Share

Bab 1

Segerombolan serigala berlari cepat melintasi hutan, setiap langkahnya meninggalkan jejak di tanah. Satu serigala berlari paling depan, fisiknya yang dua kali lebih besar menunjukkan jika ia adalah pemimpin kawanan itu. Tubuhnya berwarna hitam, kontras dengan serigala abu-abu di belakangnya.

Lari serigala itu semakin cepat, apalagi sesuatu yang mereka kejar terlihat mulai melambat, tidak sulit menemukan apa yang mereka kejar karena sosok itu terus meninggalkan jejak berupa noda darah di tanah hutan yang lembab ini.

Brak.

Sesuatu yang mereka kejar akhirnya roboh juga, sang pemimpin kawanan serigala itu maju lebih dulu. Untuk melihat sesuatu yang telah mengganggu kenyamanannya itu.

"Argh." Sosok itu merintih, tubuhnya seperti manusia tapi bukan manusia mengigat ia memiliki taring di mulutnya dan cakar yang tajam. Ditambah dengan kepalanya yang terlihat seperti kepala serigala.

Auuu

Sang pemimpi kawanan serigala itu melolong, menunjukan jika mereka berhasil mendapatkan buruan mereka, buruan yang saat ini terlihat sangat tidak berdaya. Perlahan serigala itu mendekati ke arah makhluk bertaring itu dengan suara seperti patahan tulang yang ia hasilkan dari dalam tubuhnya. Hingga beberapa saat kemudian ia menjadi manusia utuh. Dia seorang Werewolf.

"Ck, Rogue gagal, tapi ingin mencoba menyerang pack," katanya. Perlahan ia berjongkok lalu mencengkram leher Rogue di depannya itu, sangat kuat hingga Rogue itu menendang-nendang karena kesulitan bernafas.

Sedangkan Werewolf lain hanya menatap Alpha-nya itu memberi Rogue pelajaran, ah, bukan pelajaran, tapi mempertemukan Rogue itu dengan kematian. Beberapa detik setelahnya, tidak ada lagi perlawanan dari Rogue itu. Ia telah tewas. Sang Alpha menarik tangannya lalu menatap jejak cengkramannya di leher Rogue itu.

"Cih, lemah." Dengan sekali tebasan dengan kukunya, dada Rogue itu robek. Darah bercucuran dari sana.

"Kita kembali ke pack." Kemudian dalam sekejap sang Alpha berubah menjadi serigala lagi, ia berlari lebih dahulu di susul oleh warrior yang setia mengikuti di belakangnya.

"Baik, Alpha Dedrick."

Mereka kembali berlari, serigala yang berjumlah 5 ekor itu kembali melintasi hutan yang hanya diterangi oleh cahaya bulan purnama. Bayangan mereka mengikuti seiring dengan gerakannya di hutan itu.

Srett.

Serigala paling besar di antara kawanan  itu berhenti, hidungnya terlihat bergerak mengendus sesuatu. Sesuatu yang berbau sangat aneh menurutnya, tapi entah kenapa ia menyukai aroma ini.

"Ada apa, Alpha?" Salah satu serigala di belakangnya bertanya melalui mindlink, serigala dengan postur lebih kecil dengan warna abu-abu.

Dedrick hanya diam, tidak menjawab pertanyaan dari sang Beta. Ia terlalu sibuk mengendus sesuatu yang membuat seluruh tubuhnya perlahan berbelok dari arah seharusnya. "Bau apa ini?" tanya Dedrick.

Tidak lama kemudian sebuah suara dari kepalanya menjawab. "Ini berbau seperti bunga?"

"Aku tidak pernah menyukai bunga, tapi kenapa bau ini membuat kita tertarik?" tanyanya lagi kepada suara di kepalanya itu.

"Entahlah, kita ikuti saja aroma ini." 

Serigala besar berwarna hitam itu melangkah dengan lambat, hidungnya mengendus-endus tanah hingga ia mencium aroma itu semakin kuat. Aroma yang membuatnya ingin menciumnya lagi dan lagi. Perlahan Dedrick dengan wujud serigalanya itu mengangkat kepalanya hingga ia melihat seseorang terbaring di sana.

Orang itu menatapnya dengan pandangan putus asa, Dedrick mendengar perkataan gadis itu sebelum akhirnya punggung si gadis tertimpa cabang pohon yang telah lapuk.

Brukk

~~~

Pusing

Lemas

Hal itulah yang Diana rasakan, ia membuka matanya dan menemukan dirinya tengah tengkurap di atas tanah. Diana hanya bisa menatap ke satu arah mengingat ia tidak bisa menggerakkan tubuhnya, semua persendian tubuhnya seolah sudah copot dari tempat asalnya.

"Apakah aku sudah mati?" gumamnya pelan. Hal yang dilihatnya dalam posisi miring seperti ini hanyalah pohon-pohon lebat dan semak-semak. Beberapa dedaunan itu terkena sinar bulan. "Apakah aku sudah di alam baka?" tanyanya lagi.

Diana menarik nafasnya perlahan dan membuangnya. "Aku tidak bisa bergerak." Diana merasakan punggungnya sakit, terlebih kakinya.

Diana mencoba menggerakkan tangannya. Berhasil. Ia bisa menggerakkan tangan kanannya meski terasa sakit. "Sial. Aku belum mati." Diana mengumpat. Percobaan bunuh dirinya gagal. Padahal ia sudah sangat yakin akan mati mengingat ia melompat ke dalam jurang yang dasarnya saja tidak bisa ia lihat.

Diana menatap pohon-pohon yang berada di depan matanya, rasanya aneh sekali. Pohon itu sama seperti yang biasa lihat, hanya saja terasa aneh untuknya. "Aku tidak peduli, semoga saja ada hewan buas yang memakan tubuhku." Diana bergumam lagi dengan lancar, meski tubuhnya terasa lemah, tapi mulutnya terasa sangat enteng.

"Lebih baik di makan hewan buas dari pada dijadikan jalang." Diana menutup matanya.

Auuu

Dengan cepat Diana membuka matanya lagi, sorot matanya terlihat sangat was-was. Ia menatap sekitarnya yang mampu ia pindai, tapi ia tidak menemukan apa-apa selain pepohonan dan tanah hutan yang tertimpa cahaya purnama.

Hei, Diana, bukankah kau sudah pasrah? Kata-kata yang keluar dari otak Diana sekolah mengejeknya. Mengejeknya yang ingin mati tapi masih ingin hidup. Diana bimbang atas dirinya sendiri.

"Serigala ... Aku akan mati karena serigala."

Suara hentakan kaki yang terburu-buru semakin membuat Diana meringis, serigala itu akan datang dan memangsanya. Diana masih diam hingga ia melihat seekor serigala besar di hadapannya, seketika Diana menangis. "Sialan. Aku masih ingin hidup." 

Diana menatap serigala itu dengan mata yang berair, semoga saja serigala itu melewatkan dirinya dan mencari mangsa lain. Namun, harapan Diana sepertinya tidak terkabul karena empat serigala lainnya juga datang. Sekarang total ada lima serigala di hadapannya. Pupus sudah harapan Diana.

"Mereka akan berpesta ... Aku pasti akan mati jadi santapan mereka. Tuhan, jika aku mati sekarang, kumohon jangan pertemukan aku dengan orang tuaku." Diana menutup mata.

Bruk

Seketika Diana pingsan ketika batang kayu yang cukup besar menimpa punggungnya.

Dedrick yang melihat itu memutuskan untuk mendekati gadis yang tidak di kenal itu, baunya semakin pekat seiring langkahnya mendekati tubuh gadis yang tidak berdaya itu. Gadis yang telah masuk dalam wilayahnya.

"Kalian mencium sesuatu? Seperti aroma bunga?" Tanpa menoleh, Dedrick bertanya pada warrior dan Beta yang ada di belakang. Pandangannya menatap tubuh gadis yang terhimpit cabang pohon itu.

Para warrior di sana menggeleng, mereka tidak mencium apa-apa. "Tidak Alpha, kami tidak mencium aroma apapun."

"Kalau kau, Adam?" tanya Dedrick lagi pada sang Beta.

Adam menggeleng. Sama seperti para warrior, ia tidak mencium aroma apapun. "Tidak, Alpha. Saya juga tidak ada mencium ada aroma di sini."

Dedrick berpikir keras, kenapa gadis yang tidak sadarkan diri ini mengeluarkan sebuah aroma yang tidak bisa di cium oleh Werewolf lain selain dirinya?

"Hei, David. Apa hidung kita bermasalah?" tanya Dedrick pada suara di kepalanya. Suara yang sudah ada sejak ia berumur 17 tahun. Dia adalah sisi Wolf-nya yang bernama David.

"Kita masih muda, tidak mungkin hidung kita bermasalah. Jangan bercanda." David menjawab.

Kemudian Serigala yang besar itu perlahan menimbulkan suara seperti tulang patah lagi hingga ia berubah menjadi manusia, tubuhnya tinggi dan dan berotot. Tubuh sempurna yang ia dapatkan dari hasil latihan dan pertarungan.

Dedrick mendekati Diana yang tidak sadarkan diri itu kemudian ia menyingkirkan cabang pohon lapuk yang menimpa gadis itu. 

"Kita bawa dia ke Pack."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status