Hai, semuanya. Akhirnya tamat juga kisah Jose dan Lexa. Terima kasih yang sudah membacanya sampai tamat. Maaf karena update nya tidak konsisten. Baca juga kisah-kisah yang lain dengan mengklik profile penulis HANINA. Ikuti sosmed Hani di efbe HaNina Terima kasih 😊😊
Gemerlap lampu diskotik yang menyilaukan mata dan dentuman musik yang memekakkan telinga menghiasi kelab Amore yang sudah menjadi rumah kedua bagi Jose Armando. Selain sebagai pemilik kelab, Jose juga memperlakukan dirinya sebagai pengunjung kelab. Dia sengaja menutupi idenditasnya agar lebih leluasa mencari partner ons tanpa embel-embel pemilik kelab.Nampak Ramon dan Sergio menghampiri Jose yang sudah sampai di kelab sebelum mereka."Vodka dua. "Jose menyebutkan pesanan kepada bartender untuk kedua teman baiknya."Hei bro, gimana udah dapat mangsa malam ini?" Ramon menyelidik."Malam ini nggak mood, cuma mau minum dan cuci mata saja." Jose mendengus kesal pasalnya Ramon si maniak séks selalu mengartikan kedatanganya ke kelab hanya untuk mencari teman tidur."Oke, baguslah saingan terberatku absen. Sebuah keberuntungan tersendiri bagiku. Tanpa capek tebar pesona pasti dapat mangsa yang bohay, hihihi." Ramon tertawa riang."Jangan khawatir Jose, aku akan menemanimu minum. Malam ini aku
"Hei, ada apa kok ramai sekali?" Ramon celingukan ditengah kerumunan orang disamping meja bartender."Tumben cepet?""Ck, cewek tadi tak se-hot visualnya. Baru aku gempur dua ronde, sudah tepar tak berkutik. Padahal dia tidak mabuk." Ramon menghela napas kecewa."Makanya jangan dinilai dari luarnya. Lihat cewek cantik berambut merah itu, kelihatan polos tapi bisa tanding minum dengan Jose.""Cewek itu." Ramon menunjuk dengan kepalanya ke arah Lexa." Whoa, menarik.""Ya dan hasilnya seri." Sergio tersenyum masam. "Apab… cewek itu bisa seri melawan seorang Jose Armando minum?" Ramon melotot tidak percaya. "Seperti yang kau lihat, dia masih bisa berdiri tegak setelah berbotol-botol vodka.""Oke Jose, taruhan apa selanjutnya untuk menentukan pihak pemenang di antara kita." Lexa tersenyum menantang."Oh, sepertinya kau tidak sabar menantangku dan sangat yakin akan menang, hah?""Hei, boleh aku kasih saran?" Ramon menginterupsi percakapan mereka. "Bagaimana dengan taruhan adu ketangkasan m
"Menikahlah denganku." "Apa." Tidak hanya Lexa yang kaget, kedua teman Jose juga syok mendengar permintaan Jose yang tidak masuk akal. Bagaimana mungkin hanya baru berkenalan dalam hitungan jam sudah ingin menikahi gadis asing yang tidak jelas asal usulnya terlebih lagi tiada rasa cinta. "Jangan bercanda Tuan Jose, bagaimana mungkin kita menikah sedangkan kita baru saja saling kenal dan aku tidak mencintaimu." "Hey dude, jangan bercanda. ini sebuah pernikahan bukan cuma ons yang akan berakhir dalam satu malam." Ramon mengingatkan. "Apakah kau ingin melakukan pernikahan sementara atau semacam pernikahan kontrak?" Sergio menatap Jose menuntut jawaban." Tapi itu akan merugikan dia, karena dia masih sangat muda. Ayolah Jose, cari hukuman lain, ini hanya sebuah taruhan biasa." "Aku tidak main-main, aku menyukaimu, Lexa. Aku ingin menikahimu." "Hei, Jose, kau tidak bisa memaksaku. Ini hanya suatu taruhan konyol, tidak ada perjanjian hitam di atas putih. Aku tidak mau menikah denganmu,
"Tok tok tok." Ema datang bersama dengan satu pelayan perempuan ke kamar Lexa. "Permisi nona, saya membawa pelayan pribadi anda sesuai dengan perintah tuan muda." Ema mencoba menjelaskan kepada Lexa yang masih tertidur menelungkup di kasurnya. "Hmmmm." Hanya gumaman yang keluar dari mulut Lexa tanpa ada niat sedikitpun memandang mereka. "Perkenalkan nona, nama saya Margaritha. Saya yang akan melayani membantu anda, jangan sungkan memberi saya perintah." "Kalian keluarlah, aku masih ingin istirahat." "Tapi nona, anda belum membersihkan wajah dan diri anda." Ema memberi penjelasan. "Mengertilah Ema, saya masih syok dengan keputusan sepihak oleh tuan muda kalian." "Kalau wajah anda berjerawat, kami bisa dipecat oleh tuan muda." "Astagaaaa tuan muda kalian memang kejam." "Nona--------- "Baiklah-baiklah, Ema keluar dan istirahatlah. Saya tahu, seharusnya tugasmu telah selesai bukan? Dan kau Magie, siapkan baju tidurku." "Baik nona." Sahut mereka bersamaan. ~~~~~~~~~~~~ Keesokan
"Halo Ana apa khabar? Gimana pesanan baju pengantin untuk calon menantuku, apa sudah siap?" Hari ini Ruth momynya Jose mengunjungi butik langganannya. "Khabar baik nyonya Armando, tentu sudah siap nyonya. Suatu kehormatan bagi butik kami, menerima pesanan baju pengantin untuk calon menantu keluarga Armando. Untuk itulah tim kami bekerja keras agar hasilnya maksimal, sesuai dengan keinginan nyonya." "Maaf jika mendadak, pasti merepotkanmu. Maklum anak muda zaman sekarang, segala kemauannya harus terpenuhi walaupun kadang tidak masuk akal. Yaaa seperti pernikahan yang mendadak ini." "Saya pribadi mengucapkan terimakasih banyak atas kepercayaan nyonya kepada kami. Jujur banyak keuntungan yang bisa kami dapat dengan gaun pengantin rancangan kami yang nyonya pesan untuk pernikahan yang paling dinanti tahun ini di jagad dunia bisnis dan selebriti." "Ha ha ha kau berlebihan Ana." Ruth mengibas-ibaskan tangannya. "Perkenalkan, ini Lexa calon menantuku." "Selamat
21+!!! Lexa sudah sangat lelah berdiri menyalami tamu undangan, namun bibirnya masih tetap menyunggingkan senyum palsu bahagia di depan para tamu undangan. Resepsi pernikahan mereka berlangsung sangat meriah di hotel Buenos, walaupun undangan pernikahan disebar melalui online karena pernikahan yang diadakan secara mendadak. Nyatanya tidak mengurangi jumlah tamu yang datang ke resepsi pernikahan sang billionare muda Jose Armando. "Apakah kakimu sudah pegal?" Sebenarnya Jose sangat mengkhawatirkan keadaan kakinya Lexa, tapi apa boleh buat. Tidak mungkin kedua mempelai menghilang begitu saja meninggalkan pesta resepsi, pasti sangat tidak sopan dan itu akan menjadi santapan empuk bagi pencari berita gosip yang akan merusak image Jose. "Ya begitulah, tapi apa boleh buat." Lexa meringis menggerakkan kakinya pelan. "Nanti aku akan membantu memijat kakimu di da
21+!!! Rambut acak-acakan, tubuh polos mengkilap akibat tetesan keringat, mata terpejam dan napas tersengal serta keadaan ranjang yang porak poranda menjadikan pemandangan yang menarik di mata Jose, diamati tubuh istrinya yang tergolek lemas diatas ranjang dengan keadaan berantakan tapi menurutnya terlihat sangat séksi. "Gimana sayang, puas hummm?" Tidak ada jawaban yang keluar dari mulut Lexa, hanya sengalan napas yang terdengar. Mungkin karena ini yang pertama bagi Lexa, sehingga Lexa belum terbiasa.Hanya dengan satu kali pelepasan Lexa sudah tergolek tak berdaya. Nampaknya Jose harus menunda keinginanya untuk mengharapkan sensasi blow job dari istri kecilnya yang belum berpengalaman. Tapi malam ini ia ingin menuntaskan pelepasan yang telah ia tahan berhari-hari dengan meminta hak malam pertama kepada istrinya yang entah berapa ronde istrinya
"Bhuaammmm." Bunyi pintu hotel yang dibanting oleh Jose memekkan pendengarannya Lexa. "Hufft." lexa mendengus kesal dengan perlakuan Jose kepadanya. Lexa tidak peduli, ia ingin mengistirahatkan badannya yang terasa lelah dan remuk akibat ulah suaminya tadi. Sementara itu diluar kamar hotel, Jose sangat marah karena tidak mendapatkan jawaban dari istrinya. Jose bukan tipe pria yang ringan tangan, walaupun kecewa ia tidak mau menyakiti fisik istrinya. Sebagai pelampiasan, ia menendang apa saja yang ada diluar kamar hotel. Toh tidak akan ada yang melarang karena Jose adalah pemegang saham terbanyak di hotel ini. Setelah amarahnya sedikit mereda. Jose mencari Margaritha, pelayan pribadinya Lexa. "Mag ini key card kamar hotel, beresi barang-barangnya nyonya muda. Setelah selesai, bawa nyonya muda kembali ke mansion. Layani semua kebutuhanya dengan baik, tapi jangan biarkan ia keluar kamar walaupun cuma sebentar. Kalau sampai ia bisa kel