Share

5. Weding Day.

"Halo Ana apa khabar? Gimana pesanan baju pengantin untuk calon menantuku, apa sudah siap?" Hari ini Ruth momynya Jose mengunjungi butik langganannya.

"Khabar baik nyonya Armando, tentu sudah siap nyonya. Suatu kehormatan bagi butik kami, menerima pesanan baju pengantin untuk calon menantu keluarga Armando. Untuk itulah tim kami bekerja keras agar hasilnya maksimal, sesuai dengan keinginan nyonya."

"Maaf jika mendadak, pasti merepotkanmu. Maklum anak muda zaman sekarang, segala kemauannya harus terpenuhi walaupun kadang tidak masuk akal. Yaaa seperti pernikahan yang mendadak ini."

"Saya pribadi mengucapkan terimakasih banyak atas kepercayaan nyonya kepada kami. Jujur banyak keuntungan yang bisa kami dapat dengan gaun pengantin rancangan kami yang nyonya pesan untuk pernikahan yang paling dinanti tahun ini di jagad dunia bisnis dan selebriti."

"Ha ha ha kau berlebihan Ana." Ruth mengibas-ibaskan tangannya.

"Perkenalkan, ini Lexa calon menantuku."

"Selamat siang tante, perkenalkan nama saya Lexa." Lexa muncul dari belakang Mommynya Jose memberi salam.

"Selamat datang nona Lexa, anda sangat cantik sekali pantas saja tuan muda Jose ingin menikah secara mendadak." Ana sang perancang busana berjalan mengitari Lexa dengan menatap kagum seolah sedang mengaudisi seorang model. "Mari sini cantik, langsung kita coba saja gaunya." Ana beserta asistennya menarik Lexa ke ruang fitting baju. Tampak beberapa asisten, membantu Lexa mengenakan baju pengantin yang sangat indah dan elegan.

"Bagaimana pendapat anda nyonya?" Ana meminta pendapat nyonya Ruth setelah melihat Lexa muncul dari balik tirai ruang fitting baju.

"Wowww sempurna, cantik sekali. Kau hebat Ana, sentuhan tanganmu sungguh menghasilkan keajaiban." Nyonya Ruth berdecak kagum.

"Anda berlebihan nyonya, banyak perancang busana yang lebih hebat dari saya di luar sana." Ana tersenyum merendah.

"Ckkk saya jujur Ana, gaun ini sungguh sangat bagus. Cuma di bagian samping potonganya diperhalus sedikit. Sisanya sudah tepat."

"Itu juga karena modelnya sangat cantik nyonya, jadi bisa menutupi kekurangan pada gaunya. Mmmm bolehkah saya mengambil foto nona Lexa untuk endorse butik saya, sebagai gantinya saya tidak akan mengambil upah untuk gaun-gaun pernikahan yang nyonya pesan."

"Noooo, keinginan anak saya menikah adalah suatu kebahagiaan yang luar biasa bagi kami, setelah sekian lama lelah memaksanya untuk menikah. Jadi biarkan saya tetap membayar dan silahkan ambil gambar calon menantu saya sebanyak yang kau mau, asal photo yang sopan dan tidak vulgar."

"Terimakasih nyonya, terimakasih atas kemurahan hati nyonya. Mari cantik kita coba gaun yang lain untuk acara resepsi." Lexa mengekor masuk, mencoba gaun lainnya yang juga sangat cantik dan pas di lekuk tubuh Lexa.

Terdengar bel pintu berbunyi sesaat setelah Jose datang bersama Ramon dan Sergio.

"Mom dimana Lexa, aku ingin melihatnya.

"Hush tidak boleh, mulai detik ini kau dilarang menemuinya sampai besok di hari pernikahanmu Jose." Nyonya Ruth merentangkan tanganya, menghalau Jose yang ingin pergi melangkah ke arah ruang fitting baju.

"Mommmm sebentar saja, aku mohon. Aku ingin melihat apakah gaun pengantinnya cocok untuknya." Jose memelas.

"Tidak boleh, tahan sebentar lagi. Besok juga kamu bebas mau melihatnya sampai puas."

"Ha ha ha teman kami ini memang sudah tidak sabar tante." Ramon terbahak melihat ibu dan anak saling debat.

"Oh hai Ramon, Sergio. Terimakasih kalian berdua sudah mau datang untuk fitting baju, segera saja ke ruang samping buat fitting yaaa."

"Siap tante, kami ikut senang. Akhirnya Jose yang akan menikah duluan. Jangan khawatir, kami akan jaga Jose agar tidak mengintip calon istrinya." Sergio menggoda Jose yang mukanya sudah di tekuk karena tidak boleh menemui Lexa.

"Nggak usah berpikir yang macam-macam Jose, Mommy akan membawa Lexa untuk menginap di hotel. Jadi tenangkan dirimu untuk istirahat agar besok kau tidak grogi saat mengucap janji pernikahan."

"Hufft baiklah Mom, aku mengaku kalah. Come on dude, kita langsung aja fitting bajunya." Jose menarik kedua temannya.

~~~~~~~~~

Keesokan harinya, saat Lexa membuka matanya hal yang diingat adalah pernikahanya dengan Jose yang akan berlangsung dalam beberapa jam lagi. Sungguh ia tidak dapat menghindar lagi. Perasaan yang campur aduk antara maju dan mundur berperang dalam batinnya.

"Tok tok tok, permisi nona. Sudah saatnya menuju mansion keluarga tuan Armando." Margaritha pelayan pribadi Lexa datang untuk membantu Lexa bersiap.

"Hmmmm lakukan tugasmu Mag."

Sesampainya di mansion keluarga Armando, Lexa langsung dibawa ke kamarnya Jose untuk dirias dan ganti baju pengantin.

Para make up artis yang di datangkan nyonya Ruth untuk mendandani Lexa bekerja sangat cepat dan profesional. Dengan make up tipis, wajah Lexa semakin cantik mempesona. Untuk tatanan rambut bagian depan ditarik keatas di ikat menggerombol lalu dijepit, jepitan khusus yang tersambung dengan weding veil yang akan menutupi wajah Lexa. Bagian rambut belakang dibiarkan tergerai dan di curly bagian ujungnya. Lexa tidak mengenakan giwang, telinganya dibiarkan polos. Nyonya Ruth memberikan kalung berlian yang sangat mewah untuk dikenakan di leher jenjang Lexa, yang mana kalung tersebut sangat serasi dengan gaun pengantin bermodel bahu terbuka.

Kalung bertahtakan berlian yang merupakan kalung turun temurun, diwariskan kepada menantu keluarga Armando. Dulu kalung tersebut pernah dikenakan nyonya Ruth saat menikah dengan Joseph Armando, ayah kandung Jose.

"Nona, ayah anda sudah datang." Margaritha membuyarkan lamunan Lexa. Lexa membalikkan badan dan mendapati ayahnya yang sudah berdiri merentangkan tangannya. Lexa berlari memeluk tubuh tegap ayahnya.

"Papa Lexa rindu." Lexa memeluk tubuh ayahnya dengan erat, tidak mempedulikan make up di wajahnya yang akan berantakan karena airmata yang mengalir di pipinya.

"Sssttt jangan menangis,wajahmu jadi jelek. Papa tidak suka putri Papa saat menikah nanti wajahnya kelihatan jelek." Felipe ayahnya Lexa terkekeh menggoda putrinya.

"Papa Lexa -------

"Iya papa tahu, apapun asal bisa membuatmu bahagia. Papa menghormati keputusanmu sayang, papa percaya pasti ada alasan mengapa kamu ingin menikah secara mendadak. Papa tidak percaya dengan rumor murahan yang beredar di luar sana." Felipe ayah Lexa tersenyum menguatkan batin Lexa yang pasti sangat bimbang ketika detik-detik pernikahan sudah di depan mata. "Nah gitu dong senyum."

"Terimakasih pa."

"Adik-adikmu tidak bisa ikut kemari karena harus ujian. Tapi calon suamimu sudah mengatur pesta pernikahan di Rio De Janeiro setelah pesta yang disini beres. Bibi dan yang lainya sudah dibawah. Seakan tahu pikiran putrinya Felipe menjelaskan satu persatu keberadaan anggota keluarganya berada. Ayo kita turun sekarang acaranya akan segera dimulai."

Para make up artis kembali merapikan make up wajahnya Lexa yang sedikit berantakan akibat airmata yang mengalir di kedua pipinya.

Felipe menggandeng putrinya menuju tempat pernikaham yang berada di halaman belakang mansion keluarga Armando. Halaman yang sangat luas itu sudah disulap begitu cantik hanya dalam waktu semalam. Dekor dengan tema garden yang dipenuhi dengan aneka bunga impor terlihat megah sesuai dengan image Jose Armando, pewaris tunggal dari kerajaan bisnis Armando corp. Di tengah-tengah venue di bangun panggung mini yang mana akan digunakan kedua mempelai untuk mengucapkan janji suci pernikahan."

Semua mata tertuju kepada mempelai wanita, saat ketikan piano yang melantunkan weding song mulai terdengar. Jose sudah berdiri diatas panggung bersama seorang pendeta. Jose terlihat sangat tampan, rambut coklatnya disisir kebelakang. Setelan tuxedo mahal yang melekat ditubuh atletisnya semakin membuat penampilan Jose makin sempurna. Sepasang mata coklat itu memandang Lexa dengan penuh kekaguman.

Setelah Ayah Lexa menyerahkan genggaman tangan Lexa kepada Jose, pendeta mulai melakukan pemberkatan dan pembacaan doa pernikahan. Kedua mempelai mengucapkan Janji suci pernikahan tanpa suatu hambatan, di ikuti pemasangan cincin pernikahan pada masing-masing jari manis mempelai. Kini tiba saatnya Jose membuka weding veil yang menutupi wajah Lexa. Mata Jose tak berkedip mengagumi wajah Lexa yang tampak sangat cantik hari ini. Hidung mungil yang mancung, bibir merah yang sexi dan sepasang bola mata yang berwarna biru itu begitu menyihir Jose ketika memandangnya.

"Ehmmmm dipersilahkan mempelai pria untuk mencium mempelai wanita." Jose terkesiap dari lamunannya dan tersenyum kikuk. Segera ia mencium bibir Lexa dengan mesra. Sambutan riuh tepuk tangan menggema memberi selamat kepada kedua mempelai.

TBC.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status