Share

9 :: Permohonan.

Meera menghapus air mata yang jatuh saat dia menceritakan semuanya kepada Reya. Alvian dan Zira menemuinya dan meminta maaf atas perlakuan Zyan. Reya disana mendengarkan semua hal yang Zira dan Alvian katakan kepada Meera.

"Meera, kami meminta kamu untuk menikah dengan Zyan. Apakah kau mau menikah dengannya ?" tanya Alvian.

"Maaf Baginda saya tidak bisa. Zyan dan saya tidak bisa bersama dalam ikatan pernikahan yang sesungguhnya."

"Tapi bagaimana dengan status anak yang kau kandung Meera ?" tanya Zira.

"Saya akan memikirkannya nanti yang mulia Ratu."

"Meera, bagaimanapun anak yang kau kandung adalah darah daging kami. Dia cucuku, dia keturunan kerajaan ini. Apa yang akan rakyat ku katakan jika mereka tahu kalau aku membiarkan cucu ku diluar sana." Meera menunduk, dia hanya bisa diam saat ini. Tiba-tiba Zira berlutut dihadapan Meera membuat Meera terkejut.

"Meera aku mohon maafkan Zyan. Ku mohon menikahlah dengannya."

Meeera dan Alvian membantu Zira berdiri, Reya mengusap bahu Meera. Dia tidak ingin Meera terlalu keras dengan pendiriannya.

"Baiklah aku akan setuju menikah dengan Zyan, tapi boleh kah saya meminta sesuatu Yang Mulia ?" tanya Meera.

"Katakanlah, Meera."

"Saya hanya ingin menikah dengan sederhana tanpa orang diluar sana tahu. Saya juga menginginkan perceraian setelah anak ini lahir, agar Zyan bisa melanjutkan kehidupannya begitu juga saya. Saya tidak akan melarang jika Yang Mulia ingin menemui anak saya, begitu juga dengan Zyan. Tapi saya ingin anak saya bersama saya, apakah bisa ?" permintaan Meera memang tidak sulit. Namun Zira sangat kecewa mendengarnya.

"Tapi Meera, anakmu berhak atas status dan gelarnya di Kerajaan ini. Apa kau tidak menginginkan itu untuk anakmu ?" tanya Alvian dan Meera menggelengkan kepalanya.

"Saya akan mendidik anak saya dan menceritakan apa yang sebenarnya setelah dia mampu memahami semua hal tentang dunia ini. Dan saya akan tetap memberitahu siapa kakek dan neneknya, siapa ayahnya, siapa keluarga yang dia miliki. Dan saya yakin anak saya kelak akan mengerti. Karena bukankah kehormatan yang sesungguhnya bukanlah dilihat dari Tahta dan harta, melainkan jiwa dan sikap orang tersebut." Reya terharu mendengar Meera mengatakan hal itu.

Zira mencium kening Meera lalu memeluknya. "Aku akan mengabulkan apapun yang kau minta Meera. Kau adalah wanita yang hebat." Alvian tersenyum dengan perkataan istrinya tersebut.

"Baiklah untuk tidak membuang waktu, kalian akan menikah besok. Bagaimana ?"

"Tidak masalah Yang Mulia, saya dan teman saya juga harus segera kembali ke Jakarta."

"Meera," kata Zira sebelum dia dan Alvian keluar dari kamar itu.

"Aku mohon kau mengijinkan Zyan untuk membantumu dimasa kehamilanmu. Apakah kau mengijinkannya." Meera mengangguk, toh dalam hatinya Zyan tidak akan melakukan hal itu. Pria sombong itu pasti hanya akan memikirkan tunangannya.

*****

Ditempat lain Zyan memikirkan kehidupannya selanjutnya setelah menikah diam-diam dengan Meera. Alvian sudah menceritakan semuanya, dan dia sedikit bersyukur dengan permintaan Meera. Setidaknya Melisa tidak tahu hal yang sebenarnya.

"Kalau kau mau merahasiakan hal ini dari Melisa kau salah besar Zyan," Zia duduk di sampingnya ditaman itu. "Lebih baik kau kasih tau yang sebenarnya, kalau dia memang percaya dan cinta sama dirimu dia akan ngerti dengan keadaan ini. Kau juga tidak boleh menyalahkan Meera terus menerus, dia wanita yang baik. Dan aku yakin dia tidak ingin ini semua terjadi, dia hanya ingin memberikan yang terbaik untuk anaknya dan yang pasti itu juga anak mu." Zia pergi begitu saja setelah mengatakan semuanya.

Dengan berat hati Zyan menelpon Melisa tunangannya, dia akan menjelaskan semua dan untuk itu dia ingin Melisa datang ke Fortania.

*****

Pernikahan yang harusnya dilakukan pagi itu harus diundur karena semua keluarga belum tiba dan Zyan meminta waktu agar dia bisa menjelaskan semuanya kepada Melisa.

Melisa tiba malam hari di Fortania dari London. Dia terkejut karena sepertinya akan ada perayaan di istana tapi Zyan tidak memberitahukannya. Mungkin Zyan tidak ingin dia repot-repot pikir Melisa. Tapi ada sosok dua wanita yang baru keluar dari ruang makan malam diikuti oleh pengawal, dan Melisa sudah tahu siapa saja keluarga Zyan. Jadi dia pastikan kedua wanita itu bukan kerabat Zyan dan mungkin tamu kerajaan.

Melisa bertemu Zyan di kamar pria itu dan Zyan langsung memeluk hangat kekasihnya itu. Jelas terlihat mereka saling mecintai lalu Zyan mengecup bibir Melisa.

"Apakah ada acara sehingga kau memintaku datang tiba-tiba ?" pertanyaan itu membuat Zyan diam. Dia menatap sorot mata Melisa dan mengajak Melisa duduk di sofa yang ada dikamarnya.

"Sayang aku melakukan satu kesalahan saat menerima tantangan dari Malik dan Zo," katanya memulai percakapan. Melisa mulai serius mendengarkan apa yang akan Zyan katakan padanya.

"Aku tidak sengaja meniduri wanita itu," kata Zyan dan Melisa terlihat sangat terkejut. "Sayang maafkan aku," kata Zyan lagi tapi Melisa langsung berdiri. "Sayang please percaya kalau aku hanya mencintaimu, dan ini hanya kesalahan. Aku akan menikahinya karena dia hamil, lalu kami akan bercerai setelah dia melahirkan."

"Selamat kalau begitu," ujar Melisa ingin pergi tapi Zyan menahannya dengan memeluk tubuh Melisa dari belakang.

"Please sayang percaya pada ku. Aku sedikit mabuk malam itu dan kami tidak sengaja melakukannya, wanita itu juga yang meminta kami bercerai setelah anak itu dilahirkan. Lalu aku akan langsung menikahi mu."

"Oh ya, dan aku akan mengurus bayi mu dan wanita itu. Sungguh rencana yang luar biasa Zyan. Tapi maaf aku tidak bisa menerima ini semua." Melisa berontak tapi tenaga Zyan lebih kuat untuk menahannya.

"Tidak Melisa ! kau tidak boleh meninggalkan ku hanya karena kesalahan ini. Lagi pula anak itu tidak akan bersama kita, Meera menginginkan anaknya bersamanya. Kita akan bahagia seperti apa yang kita impikan sayang." Melisa memutar tubuhnya dan memukul-mukul tubuh Zyan.

"Aku benar-benar membencimu Zyan," teriaknya membuat perhatian dari Zia yang lewat mendengar hal itu.

"Maafkan aku Mel, aku sungguh minta maaf. Tapi percayalah kita akan tetap merajut mimpi kita bersama." Zyan memagut bibir Melisa, ciuman menggebu itu disaksikan oleh Via dan Zia yang akhirnya keluar dari kamar Zyan dan melanjutkan langkah mereka ke paviliun para Putri.

"Dasar Zyan brengsek !" umpat Via. "Masih sempat-sempatnya mencumbu wanita lain disaat ada seorang wanita yang hamil anaknya." Zia hanya tertawa kecil meski dalam hati dia ingin membakar kamar Zyan tadi.

"Apa menurutmu Melisa dan Zyan sudah melakukannya ?" tanya Via konyol.

"Tentu saja Via...Via...," ujar Zia. "Zyan itu playboy, tidak ada wanita yang tidak dia tiduri jika sudah menjadi pacarnya, apalagi sudah berstatus menjadi tunangannya."

"Dasar buaya darat, untung saudara sendiri kalau orang lain asli gue minta orang buat kebiri dia." Zia tertawa lagi mendengar celotehan Via.

Tbc...

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status