Share

Part 6

Dasta menahan tangisan harunya ketika ia mendengar Shaka mengucapkan janji suci, bibir Dasta bergetar tatkala dirinya juga akan mengucapkan janji suci pernikahan.

Tak sanggup menahan rasa bahagia ketika Shaka mengulurkan tangannya menarik tangan Dasta untuk ia sematkan cincin pernikahan di jari manis tangannya. Hal yang sama juga Dasta lakukan, keduanya saling menatap dan tersenyum bahagia.

Kini mereka telah resmi menjadi sepasang suami istri, para tamu hadirin pun bersorak menyuarakan sang pengantin pria untuk mencium sih pengantin wanita.

Pipi Dasta merona merah mendengarnya, membayangkan jika Shaka menciumnya di depan banyak pasang mata yang menunggu dengan antusias.

Shaka mendekatkan wajahnya ke wajah Dasta dan mulai menyapukan bibirnya ke bibir merah sang istri. Awalnya ia kecup perlahan namun lama-kelamaan menjadi lumatan panas. Para tamu semakin heboh bersorak gembira, Dasta mencoba untuk mendorong tubuh Shaka namun sepertinya pria itu tak mempedulikan dimana posisi mereka saat ini.

Dasta pasrah seraya memejamkan matanya, rasanya pasti sangat malu sekali jika setelah ciuman ini berakhir. 

"Buka matamu sayang," bisik Shaka di telinga Dasta.

Dan benar saja, Dasta rasanya sangat malu saat ciuman telah berakhir.

"Malu, hmm?" goda Shaka yang di angguki Dasta.

"Kau boleh malu sekarang, tapi nanti malam tak ada kata malu saat kita berdua di dalam kamar-" Shaka menggantungkan kalimatnya dan kembali mendekatkan bibirnya ke telinga Dasta.

"Menghabiskan malam pertama kita, dan aku berjanji akan menjadikanmu wanita yang paling bahagia. Pengantin yang akan merasa melayang menikmati malam pertamanya." bisik Shaka di lubang telinga Dasta

Tubuh Dasta meremang kaku dengan wajah yang semakin merona merah, Shaka sangat suka melihat Dasta yang seperti ini. 

❤️❤️❤️❤️❤️

Shaka dan Dasta tersenyum manis saat sesi menyalami para tamu yang berdatangan di acara resepsi mereka. Meskipun lelah tapi mereka tetap bersikap santai. 

Dasta melirik suaminya yang tampak sangat tampan saat tersenyum ramah seperti itu pada para tamu. Bernafas lega saat para segerombolan tamu tadi selesai bersalaman, Shaka dan Dasta kembali duduk.

"Lelah ya?" tanya Shaka memperhatikan wajah Dasta yang tampak sesekali meringis.

Kepala Dasta mengangguk. "Sedikit,"

"Kalau begitu, ayo kita ke kamar saja." ajak Shaka menyentuh tangan Dasta bersiap menarik istrinya itu ke kamar.

Dasta menahannya. "Tapi, acaranya?" 

"Tenang aja, nanti biar aku bilang sama mama kalau kamu kelelahan dan wajahmu sangat pucat. Aku yakin mama pasti ngerti kok, para tamu juga pasti bisa memahami." usul Shaka.

"Memang bisa gitu? bukannya itu terlihat tak sopan?" tanya Dasta ragu.

"Hmm, aku rasa tidak." 

"Hhh, tidak usah lah bang Shaka. Aku masih bisa menahannya."

"Sungguh?" 

"Iya," Dasta menganggukkan kepalanya meyakinkan Shaka.

"Oke, baiklah." kata Shaka mengakhiri pembicaraan saat melihat para tamu lainnya berjalan ke arah mereka.

"Ayo berdiri," ajak Shaka membantu Dasta yang kesusahan bangkit berdiri karena gaun pengantinnya.

*******

Sudah hampir satu jam Shaka meninggalkan Dasta duduk sendirian di bangku pelaminan. Dasta sendiri hanya bisa celingak-celinguk ke segala arah mencari keberadaan suaminya, tadi Shaka berpamitan pergi sebentar menemani teman-teman sekolahnya yang hadir ke acara resepsi pernikahan mereka.

Tapi, sampai saat ini Shaka juga belum kembali. Bahkan di tempat resepsi ini pun batang hidungnya tak kelihatan, Dasta menjadi risau dan khawatir.

Kegelisahan Dasta terlihat jelas di kedua mata Rasty, wanita hamil itu pun mendekati Dasta.

"Dasta, ada apa?" tanya Rasty khawatir.

"Bang Shaka dimana Ras?" 

"Bang Shaka?" Dasta mengangguk.

"Tadi dia pamit pergi sebentar, dan menyuruhku untuk membawamu langsung ke kamar jika kau sudah merasa lelah, kakak ipar Dasta." jelas Rasty yang kini mengubah panggilannya, memanggil Dasta dengan embel-embel kakak ipar.

"Baiklah," kata Dasta akhirnya setelah mendengar penjelasan Rasty.

"Kakak ipar kelihatan lelah, sebaiknya masuk ke kamar saja yuk." 

Dasta tak menolak saat Rasty mengajaknya masuk ke kamar meninggalkan acara resepsi pesta. Toh, Shaka juga tidak ada di tempat, jadi buat apa Dasta ada di situ.

"Kakak ipar, kau pasti akan terpesona dengan dekorasi kamar pengantinnya." bisik Rasty di telinga Dasta yang saat ini berjalan bersisian dengannya.

"Pasti Rasty kan yang melakukannya?" tebak Dasta tersenyum.

Rasty hanya nyengir sebagai jawabannya. Rasa semangatnya semakin bertambah ketika mereka sudah sampai di kamar Dasta dan Shaka, Rasty sudah tak sabar melihat reaksi Dasta yang pasti takjub melihat kamar pengantinnya.

"Tadaa!!" seru Rasty ketika ia membuka pintu kamar pengantin.

Dasta terbelalak kaget dan syok, sangking kagetnya Dasta sampai menutup mulutnya dengan tangan. Perlahan kaki Dasta melangkah pelan masuk ke dalam kamar, dan di saat itulah Rasty mengunci pintu kamar mengurung Dasta sendirian di dalam.

Dasta terperanjat berlari ke arah pintu. "Rasty!!!" teriaknya sambil memukul-mukuli pintu.

"Sabarlah kakak ipar, nanti juga di bukakan bang Shaka kalau sudah pulang. Hihi, selamat menikmati malam pengantinmu, muaaacchh." kekeh Rasty jail, ia mengecup daun pintu kamar pengantin itu. 

Setelahnya Rasty pergi meninggalkan Dasta yang masih memukuli pintu, tapi sayang suara Dasta tak bisa terdengar dari luar akibat kamar yang sengaja di rancang kedap suara.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status