteskan air mata. Bapak terharu bahagia melihat anak perempuan satu-satunya menikah. Melihat pemandangan itu,akupun tak kuasa membendung air mata yang sudah mendesak ingin keluar.
Bapak adalah bapak yang terbaik sedunia untukku. Beliau selalu mengajarkan agama kepadaku. Sewaktu aku pertama kali haid, beliau langsung memberitahuku dan memerintahkanku untuk memakai hijab.
***
Aku masuk ke dalam kamar suamiku. Kami hanya berdua di dalam kamar. Aku malu kalau harus melepaskan pakaianku di depannya,tapi aku sudah tidak tahan lagi ingin melepas gaun yang ku pakai.
"Luna, ayo lepas gaunnya lalu mandi." Seru suamiku dengan lembut.
"Iya." Jawabku bingung karena dia terus berada di hadapanku.
"Kamu bisa ganti baju di kamar mandi. Itu kamar mandinya." Suamiku memberitahu letak kamar mandi di kamarnya. Kenapa dia enggak ngasih tahu dari tadi kalau kamar mandinya ada di situ. Badanku sudah lengket sekali ingin mandi.
Akupun bergegas ke kamar mandi dan mandi, rasanya segar sekali badanku. Setelah mandi,aku memakai baju tidur lengan panjang dan memakai hijab juga. Entah kenapa aku malu kalau dia melihat bagian dari tubuhku yang biasa tidak terlihat.
Dodi POV
Istriku sedang mandi, akupun memutuskan untuk mandi di kamar mandi yang ada di dapur. Setelah selesai mandi, aku kembali ke kamar dan ternyata istriku belum selesai juga mandinya. Aku menunggunya sambil rebahan di kasur dan membalas chat dari teman-temanku yang memberi selamat.
Karena aku terlalu asyik membalas chat teman-temanku, aku tidak sadar kalau Luna ternyata sudah memejamkan matanya. Aku tidak melihat dia keluar dari kamar mandi. Tiba-tiba dia sudah ada di kasur dan tertidur.
Aku sedikit tertawa melihat istriku yang masih mengenakan hijab. Akhirnya aku coba untuk melepaskan hijabnya dengan hati-hati agar dia tidak terbangun.
"Eh! Mau ngapain?" Istriku terbangun dan kaget karena aku ingin melepas hijabnya.
"Sayang, hijabnya dilepas saja." Ucapku dengan lembut.
"Tapi aku belum siap." Jawab istriku sambil menunduk.
"Kenapa belum siap? Inikan di kamar sayang. Cuma ada aku dan kamu di sini. Dan sekarang aku sudah menjadi suami kamu. Kalau Luna buka hijabnya tidak akan dosa, tapi akan mendapat pahala" Jelasku agar dia setuju untuk melepaskan hijabnya.
"Tapi aku malu dan belum siap untuk melakukan hubungan suami-istri." Kata istriku yang membuat aku inhin tertawa.
"Malam ini aku tidak meminta kamu untuk melakukan itu. Setelah acara tadi, kamu pasti lelah sekali. Aku hanya minta Luna melepas hijab saja." Jelasku yang memang tidak meminta itu malam ini, karena aku juga lelah sekali.
"Ya sudah, akan aku lepas hijabnya." Akhirnya istriku setuju untuk melepas hijabnya.
Luna POV
Aku terbangun, karena ada orang yang ingin melepas hijabku. Setelah tersadar sedikit,ternyata dia suamiku. Dia ingin agar aku melepas hijabnya.
Saat tanganku ingin melepas hijab tiba-tiba suamiku bilang "jangan!". Aku menatapnya bingung,tadi katanya minta dilepas,tapi sekarang bilang jangan.
"Jangan! Biar aku saja yang melepas hijab kamu." Ucap suamiku yang perlahan melepas hijabku. Kini dia bisa melihat rambutku yang tidak terlalu panjang dan juga tidak terlalu pendek.
"Kamu cantik sekali sayang!" Puji suamiku setelah aku melepas hijab.
"Terima kasih" Jawabku malu-malu.
"Ya sudah, sekarang kita tidur yuk!" Ajak suamiku dengan senyum dan langsung merebahkan tubuhnya di kasur.
Dodi POV
Aku merasa, jarak aku dengan Luna jauh sekali. Jika aku semakin mendekat, Luna semakin mundur sampai-sampai Luna ada di ujung ranjang dan sebentar lagi hampir jatuh.
"Luna.. aku boleh minta satu permintaan lagi tidak malam ini?" Tanyaku yang membangunkannya lagi.
" Hhmm tapi aku belum siap." Jawab istriku seperti ketakukan.
"Tenang! Aku tidak meminta kamu untuk melakukan itu sekarang. Tapi, aku ingin tidur sambil memeluk kamu. Boleh tidak?" Pintaku yang membuat Luna terdiam bingung. Setelah beberapa menit Luna tidak menjawab permintaanku.
"Ya sudah kalau tidak mau, tidak apa-apa." Ucapku dengan lembut dan bersiap ingin memejamkan mata.
"Aku mau." Tiba-tiba Luna menjawab.
Akhirnya aku langsung memeluk tubuh Luna dengan sangat erat sampai Luna merasa sesak nafas. Aku mencium aroma rambut Luna yang wangi. Dan kamipum tidur berpelukan sampai pagi.
Terdengar suara adzan berkumandang aku langsung bangun dari tidur dan mengambil air wudhu. Dilihatnya Luna yang masih tertidur pulas aku merasa kasihan jika harus membangunkannya. Tapi aku tidak ingin jika Luna terlambat sholat subuh.
"Luna! Luna! Bangun sudah subuh!" Ucapku membangunkan Luna.
Lunapun bangun dan bergegas ke kamar mandi untuk berwudhu dan aku berangkat ke masjid.
Author POVSetelah aku dan Luna menikah, aku tidak mengizinkan Pak Ahmad berkerja di pabrik lagi,melainkan untuk menikmati masa tuanya dan ikut tinggal bersama di rumahku. Meskipun awlanya Pak Ahmad menolak, tapi setelah di bujuk beberapa kali akhirnya mau.Saat sarapan terjadi perbincangan antara aku,Luna, dan Pak Ahmad."Sekali lagi saya sangat berterima kasih kepada nak Dodi, karena sudah menikahi anak saya satu-satunya. Dan saya juga berterima kasih karena saya di izinkan untuk tinggal bersama kalian." Ucap pak Ahmad kepadaku."Justru saya yang berterima kasih Pak. Bapak telah mengizinkan putri cantiknya untuk saya nikahi. Saya senang sekali jika Bapak ada di sini. Karena saya juga sudah tidak punya orangtua lagi hanya tinggal Bapaklah satu-satunya orangtua kami." Balasku dengan berterima kasih kembali kepadanya,karena memang aku yang berhak berterima kasih kepada Pak Ahmad. Dia mati-matian membesarkan anaknya tapi kini anaknya sudah jadi milikku.
Saat sedang bersantai di teras rumah. Tiba-tiba ada seorang laki-laki yang berbadan besar memasuki pekarangan rumah Dodi.“Siapa itu mas?” tanya Luna penasaran sambil terus mengamati orang yang sedang berjalan menuju mereka.“Oh itu Bagas, anak pengusaha yang kaya-raya di kampung kita.” Jawab Dodi setelah melihat Bagas yang semakin dekat.“Hai Dodi! Apa kabar kamu dan pabrik kamu?” Tanya Bagas sambil berjabat tangan ala anak-anak gaul gitu.“Baik Alhamdulillah, kamu sendiri gimana?” Tanya Dodi balik.“Dengar-dengar katanya kamu menikahi Luna ya?” tanya Bagas yang tidak melihat bahwa Luna ada di balik punggung Dodi.“Mas aku buatkan minum ya.” Pamit Luna meninggalkan mereka untuk membuatkan minum. Bagas kaget melihat Luna keluar dari balik punggung Dodi.“Iya sayang.” Ucap Dodi.“Wah ternyata benar, Luna sudah menjadi istri kamu?’” Tanya Bagas dengan nada mengejek dan muka sombong.“Iya benar.” Jawab Dodi singkat.“Kam
Saat hampir semua orang terlelap, Dodi mendengar suara mobil berhenti di depan rumahnya. Ternyata benar itulah mereka yang telah di tunggu-tunggu. Dodi bergegas menghampiri mereka."Luna di mana?" Tanya Dodi dengan tergesa-gesa melihat ke arah dalam mobil.Mereka hanya terdiam tidak menjawab pertanyaan Dodi. "Di mana Luna? Katanya Luna sama kalian." Tanya Dodi lagi dengan terus penasaran mencari keberadaan Luna."Kalian jawab dong jangan diam saja!" Bentak Dodi karena tak kunjung mendapatkan jawaban."Maaf Dod, kami sudah berusaha membawa Luna ke sini. Tapi.." Jawab teman Dodi menggantung membuat Dodi semakin penasaran dengan jawaban mereka."Tapi apa? Jawab yang jelas! Jangan setengah-setengah!" Bentak Dodi lagi yang sudah tidak terkendali."Tapi tadi saat di jalan, mobil kami di berhentikan sama beberapa orang yang tidak kami kenal,lalu mereka membawa paksa istri kamu. Kami mencoba melawan mereka tapi kami tak bi
Saat bangun tidur Luna merasa perutnya sangat mual sekali. Hingga dia tak tahan untuk mengeluarkan cairan yang bikin mual dari perutnya. Badan Luna sedikit lemas karena mual yang tak kunjung hilang."Huek! Huek!" Luna muntah di lantai karena sudah tidak keburu ke kamar mandi."Kamu kenapa sayang?" Tanya Dodi yang baru masuk kamar." Enggak tahu, perutku mual banget. Mungkin masuk angin." Jawab Luna dengan lemas."Nanti aku belikan obat ya." Ucap Dodi."Apa aku hamil ya mas? Coba nanti kamu belikan tespek ya." Luna menduga dirinya hamil. Karena mualnya berbeda dari biasanya." I..i..iya nanti aku belikan tespek juga." Jawab Dodi yang khawatir kalau Luna hamil.***Luna sudah mencoba tespek dan hasilnya positif Luna hamil. Luna ingin langsung memberitahukan kabar bahagia ini pada suaminya."Mas lihat ini!" Pinta Luna menyerahkan benda pipih bergaris 2 itu."Kalau garisnya 2 berarti kamu hamil?" Tanya Dodi penasaran dan langsu
Luna POVTidak terasa usia kandunganku sudah 9 bulan. Sekarang aku sedang ada di bidan untuk melahirkan anak pertamaku. Aku merasakan mulas dan sakit yang sangat hebat. Tapi kata bidan, belum mencapai pembukaan sepuluh. Mas Dodi siaga mendampingiku,wajahnya pun terlihat khawatir melihat aku kesakitan.Akhirnya lahir juga anak pertama laki-lakiku,anaknya persis sekali mirip ayahnya yang membuat mas Dodi semakin yakin bahwa itu anaknya. Kami memberi nama anak laki-laki itu dengan panggilan Brian.Author POVMereka sangat bahagia dengan kehadiran Brian yang tingkahnya sangat Lucu, tak terkecuali pak Ahmad kakek Brian. Namun pak Ahmad hanya punya sedikit kesempatan bersama cucunya. Karena setelah Brian berumur 1 tahun pak Ahmad meninggal dunia.Jangan tanya betapa sedihnya Luna ditinggal bapaknya selama-lamanya. Namun Luna bersyukur setidaknya bapak sudah bertemu cucunya sebelum meninggal.Dodi dan Luna hidup sangat bahagia. Usia Brian sudah men
Luna POVSetelah lama merenung di kamar,aku tersadar bahwa anakku sedang berdiri di pintu kamar."Brian, kamu sudah pulang?" Tanyaku kaget melihat Brian."Ibu dari pagi di kamar terus, pasti Ibu sedang mengingat kenangan bersama ayah." Ucap Brian berjalan ke arahku yang sedang duduk di pinggir ranjang."Kenangan bersama ayahmu tidak akan bisa di lupakan Brian." Jawabku sedih dengan menundukan wajahku."Sudah 8 tahun ayah meninggalkan kita. Tapi Ibu masih terus larut dalam kesedihan itu. Brian harap Ibu mengakhiri kesedihan Ibu. Ibu harus menjalani hidup dengan bahagia. Ibu bisa kok menikah lagi, agar ada yang menemani Ibu di rumah kalau Brian sedang tidak ada di rumah." Ucap Brian lembut menatap mata mataku."Ibu tidak mau Brian." Tolakku yang memang belum siap jika harus menikah lagi."Kalau Brian kepengen punya ayah bagaimana Bu?" Pinta Brian agar aku menyetujui."Memang kamu mau punya ayah tiri?" Tanyaku kepada Brian."Ya kala
Setelah proses wawancara selesai,Brian mengajak ibunya untuk makan bakso di kantin kampus."Gimana tadi wawancaranya? Lancar Bu?" Tanya Brian yang sedang menunggu baksonya di racik."Lancar, tapi masa ibu di bilang lebih muda dari umur ibu kata panitia tadi." Ucap Luna."Hehehe, iya benar Bu. Ibu itu bahkan terlihat seperti seumuran sama aku. Bukan cuma aku saja kan yang bilang kalau Ibu itu masih terlihat muda, bahkan panitia yang tadi juga bilang gitu." Ucap Brian sambil tersenyum."Ah Brian, Ibu malu tahu." Ucap Luna sambil tersenyum malu-malu."Pokoknya, Ibu harus semangat kuliahnya." Kata Brian sambil mengepalkan tangannya memberikan tanda semangat.***Setelah beberapa minggu, akhirnya Luna akan memulai perjalanan di bangku kuliah bersama anaknya."Brian ayo bangun! Hari ini, hari pertama kita ospek. Cepat bangun! supaya kita tidak terlambat." Ucap Luna membangunkan Brian yang masih tidur, karena semalam dia mengerjakan per
Brian senang melihat ibunya yang setiap hari bercerita tentang kegiatan-kegiatan di kampus. Ia merasa ibunya sedikit demi sedikit sudah melupakan kesedihannya karena ibunya sudah mulai sibuk dengan kegiatan di kampusnya."Brian ayo bangun!" Seru Luna membangunkan Brian."Hari ini aku enggak ada kelas Bu. Ibu berangkat sendiri ya." Ucap Brian dengan mata tertutup. "Ya meskipun tidak ada kelas, bangun sholat subuh dulu." Perintah Luna karena Brian masih belum bangun juga.Hari ini,Luna pergi ke kampus sendirian di antar sama sopir pribadinya. Berkat bisnis rumah makan Brian yang sampai sekarang masih berjalan, kehidupan mereka bisa dibilang sangat cukup. Hingga mereka memiliki rumah dan mobil sendiri.Kalau tidak ada kuliah,kadang Brian sibuk di tempat bisnisnya. Bisnis tetap berjalan, namun Brian pun tidak meninggalkan kuliahnya. Brian pintar membagi waktunya antara kuliah dan bisnisnya.***Saat sedang berjalan menuju kel