Share

5 :: Namanya Bumi ::

Andai hidup itu semudah yang direncanakan.

Akan banyak orang yang menggunakan note book.____Meera.

****

Meera sudah siap dengan setelan kerjanya. Memakai rok yang sedikit diatas lutut Meera memadukannya dengan kemeja biru tangan panjang serta blazer berwarna cream.

Rambut Meera yang sudah di potong pendek kini membuat penampilannya lebih segar.

"Ayo anak mommy, kamu temani mommy bekerja ya," ucap Meera lalu kembali melihat pantulan dirinya didepan cermin.

Ada sebuah pesan dari Celine yang mengingatkannya untuk minum susu.

Meera segera membalas pesan tersebut lalu memesan taksi online.

🌼🌼🌼🌼

Tepuk tangan yang ramai tidak membuat Meera berbesar hati karena dia tahu di saat penerimaannya ini juga banyak karyawati yang membicarakan perihal dirinya.

Dia masih muda namun sudah diangkat menjadi Head Manager Marketing.

Derson Grub adalah perusahaan yang besar dan posisi yang dia dapatkan saat ini tentu tidak mudah.

Meera memiliki tekad, dan dia sudah mewujudkannya.

Hidup yang Meera jalani tidak mudah, meski dia di adopsi namun dia pernah merasa sangat kesulitan. Terutama saat dia kecil dan berada di panti asuhan.

Semenjak kecil Meera sudah berandai-andai kelak dia akan menjadi orang kaya raya. Dia juga selalu berdoa pada Tuhan agar kelak menjadi wanita yang hebat.

Namun sepertinya doa-nya mulai malam ini harus dia ubah.

Dia akan meminta pada Tuhan agar dijadikan seorang Ibu yang hebat.

Lamunan Meera terhenti saat sekertaris-nya mengetuk pintu.

"Ya masuk," jawab Meera.

"Maaf bu, sudah jam pulang kantor. Apa ibu ada keperluan lagi ?" tanya wanita bernama Sintya itu.

"Tidak ada Sintya, terima kasih untuk hari ini." Sintya tersenyum dan Meera juga bergegas untuk keluar dari ruangannya.

Mobil antar jemput dari perusahaan mengantarkan Meera ke tempat salah satu sahabatnya membuka usaha.

Kedatangan Meera membuat Reya terkejut karena dia memang tidak memberikan kabar sebelumnya.

"Meera loe kok gak bilang-bilang ?" tanya Reya dan Meera mengangguk saja sambil melihat-lihat beberapa roti yang tersedia.

"Gue tau loe cuma suka satu jenis roti," kata Reya lagi dan Meera tersenyum setuju.

Tanpa Meera sadari seorang pria tepat di depannya sedang memperhatikan Meera tanpa berkedip.

"Eh Meer loe masih ingat ? Ini Bumi sepupu gue," suara Reya membuat pria itu terkejut sepertinya.

Meera melambaikan tangannya dan sedikit memberi senyuman.

"Hai kak," sapa Meera dan Reya menggelengkan kepala melihat sikap Meera yang memang jutek.

Meera memilih duduk di salah satu tempat duduk cafe Reya.

"Re ada waktu gak besok ?" tanya Meera.

"Hai Meera." Tiba-tiba pria bernama Bumi itu duduk di depannya membuat Meera merasa sedikit terganggu.

Tidak ada senyuman dari Meera, dia malah melihat Bumi dengan tatapan aneh.

Reya sendiri sepertinya sibuk melayani beberapa pelanggan, kebetulan cafe Reya ramai sore itu.

"Kamu sudah kembali dari London ?" tanya Bumi dan Meera mengangguk.

"Sudah lama aku tidak melihat kamu, dan kamu semakin cantik saja." Meera sendiri bingung menjawab apa karena dia sendiri sebenarnya tidak dekat dengan pria bernama Bumi ini. Meera hanya tahu kalau Bumi adalah kakak sepupu dari Reya yang tinggal di Bandung.

"Kamu hanya sedang pulang atau sudah menetap ? Aku dengar dari Reya kalau kamu bekerja di London selama ini ?"

"Oh...itu iya. Ehm.. saya sudah pindah kesini kak. Kebetulan dipindahkan ke sini."

"Wah....bagus kalau begitu."

Meera seketika menaikkan satu alisnya dan Bumi sadar kalau tadi dia sangat bersemangat.

"Eh...maaf maksudnya bagus kan bisa pindah ke Negara sendiri."

Meera hanya mengangguk-anggukkan kepala dan memberi senyuman tipis.

🌼🌼🌼

Meera tidak pernah tahu kalau pria bernama lengkap Janeva Bumi Bimantara itu sudah sejak lama memendam rasa untuknya.

Meera pun pasti tidak tahu kalau pria yang sejak dulu sering mengiriminya pesan tanpa nama adalah Bumi.

Namun bagi Bumi dia tetap memiliki rasa itu dan tidak pernah berubah, dia suka mencari informasi tentang Meera dari Reya adik sepupunya, tapi sepertinya Reya yang tidak peka tidak mengetahui jika Bumi menyukai Meera sahabatnya.

Bagi Bumi mendengar Meera kembali ke Indonesia adalah satu hal yang sangat membahagiakan. Dia akan bisa mendekati Meera, dan kali ini dia tidak akan ragu lagi.

"Rey, gue balik deh. Loe masih rame ya ?"

Suara Meera membuyarkan lamunan Bumi, wanita yang sedari tadi mempusatkan perhatiannya pada Notebook itu sepertinya memutuskan untuk pulang.

"Eh iya Meer, sorry ya. Gimana kalau besok kita lunch bareng aja."

"Oke deh. Ntar kabarin di grub aja ya," kata Meera.

"Eh loe balik sama siapa ?" Reya tersadar jika tadi Meera hanya diantar oleh mobil kantornya.

"Gue naik taksi atau ojek aja, lagian banyak ojek juga di depan."

"Eh gak usah, biar diantar aja. Tuh kakak sepupu gue tercinta gak ada kerjaan." Apa yang di katakan Reya sepertinya membuka jalan bagi Bumi dan dengan cepat Bumi mengambil umpan itu.

"Iya Meera, ayo saya antar saja."

"Eh tapi__,"

"Gak apa-apa Meer, ini udah malem. Gue juga bawa mobil kok."

Meera sepertinya pasrah, dia menuruti saja permintaan Reya.

Bumi dengan cepat membukakan pintu cafe untuk Meera dan Reya hanya tertawa di tempatnya.

Tbc. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status