"Halo Ana apa khabar? Gimana pesanan baju pengantin untuk calon menantuku, apa sudah siap?" Hari ini Ruth momynya Jose mengunjungi butik langganannya. "Khabar baik nyonya Armando, tentu sudah siap nyonya. Suatu kehormatan bagi butik kami, menerima pesanan baju pengantin untuk calon menantu keluarga Armando. Untuk itulah tim kami bekerja keras agar hasilnya maksimal, sesuai dengan keinginan nyonya." "Maaf jika mendadak, pasti merepotkanmu. Maklum anak muda zaman sekarang, segala kemauannya harus terpenuhi walaupun kadang tidak masuk akal. Yaaa seperti pernikahan yang mendadak ini." "Saya pribadi mengucapkan terimakasih banyak atas kepercayaan nyonya kepada kami. Jujur banyak keuntungan yang bisa kami dapat dengan gaun pengantin rancangan kami yang nyonya pesan untuk pernikahan yang paling dinanti tahun ini di jagad dunia bisnis dan selebriti." "Ha ha ha kau berlebihan Ana." Ruth mengibas-ibaskan tangannya. "Perkenalkan, ini Lexa calon menantuku." "Selamat
21+!!! Lexa sudah sangat lelah berdiri menyalami tamu undangan, namun bibirnya masih tetap menyunggingkan senyum palsu bahagia di depan para tamu undangan. Resepsi pernikahan mereka berlangsung sangat meriah di hotel Buenos, walaupun undangan pernikahan disebar melalui online karena pernikahan yang diadakan secara mendadak. Nyatanya tidak mengurangi jumlah tamu yang datang ke resepsi pernikahan sang billionare muda Jose Armando. "Apakah kakimu sudah pegal?" Sebenarnya Jose sangat mengkhawatirkan keadaan kakinya Lexa, tapi apa boleh buat. Tidak mungkin kedua mempelai menghilang begitu saja meninggalkan pesta resepsi, pasti sangat tidak sopan dan itu akan menjadi santapan empuk bagi pencari berita gosip yang akan merusak image Jose. "Ya begitulah, tapi apa boleh buat." Lexa meringis menggerakkan kakinya pelan. "Nanti aku akan membantu memijat kakimu di da
21+!!! Rambut acak-acakan, tubuh polos mengkilap akibat tetesan keringat, mata terpejam dan napas tersengal serta keadaan ranjang yang porak poranda menjadikan pemandangan yang menarik di mata Jose, diamati tubuh istrinya yang tergolek lemas diatas ranjang dengan keadaan berantakan tapi menurutnya terlihat sangat séksi. "Gimana sayang, puas hummm?" Tidak ada jawaban yang keluar dari mulut Lexa, hanya sengalan napas yang terdengar. Mungkin karena ini yang pertama bagi Lexa, sehingga Lexa belum terbiasa.Hanya dengan satu kali pelepasan Lexa sudah tergolek tak berdaya. Nampaknya Jose harus menunda keinginanya untuk mengharapkan sensasi blow job dari istri kecilnya yang belum berpengalaman. Tapi malam ini ia ingin menuntaskan pelepasan yang telah ia tahan berhari-hari dengan meminta hak malam pertama kepada istrinya yang entah berapa ronde istrinya
"Bhuaammmm." Bunyi pintu hotel yang dibanting oleh Jose memekkan pendengarannya Lexa. "Hufft." lexa mendengus kesal dengan perlakuan Jose kepadanya. Lexa tidak peduli, ia ingin mengistirahatkan badannya yang terasa lelah dan remuk akibat ulah suaminya tadi. Sementara itu diluar kamar hotel, Jose sangat marah karena tidak mendapatkan jawaban dari istrinya. Jose bukan tipe pria yang ringan tangan, walaupun kecewa ia tidak mau menyakiti fisik istrinya. Sebagai pelampiasan, ia menendang apa saja yang ada diluar kamar hotel. Toh tidak akan ada yang melarang karena Jose adalah pemegang saham terbanyak di hotel ini. Setelah amarahnya sedikit mereda. Jose mencari Margaritha, pelayan pribadinya Lexa. "Mag ini key card kamar hotel, beresi barang-barangnya nyonya muda. Setelah selesai, bawa nyonya muda kembali ke mansion. Layani semua kebutuhanya dengan baik, tapi jangan biarkan ia keluar kamar walaupun cuma sebentar. Kalau sampai ia bisa kel
21+!!! Setelah sampai dihadapan Jose, Miranda langsung duduk dipangkuan Jose. Ia mulai mengendus pipi Jose dengan sensual, bibirnya mulai melumat bibir Jose dengan rakus. "Aku menginginkanmu malam ini Jose, kita ulangi lagi malam panas kita berdua seperti dulu sayang." Jose tidak membalas ataupun menolak ciuman Miranda. Miranda membusungkan dàdanya yang sudah mencuat ujungnya dihadapan Jose untuk menarik perhatianya. Beberapa bait kata-kata sensual, ia bisikan ke telinganya Jose. Dengan lihainya ia menjejalkan lidah basahnya ke rongga telinga Jose, lalu mengulum cuping telinga Jose dengan lembut. Tidak lupa gigitan kecil ia labuhkan di tengkuknya Jose. Tidak sampai disitu, Miranda membimbing tangan Jose untuk meraba dàdanya. "Come on baby, touch me right now." Miranda mendesah, menginginkan Jose untuk menyentuh dirinya. Merasa tidak ada respon, Miranda mengubah arah
21+!!! Cahaya matahari pagi menembus tirai kamar, Lexa mengerjapkan matanya. "Oh sudah pagi ternyata." Lexa bergumam sendiri, ia menoleh kepada suaminya yang terbaring di sisinya. Ia memandang wajah tampan suaminya dengan intens. "Tidak menyangka, seorang Jose Armando akan sebodoh ini. Menyiksa diri sendiri hanya karena suatu prasangka yang belum pasti kebenaranya. Meragukan keperawananku? Dasar bödoh, aku tidak yakin kalau kau yang terkenal dengan sebutan lady killer tidak bisa membedakan antara yang perawan atau bukan. Selama ini kau mengajak para wanita naik ke atas ranjangmu itu hanya untuk bermain petak umpet kah? He he he lucu sekali. Berciuman saja aku belum pernah, apalagi tidur dengan seorang pria. Ingin rasanya ku pukul kepalamu dengan gagang senapan biar waras otakmu huffft." Lexa panjang lebar mengomel kepada suaminya yang masih terlelap dalam tidurnya. "Engkhhhh. Sebaiknya aku mandi dul
"Awwww." Teriakan Lexa terdengar membahana seiring dengan tubuhnya yang melayang dari atas balkon. "Bhummm." Suara dentuman sesuatu yang keras, menyeruak di indra pendengarannya Jose." Jose yang masih setengah terlelap akibat kelelahan, seketika terbelalak matanya. "Lexaaaaaa." Jose segera memungut boksernya lalu memakainya asal. Ia berlari keluar kamar sambil memanggil semua pelayannya. "Tian, Ema, Mag semuanya segera ke halaman samping!" Teriakan Jose menggema di seluruh penjuru mansion. Melihat tuannya bertelanjang dàda berlari bagai orang gila, seluruh pelayan di mansion segera berlarian mengikuti langkah sang majikan. "Brakkk." Dengan sekuat tenaga, Jose menendang pintu yang menghubungkan dengan halaman samping mansion. Mata Jose terbelalak melihat istrinya yang hanya memakai handuk putih, terkulai tak bergerak dengan darah yang telah mengalir di bawah kepalanya. "T
"Lexaaaaa tidak, tidak. Jangan tinggalkan aku sayang. Aku mohon aku-- Tubuh Jose membeku melihat wajah cantik istrinya tepat di hadapannya dengan mata yang masih tertutup, bibirnya sedikit terbuka dan embusan napasnya yang ber aroma mint menyapu wajahnya. "Ngkhhhhhh." Lexa melenguh, menggeliatkan tubuhnya. "Aduh badanku sakit semua." Lexa menggerakkan badanya ke kanan dan ke kiri. Jose masih terbengong, mencerna kejadian yang tadi menimpanya. Tapi kenapa istrinya masih hidup, bukankah tadiiiii? "Awwwww." Lexa memekik keras karena Jose menubruknya dan memeluknya dengan sangat erat. "Aduhhhh sakit Jose, kau ingin membunuhku hah!" Jose tidak menjawab bentakannya Lexa, ia malah menciumi wajah Lexa berulang-ulang." "Bhugh bhugh bhugh." Lexa memukuli tubuh Jose karena tidak melepaskan pelukannya yang membuat Lexa sesak napas. "Aoww." Jose menga