Acara pertunangan Shaka dan Dasta baru saja selesai, suasana haru dan bahagia begitu terasa malam ini. Meski cuma baru bertunangan, tapi kedua belah pihak keluarga tampak sangat semangat dan sudah tak sabar menanti sebulan lagi agar putra-putri mereka sah menjadi suami istri.
Dasta tampak memandangi cincin pertunangan yang melingkar di jari manis tangan kirinya. Cincin mewah bertatahkan berlian tampak berkilau dan indah di jari tangan Dasta.
Tak henti-hentinya Dasta tersenyum membayangkan adegan tadi, dimana Shaka menyematkan cincin pertunangan mereka di jari manis tangan kirinya. Begitu lembut dan romantis, Dasta suka dengan sikap Shaka yang belakangan ini semakin manis padanya."Disini kau rupanya!"Dasta tersentak saat sebuah suara terdengar dari arah belakang tubuhnya, suara langkah kaki terdengar mendekati Dasta yang saat ini tengah berada di taman belakang rumah milik Shaka.Shaka tersenyum melihat calon istrinya ternyata ada disini, dari tadi ia mencari keberadaan Dasta."Aku mencarimu kemana-mana," bisik Shaka di telinga Dasta setelah ia sudah dekat dengannya.Shaka bahkan memeluk tubuh Dasta dari belakang, melingkari perut ramping Dasta dengan kedua tangan kokohnya."M-maaf," cicit Dasta merasa tak enak karena tak memberitahu dulu pada Shaka jika ia di taman belakang.Shaka tak menjawab, pria itu hanya diam dan merapatkan pelukannya di tubuh Dasta. Sesekali ia beri kecupan di leher dan bahu Dasta yang terbuka akibat gaun yang di kenakan Dasta berbentuk seperti pinjungan yang mempertontonkan bagian dari leher sampai batas dadanya.Dasta meremang akibat perbuatan Shaka yang kini meremas pelan bokongnya.
"Kak Shaka....""Sssssst, aku tidak akan melukaimu Dasta. Kau tunanganku, dan aku pria normal yang tentu saja sangat bernafsu padamu." bisik Shaka sensual, sesekali di gigitnya cuping telinga Dasta.Dasta pasrah membiarkan saja Shaka memperlakukan dirinya sesuka pria itu, karena sejujurnya Dasta sangat menyukai segala sikap Shaka padanya.*******Sikap Shaka kian hari semakin manis, lembut, dan perhatian pada Dasta. Membuat wanita serasa melayang, namun kerap kali merasa pusing jika Shaka dalam mode possessive pada semua yang Dasta lakukan.Bahkan tak segan-segan Shaka menunjukkan rasa cemburunya ketika Dasta sedang bersama teman kerja prianya. Wajah Shaka terlihat murka dan itu cukup membuat Dasta ketakutan.Rasty tertawa saat Dasta menceritakan padanya tentang sang Abang yang cemburu, tak menyangka jika Shaka yang selamat ini terkesan dingin dan cuek ternyata punya rasa cemburu juga. Rasty tentu tak meragukan itu, seorang Dasta mampu membuat Abangnya menjadi bucin.Hari-hari terus berlanjut dan kecemburuan Shaka semakin menjadi saat hari pernikahan sudah dekat tinggal menghitung hari saja. Acara persiapan pernikahan pun sudah selesai hampir seratus persen.Untuk itu Shaka menyuruh Dasta untuk cepat berhenti berkerja di toko tempatnya bekerja. Walaupun awalnya Dasta sempat menolak keinginan Shaka, tapi pada akhirnya Dasta pun mengalah.Dan inilah saatnya. Hari dimana Shaka dan Dasta akan bersatu dan terikat menjadi satu dalam ikatan pernikahan.Hari paling membahagiakan dan bersejarah bagi semua orang, menikah satu kali seumur hidup. dan Dasta pun tentu sangat berharap seperti itu.Tak pernah ada dalam hayalannya akan bersanding dengan pria yang sebentar lagi akan berstatus menjadi suaminya."Buka matamu nona," perintah seorang pria kemayu di telinga Dasta.Dasta membuka matanya dan terpukau menatap pantulan dirinya di depan cermin. Sangat cantik dan tampak berbeda bak bidadari."Ini aku?" tanya Dasta tak percaya.Pria kemayu yang merias Dasta pun menganggukkan kepalanya. "Iya nona, anda terlihat sangat cantik sekali."Wajah Dasta merona mendengarnya, tersenyum bahagia menyambut detik-detik dirinya dan Shaka resmi menjadi suami istri.Tak sabar menjadi istri dari Shaka Permana, pria yang sangat Dasta cintai. Ya, Dasta jatuh cinta pada Shaka. Sikap Shaka yang membuat Dasta jatuh hati.Tok... Tok... Tok...Suara ketukan di pintu membuyarkan segala pikiran Dasta. Pria kemayu yang merias Dasta pun melangkah mendekati pintu dan membukanya.Dasta gugup, karena orang tersebut mengatakan jika ini saatnya sang mempelai wanita untuk keluar menuju altar pernikahan.Dengan debaran jantung yang kuat Dasta bangkit berdiri di bantu sang perias. Saat membuka pintu sang ayah tercinta sudah berdiri menunggunya. Ayah Dasta mengulurkan lengan kirinya agar Dasta menggamitnya.Tak lupa pula buket bunga berwarna putih yang Dasta pegang di tangan kirinya, iring-iringan musik terdengar saat Dasta mulai melangkahkan kakinya ke altar.Suara sorak-sorai heboh para tamu hadirin pun menambah suasana semakin ramai.Dari kejauhan Dasta dapat melihat tatapan mata Shaka yang terus memperhatikannya. Pria itu tersenyum, senyuman yang penuh arti."Sebentar lagi." batin Shaka sudah tak sabar.Sebulan sudah berlalu semenjak insiden itu terjadi, namun kondisi Dasta masih seperti biasa. Wanita itu kehilangan keceriaan dirinya yang selama ini selalu terlihat, semakin hari Dasta terlihat semakin murung dan kerap kali mengelus perutnya. Masih jelas terlihat jika Dasta masih tak terima akan fakta yang menyatakan jika ia kehilangan calon anaknya.Calon anaknya yang bahkan belum ia tahu berapa minggu ada di dalam rahimnya. Calon anak yang bahkan belum sempat ia berikan kejutan untuk Shaka akan kehamilannya. Jelas hal ini tentu membuat Shaka terpuruk dan sakit hati, Shaka yang belum tahu mengenai kehamilan Dasta malah langsung mendapat kabar keguguran istrinya. Di tambah lagi Dasta yang mengalami pendarahan hebat saat itu, keadaan kacau dan Shaka seperti mahluk tak bernyawa pada saat itu juga.Kehilangan sang calon anak yang membuatnya terpukul dan ia juga tak ingin kehilangan istrinya. Tuhan mengabulkan doanya, syukurlah lima hari setelahny
"Ya Tuhan! Selamatkan aku!" doa batin Dasta yang menjerit.Sepertinya baru beberapa menit saja Dasta bisa bernafas lega, tapi harus kembali merasakan sesak nafas yang ngos-ngosan saat melihat Mei yang kembali datang dengan anak buahnya yang mengawal dirinya kanan-kiri.Dasta melirik ke arah tangan kiri Mei yang tadi terluka kini sudah di balut perban. Merasa plong ketika wanita itu sudah mengobati tangannya sendiri."Syukurlah kau sudah mengobati tanganmu Mei," ucap Dasta tersenyum."Jangan pernah menebarkan senyum palsu penuh kelicikanmu itu." hardik Mei sarkastik."Maaf? Maksudnya?""Aku tahu jika senyumanmu itu hanyalah sebuah kepalsuan, kau memiliki daya tarik untuk memikat agar orang lain luluh dengan senyummu. Kau memakai susuk kecantikan, bukan?"Dasta ternganga mendengar ucapan Mei, apa maksud wanita itu mengatakan Dasta memakai susuk kecantikan?
"Hentikan!!!" teriak Dasta sekuat mungkin agar menghentikan gerakan tangan Mei yang mengeluarkan sebuah pisau untuk membunuhnya."Kenapa? Kau takut juga dengan yang namanya mati ternyata.""Ini tidak bener Mei, ini salah. Ku mohon sadarlah Mei, jangan bertindak nekat melakukan ini." bujuk Dasta lembut agar Mei luluh dan berubah pikiran.Sumpah demi apapun saat ini Dasta sangat ketakutan dengan tubuh yang gemetaran luar biasa. Ia takut Mei benar-benar serius dengan keinginannya untuk melenyapkan Dasta, sebisa mungkin Dasta harus bisa membujuk wanita yang nyaris gila ini agar mau melepaskannya."Sadar, huh? Aku bahkan sangat sadar dengan apa yang ku lakukan ini, Dasta. Bahkan aku juga sangat senang dengan hal yang ingin ku lakukan ini. Ah, aku sudah lama tidak melakukan ini, biasanya aku akan langsung melenyapkan seseorang yang berani mengusik hidupku. Dan karena kau yang termasuk salah satu orang yang men
Setelah mengubungi mertuanya mengabarkan mengenai keberadaan Dasta yang tak ada di rumah, Shaka pun mengubungi nomor ponsel Gita sahabat dekat istrinya. Gita juga mengatakan bahwa Dasta tak ada bersamanya, kepanikan Shaka semakin meningkat, ia pun menghubungi Rasty adiknya menanyakan apakah Dasta ada di rumah. Dan lagi-lagi jawaban yang harus Shaka terima adalah Dasta tidak ada datang ke rumah, saat Rasty bertanya ada apa Shaka pun menjawab tidak apa-apa. Tak mungkin ia mengatakan firasat buruknya mengenai Dasta pada adiknya yang tengah hamil tua yang sebentar lagi mendekati hari kelahiran.Dengan langkah yang lemah dan goyah, Shaka tetap memaksakan kakinya untuk bangkit berdiri. Rasa panik yang melanda dirinya secara pesat pun tak mempedulikan langkahnya yang tampak seperti orang kesurupan. Shaka pun tak menghiraukan jarinya yang tergores pecahan kaca tadi, Shaka mendengar suara ribut-ribut saat ia sudah di luar kantor.Terlihat dua orang satpam te
Byuurrr.Dasta tersentak bangun dari pingsannya ketika merasakan semburan air dingin ke wajah dan tubuhnya. Perlahan kelopak matanya terbuka, menatap siapa seseorang yang menyiramnya dengan air barusan.Seorang pria berbadan tinggi tegap, kulit hitam dan kepala plontos yang barusan menyiramnya dengan seember air yang terasa sangat dingin.Dasta tertegun dengan kepala yang berdenyut pusing memperhatikan keseluruhan sudut ruangan ini.Belum lagi kekagetannya pulih akibat bingung dimana dan tempat apa itu, yang lebih mengagetkan Dasta adalah kondisi tubuhnya yang terikat, kaki dan tangannya di ikat kuat ke kursi belakang.Dasta juga baru sadar jika tak hanya satu orang pria saja, tapi ada dua orang pria lagi yang pas berdiri di depan pintu yang menatapnya tajam.Ya Tuhan! Dimana sebenarnya aku ini? Tempat apa ini? teriak batin Dasta terisak.Dasta menundukkan kep
Dua bulan kemudian...."Huueeekk," suara muntahan yang kembali Dasta rasakan.Terhitung ini sudah yang ketiga kalinya Dasta muntah-muntah di pagi hari. Hal ini pun tak sekali dua kali Dasta rasakan. Sudah hampir seminggu belakangan ini Dasta mengalami muntah, tapi tak sekalipun ia mengatakannya pada Shaka maupun kedua orang tuanya.Ya, dua bulan telah berlalu semenjak kejadian di cafe yang membongkar kedok kebusukan Gee dan Mei. Sejak hari itu baik Shaka maupun Dasta sama sekali tak mendengar kabar dari Gee dan Mei. Entahlah, dua hama itu seakan menghilang di telan bumi tak mengusik kehidupan rumah tangga mereka.Pernah suatu hari Dasta melihat Gee yang tengah berdiri di depan rumahnya yang masih tinggal di rumah kedua orang tuanya. Dasta panik dan langsung ingin menerjang Gee, tapi sebelum itu Gee masuk ke dalam mobilnya dan menjalankan mobilnya meninggalkan rumah Dasta.Dasta yang tak ingin meraha