Share

Episode 5

Penulis: Mars Mipai
last update Terakhir Diperbarui: 2020-11-15 02:01:38

Saat sedang bersantai di teras rumah. Tiba-tiba ada seorang laki-laki yang berbadan besar memasuki pekarangan rumah Dodi.

“Siapa itu mas?” tanya Luna penasaran sambil terus mengamati orang yang sedang berjalan menuju mereka.

“Oh itu Bagas, anak pengusaha yang kaya-raya di kampung kita.” Jawab Dodi setelah melihat Bagas yang semakin dekat.

“Hai Dodi! Apa kabar kamu dan pabrik kamu?” Tanya Bagas sambil berjabat tangan ala anak-anak gaul gitu.

“Baik Alhamdulillah, kamu sendiri gimana?” Tanya Dodi balik.

“Dengar-dengar katanya kamu menikahi Luna ya?” tanya Bagas yang tidak melihat bahwa Luna ada di balik punggung Dodi.

“Mas aku buatkan minum ya.” Pamit Luna meninggalkan mereka untuk membuatkan minum. Bagas kaget melihat Luna keluar dari balik punggung Dodi.

“Iya sayang.” Ucap Dodi.

“Wah ternyata benar, Luna sudah menjadi istri kamu?’” Tanya Bagas dengan nada mengejek dan muka sombong.

“Iya benar.” Jawab Dodi singkat. 

“Kamu tahu? Luna itu sudah menjadi incaran saya sejak dulu. Tapi, karena saya harus melanjutkan sekolah ke luar negeri,saya meninggalkan Luna. Saya berencana untuk menikahi Luna sepulang saya dari luar negeri. Eh ternyata sekarang sudah ada yang berani ambil Luna dari saya.” Ucap Bagas dengan nada sinis.

“Sekarang Luna sudah menjadi istri saya. Lebih baik kamu cari yang lain saja.” Ucap Dodi geram melihat tampang Bagas.

“Bukk! Enak saja kamu bilang begitu.  Ingat! Saya akan rebut Luna dari kamu.” Ucap Bagas memukul perut Dodi dengan keras hingga Dodi sesak nafas.

“Prakk!” Luna yang melihat kejadian itu kaget dan menjatuhkan gelas yang berisi minuman.

“Mas kamu tidak apa-apa?” tanya Luna yang ingin menghampiri Dodi namun tangan Luna terlebih dahulu di tarik Bagas.

“Kamu harus ikut aku!” Ucap Bagas menarik tangan Luna dengan kasar.

“Aku enggak mau! Mas tolong aku Mas !”  Luna berteriak dan menangis meminta pertolongan.

“Luna! Luna! Luna! Tolong! Tolong!” dengan sekuat tenaga Dodi bangkit dari duduknya, perutnya terasa sangat sakit karena pukulan Bagas.

“Ya Allah! Nak Dodi kenapa? “ tanya Mbok Tuti yang langsung ke teras setelah mendengar Dodi berteriak minta tolong.

“Mbok, Luna di bawa pergi sama Bagas.” Ucap dodi dengan nafas terpenggal-penggal.

“Ya Allah! Pak! Pak! Segera ambil mobil.” Seru Mbok Tuti kepada supir Dodi.

Dodi berusaha mengikuti mobil Bagas, namun sial,dia kehilangan jejaknya. Dodi bingung harus mencari kemana lagi. Akhirnya,Dodi memutuskan untuk pulang dulu. Dan menceritakan kejadian ini kepada pak Ahmad. Jangan ditanya betapa terkejutnya pak Ahmad mendengar anaknya di bawa sama Bagas. Pak Ahmad tahu Bagas itu bukan orang yang baik. Dia khawatir putrinya di sakiti.

Setelah beberapa hari, Dodi belum juga menemukan di mana keberadaan Luna. Kondisi kesehatan pak Ahmad semakin buruk sehinnga beliau harus di larikan ke klinik terdekat.

Ditempat lain, Luna sedang berusaha melarikan diri saat ingin di perkosa oleh Bagas. Tubuh Bagas yang kuat membuat Luna sulit untuk melawannya. Luna melihat ada gelas di nakas, tidak lama lagi saat Bagas tidak melihatnya Luna memukul kepala Bagas dengan gelas hingga kepala Bagas berdarah dan Bagas pun pingsan.

         Akhirnya, Luna berhasil melarikan diri dari Bagas. Dengan baju yang compang-camping dan wajah yang sangat kucel Luna mencoba berjalan kaki. Namun sayangnya,Luna tidak tahu dimana dia berada. Tiba-tiba ada sepasang suami istri yang menghampirinya.

“Kamu istrinya Dodi bukan?” tanya perempuan tersebut.

“Iya betul. Kamu masih ingat saya?” ucap Luna yang berharap mendapatkan bantuan.

“Kenapa kamu ada di sini sendirian? Kemana Dodi?” sekarang giliran si laki-laki yang bertanya.

“Saya habis diculik dan saya berhasil kabur. Tapi saya tidak tahu arah jalan pulang.” Ucap Luna dengan wajah yang begitu kasihan.

“Ya ampun! Lebih baik sekarang kamu ke rumah kami dulu. Besok pagi kami akan antar kamu pulang." Ucap si perempuan itu dengan berempati.

“Memangnya jarak dari sini ke rumah saya jauh ya?” tanya Luna heran kenapa dia tidak langsung di antar pulang.

“Jauh sekali! Membutuhkan waktu 3 jam untuk sampai ke sana. Karena hari sudah semakin gelap lebih baik kamu menginap saja dulu.” Ucap mereka bergantian.

“Terima kasih banyak ya kalian sudah menolong saya.”

***

Dodi sangat frustasi kehilangan Luna. Selama seminggu dia tidak mau makan dan terus mencari Luna. Hingga matanya hitam,karena terus menangisi Luna yang sampai saat ini belum ketemu. Kondisi pak Ahmad sedikit membaik karena Dodi berusaha untuk meyakinkan pak Ahmad kalau Luna pasti akan pulang.

Terdengar bunyi pesan masuk di handphone Dodi, namun Dodi enggan untuk membuka handphonenya. Setelah beberapa saat, Dodi penasaran dengan pesan itu siapa tahu ada kabar tentang Luna. Ternyata benar,teman Dodi yang berada di luar kota memberitahu bahwa Luna sedang ada di sana. Dodi kaget mendengar kabar tentang Luna dan memutuskan untuk menelepon temannya itu.  Tapi sayangnya tidak diangkat karena sudah tengah malam.

Dari isi pesan tersebut tertulis bahwa temannya akan mengantarkan Luna pulang ke rumah. Betapa bahagianya Dodi mendengar Luna akan kembali ke rumah. Dodi tidak sabar menunggu kehadiran istrinya esok hari.

Hari sudah pagi menjelang siang, belum ada tanda-tanda kedatangan Luna. Dodi dan pak Ahmad menunggu mobil yang datang di depan pintu. Hingga sore hari temannya tak kunjung datang juga. Dodi memutuskan untuk menelepon temannya. Namun sayang handphonenya tidak aktif.

Hingga hari sudah gelap, Dodi mengajak pak Ahmad untuk menunggu di dalam rumah karena khawatir pak Ahmad kena angin malam. Perasaan Dodi terus bergemuruh tidak tenang. Dia tidak makan seharian demi menunggu Luna datang.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Kuliah Bareng Anak   Episode 28

    Brian povAlhamdulillah Sindy mau menerima lamaranku. Aku bahagia sekali,penantianku selama ini tidak sia-sia. Aku memang sudah ikhlas kalo Sindy memilih laki-laki lain. Tapi, ternyata dia masih menerima aku.Beberapa hari lagi pernikahan akan di langsungkan di kediaman rumah Sindy. Pestanya hanya sederhana,tidak terlalu mewah. Di rumahku juga, sedang mempersiapkan membuat seserahan dan lain-lainnya.Semua persiapan di rumahku, ibu yang mengatur. Sesekali beliau bertanya kepadaku tapi, aku percayakan semua pada ibu.Satu-satunya keluargaku adalah ibu. Aku tidak mempunyai keluarga besar. Jadi,aku hanya mengundang teman-temanku dan karyawan yang ada di kantor. Oh iya, mungkin ibu akan mengundang keluarga besar suaminya.***Setiap hari aku selalu mencoba latihan ijab qobul. Agar pada saat hari H aku tidak salah ucap. Aku berlatih di dalam kamar agar tidak ada yang melihat dan mendengar. Tapi suatu hari tiba-tiba aku melihat ibu berdiri di

  • Kuliah Bareng Anak   Episode 27

    Author POVSetelah beberapa tahun, akhirnya mereka wisuda. Luna teringat dengan Brian yang ingin menikahi Sindy setelah lulus kuliah.Luna mengajak Rasya untuk ke rumah Brian karena memang sudah lama sekali mereka tidak ke sana."Rasya! Kita ke rumah Brian yuk! Aku kangen sama dia," kata Luna mengajak Brian."Sama aku kangen enggak?" Rasya bergelayut manja di lengan Luna."Setiap hari kita ketemu,masa kangen," ucap Luna yang bikin Rasya cemberut."Ya sudah. Ayo kita ke rumah Brian."Merekapun jalan ke rumah Brian. Di perjalanan Luna bicara sama Rasya tentang rencana Brian akan akan menikah dengan Sindy. Rasya kaget,karena dulu dia sempat tertarik sama Sindy juga. Tapi,Rasya tidak memberitahu Luna tentang Sindy.Setelah mereka sampai di depan pintu rumah Brian,mereka mengetuk pintu berkali-kali. Namun tidak ada jawaban sama sekali. Mereka berpikir Brian sedang tidak ada di rumah. Luna mencoba menelepon Brian, tapi tidak aktif.

  • Kuliah Bareng Anak   Episode 26

    Akhir-akhir ini papah selalu mengajak aku berbicara. Papah mencoba membuat aku menjadi pemimpin yang baik,entah itu di dalam keluarga ataupun di perusahaan. Papah juga menceritakan pengalam-pengalaman pahit yang sudah pernah beliau lewati,agar menjadi pelajaran buat aku.Setelah makan malam, Luna biasanya langsung masuk kamar. Tapi, malam ini dia menemani aku mengobrol sama papah."Sini Lun! Kita ngobrol bareng," ajak papah."Iya,Pah. Hehe." Luna mengangguk tersenyum dan duduk di sebelahku."Luna! Rasya! Kalau bisa kalian harus cepat-cepat punya anak ya. Papah ingin sekali melihat cucu dari kalian.""Iya,Pah. Doakan semoga Luna cepat hamil," ucapku sambil melihat ke arah Luna.Banyak sekali yang papah ceritakan kepada aku dan Luna. Di mulai dari masa kecil sampai tua sekarang. Dulu juga papah bukan orang yang sukses seperti sekarang. Papah memulai bisnisnya dari 0 dan bersungguh-sungguh hingga aku dan keluargaku bisa menikmati hasilnya.Luna

  • Kuliah Bareng Anak   Episode 25

    Saat kami sedang berjalan menuju kelas, ada Arif menghampiri kami."Luna! Kamu baik-baik saja kan? Akhir-akhir ini kamu jarang ke kampus." Tanya Arif."Alhamdulillah aku baik." Jawabku."Nanti siang kita makan bareng yuk. Kamu mau enggak?" Tanya Arif. Aku melihat ke arah wajah Rasya yang bingung dengan Arif."Maaf, aku enggak bisa. Aku duluan ke kelas ya!" Tolakku yanb langsung jalan dan melambaikan tangan ke Arif.Rasya tak bisa menutupi rasa penasarannya kepada Arif."Siapa tadi?" Tanyanya."Dia Arif namanya." Jawabku."Siapanya kamu?" Tanyanya lagi."Teman.""Tapi kok perhatian banget ya sama kamu." Tanya Rasya terus penasaran."Kayaknya sih Dia suka sama aku." Jawabku jujur agar Rasya penasaran lagi."Terus, kamu juga suka sama Dia?" Tanya Rasya terlihat tidak suka wajahnya."Ya enggak lah! Aku kan sudah punya suami." Jawabku agar Rasya tidak salah paham.Rasya lega mendengar jawaban

  • Kuliah Bareng Anak   Episode 24

    Papahku senang sekali melihat Luna kembali ke rumah."Luna, bagaimana kabarnya?" Tanya papah."Alhamdulillah, Luna baik-baik saja,Pah." Jawab Luna tersenyum."Luna, kalau Rasya berani macem-macem sama kamu, bilang sama Papah ya." Kata Papah membela Luna."Hhmm,iya Pah." Jawab Luna tertawa kecil.Kata-kata Papah kepada Luna sepertinya memberikan peringatan juga kepadaku, aku akan mencoba menjadi suami yang baik buat Luna.Di dalam kamar, Luna masih belum bicara dengan denganku. Akhirnya, aku memutuskan untuk berbicara lebih dulu."Lun, sekali lagi aku minta maaf ya. Bukan maksud aku ingin menyakiti hati kamu soal kata-kataku waktu itu. Hanya saja aku tidak mengerti bagaimana menjadi seorang suami.""Iya." Jawab Luna."Lun, kalau ada sesuatu kamu boleh bilang sama aku. Jangan ada yang di tutup-tutupi biar aku mengerti.""Iya." Jawab Luna lagi."Kamu kok dari tadi cuma bilang 'iya' terus?" Tanyaku heran."Kam

  • Kuliah Bareng Anak   Episode 23

    Author POVSudah beberapa hari Luna tidak pulang ke rumah Rasya. Rasyapun tidak mencoba untuk menjemput Luna. Mereka hidup masing-masing untuk sementara. Dan selama beberapa hari itu juga Luna tidak masuk kuliah.Brian senang bisa bersama lagi dengan Ibunya, tapi di sisi lain dia juga sedih. Karena, masalah ibunha belum di selesaikan.Di kampus, Brian berusaha bertemu dengan Rasya untuk berbicara serius dengannya."Aku mau bicara serius." Kata Brian."Ada apa,Brian?" Tanya Rasya."Aku mau kasih pilihan. Mau pertahankan Ibuku atau melepaskannya?" Tanya Brian to the point."Maksudnya?" Tanya Rasya bingung,tidak mengerti dengan pertanyaan Brian."Kamu tidak berusaha menjemput Ibuku dan menyelesaikan masalah?" Tanya Brian lagi."Kami tidak ada masalah kok." Ucap Rasya polos yang membuat Brian sedikit geram."Kalau tidak ada masalah, kenapa Ibuku tidak mau pulang ke rumahmu." Brian bertanya sedikit keras."Mungkin Dia kang

  • Kuliah Bareng Anak   Episode 22

    Aku tahu, sepertinya ibuku sedang ada masalah dengan suaminya. Tapi, aku enggak mau maksa beliau untuk cerita sekarang kalau beliau belum bersedia menceritakan semuanya sama aku. Ibuku butuh ketenangan di rumah ini, jadi aku tidak boleh mengganggunya.Mobil sudah siap berangkat, tapi ibuku belum siap-siap berangkat kuliah."Bu, ayo berangkat!" Seruku kepada ibu."Brian, hari ini Ibu ijin dulu. Jadi, kamu berangkat sendiri saja." Kata ibu." Ya sudah, kalau begitu aku berangkat dulu. Assalamu'alaikum." Ucapku sambil mencium tangan ibuku."Wa'alaikumussalam. Hati-hati ya!" Jawab salam ibu.***Rasya POVSaat aku bangun tidur, ternyata Luna tidak ada di kasur. Sepertinya Luna ada di kamar mandi. Eh, tapi kok dari tadi malam dia belum keluar-keluar dari kamar mandi ya? Aku coba buka pintunya, ternyata tidak ada orang. Mungkin dia sudah ada di meja makan duluan.Aku sudah rapi memakai pakaian, tinggal sarapan. Semuanya anggota keluarg

  • Kuliah Bareng Anak   Episode 21

    Luna tidak tahu kalau mereka menunggunya,dia pun merasa tidak enak dengan semuanya. Rasya tidak memberitahu Luna kalau keluarganya sedang menunggunya."Kita udah nunggu 1 jam. Perut sudah lapar. Kamu enggak datang-datang." Ucap Mamah Rasya dengan sinis."Maaf mah, Luna tidak tahu." Jawab Luna menunduk."Lain kali kalau mau terlambat datang. Kabarin Rasya ya biar kita tidak menunggu." Ucap Papah Rasya dengan lembut."Iya Pah."Saat makan malam Luna hanya makan sedikit. Selain dia sudah makan dengan Brian diapun tidak ada nafsu makan kalau di meja makan bersama keluarga Rasya.Setelah makan malam, Luna dan Rasya masuk kamar. Luna ingin bicara sama Rasya kenapa dia tidak memberitahu Luna kalau keluarganya menununggu untuk makan malam."Rasya, kenapa kamu enggak ngasih tahu aku kalau keluarga kamu nungguin aku. Tadikan aku bilang mau nemuin Brian dulu di rumah.""Aku tidak mau membebani kamu Luna. Kamu bebas mau melakukan apa saja."

  • Kuliah Bareng Anak   Episode 20

    Hari pernikahan pun telah tiba. Keluarga Brian sangat bahagia melihat Rasya menikah. Namun sejujurnya mamah Rasya tidak suka Brian menikah dengan janda tapi karena suaminya sudah mendesak akhirnya setuju juga."Selamat Brian! Akhirnya kamu menikah dan mendapatkan bagian dari bisnis Papah. Kamu beruntung mempunyai istri cantik seperti Luna." Ucap Papah Rasya yang terlihat sangat bahagia."Iya Pah. Terima kasih." Jawab Brian.Di sudut pelaminan Brian terlihat sedih dan bahagia melihat Ibunya menikah lagi. Sedih, karena Ibunya sudah jadi milik orang lain. Bahagia karena ada mau lagi mendampingi Ibu selama ini. Brianpun segera menghampiri dan memeluk Ibunya."Ibu! Selamat ya! Semoga Ibu selalu bahagia dengan suami Ibu." Bisik Brian di telinga Luna sambil menangis."Brian, kamu kok nangis?" Tanya Luna."Aku menangis bahagia,Bu" Ucap Brian yang semakin memeluk erat Ibunya.Rasya yang melihat pemandangan itu langsung menghampiri mereka berdua

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status