21+!!!
Lexa sudah sangat lelah berdiri menyalami tamu undangan, namun bibirnya masih tetap menyunggingkan senyum palsu bahagia di depan para tamu undangan. Resepsi pernikahan mereka berlangsung sangat meriah di hotel Buenos, walaupun undangan pernikahan disebar melalui online karena pernikahan yang diadakan secara mendadak. Nyatanya tidak mengurangi jumlah tamu yang datang ke resepsi pernikahan sang billionare muda Jose Armando.
"Apakah kakimu sudah pegal?" Sebenarnya Jose sangat mengkhawatirkan keadaan kakinya Lexa, tapi apa boleh buat. Tidak mungkin kedua mempelai menghilang begitu saja meninggalkan pesta resepsi, pasti sangat tidak sopan dan itu akan menjadi santapan empuk bagi pencari berita gosip yang akan merusak image Jose.
"Ya begitulah, tapi apa boleh buat." Lexa meringis menggerakkan kakinya pelan.
"Nanti aku akan membantu memijat kakimu di dalam kamar hotel." Jose tersenyum nakal.
"No thank's. Lexa memutar bola matanya.
"Kenapa pakai gaun yang seperti ini, apakah kau tidak kedinginan? Bahumu dibiarkan terbuka, jadi santapan mata para lelaki hidung belang." Jose kesal melihat gaun yang menurutnya terlalu seksi untuk acara sebuah resepsi pernikahan.
"Mana aku tahu, semuanya pilihan Mommymu." Jawab Lexa tak kalah kesal.
Perdebatan-perdebatan kecil mengiringi mereka sampai di penghujung acara. Acara di tutup dengan pesta dansa di ballroom hotel, kedua mempelai sebagai bintang utama yang menjadi sorotan publik. Mereka terlihat sangat serasi walau jarak umur mereka cukup jomplang. Tapi dengan ketampanannya Jose mampu mengimbangi penampilan Lexa yang di make up secara tepat dan terlihat lebih dewasa dari umurnya.
Jose menggamit pinggang Lexa dengan posesif, dia tersenyum bahagia karena rencananya berhasil tanpa suatu hambatan mengikat Lexa dengan tali pernikahan untuk selamanya. Lexa mengalungkan tanganya di bahu Jose dan berpura-pura bahagia. 'Akting yang sempurna Lexa.' Batin Lexa.
"Tak kusangka, ternyata kau mahir juga berdansa istriku." Puji Jose.
"Kau belum tahu, apa saja kelebihanku suamiku."
"Apakah kau punya tenaga lebih untuk melawanku di ranjang nanti malam?" Jose tersenyum mesum kepada Lexa.
"Aww." Jose mengaduh pelan saat Lexa mencubit bahunya sebagai jawaban pertanyaan mesum yang dilontarkanya kepada Lexa.
Dengan berakhirnya lagu My All dari Mariah Carey yang merupakan lagu favoritnya Jose, berakhir pula keseluruhan acara pesta resepsi pernikahan malam ini.
Jose sudah tidak sabar untuk menuju kamar hotel atas yang sudah dibokingnya. Ia menarik tangan Lexa meninggalkan tempat resepsi dan tidak peduli dengan para wartawan yang sudah menunggu berjam-jam hanya untuk melakukan sesi tanya jawab dengan kedua mempelai. Akhirnya para wartawan hanya bisa memburu foto keduanya sebanyak mungkin sebelum mereka menghilang kedalam lift hotel.
"Pelan-pelan Jose, Kakiku sakit." Lexa merengek karena Jose menarik tangannya dan berjalan dengan sangat cepat.
"Oh maaf." Jose langsung membungkuk di hadapan Lexa dan memanggul badannya seperti memanggul sekarung gandum.
"Aww apa-apaan sih Jose, malu dilihatin orang." Cicit Lexa sambil memukul bahu jose.
"Kenapa harus malu, kita sudah resmi menikah jadi kita sekarang bebas melakukan apapun. Dan berhentilah berteriak, setelah di dalam kamar hotel akan kubuat kau berteriak keenakan tanpa henti." Mendengar perkataan Jose yang penuh dengan kemesuman, Lexa kembali memukul bahu Jose lebih keras dari sebelumnya.
Sesampainya di kamar hotel Jose menurunkan Lexa di ranjang dan membantunya melepas high heels dari kakinya.
"Aku siapkan air hangat dulu, berendamlah sebentar untuk mengurangi pegal di badan dan kakimu." Lexa masih tak bergeming dari tempat duduknya di ranjang. "Atau kau ingin aku melepaskan bajumu dan memandikanmu." Lexa segera bangkit dan berlari masuk ke dalam kamar mandi lalu mengunci pintunya. "Mandi yang bersih, Lexa sayang." Teriak Jose dari balik pintu.
Jose menunggu Lexa sambil duduk bersandar di ranjang memejamkan matanya. Pikiran liarnya sudah mengembara kemana-mana. "Yes sebentar lagi." Gumamnya lirih sambil tersenyum berulang kali.
Setelah hampir satu jam, Lexa menyelesaikan ritual mandi dan berendamnya. Akhirnya ia keluar dengan hati yang berdebar dan takut. Seketika nyalinya ciut, mengingat sebentar lagi Jose pasti akan meminta hak malam pertamanya.
"Sudah selesai?"
Lexa cuma mengangguk.
"Sini." Jose menepuk ranjang agar Lexa duduk disampingnya.
"Ka kau tidak mandi?" Lexa mencoba mengulur waktu.
"Tidak usah, aku takut kau kabur ketika aku sedang mandi. Lagian tubuhku tidak bau." Ringis Jose.
"Dasar jorok." Lexa berdecih sinis.
Jose yang sudah tidak sabar menahan hasratnya, langsung menarik tubuh Lexa jatuh keatas ranjang. Ditindihnya tubuh ramping Lexa, bibirnya mulai memagut bibir Lexa dengan keras. Namun Lexa sengaja mengatupkan bibirnya yang membuat Jose geram. Tangan Jose langsung menyelinap masuk kebalik bathrobe yang dikenakan Lexa. Beruntung karena Lexa tidak mengenakan dalaman, maka dengan mudah jose meremas dada Lexa secara sensual untuk membakar gairahnya.
"Ahhhh, satu desahan lolos begitu saja keluar dari mulut Lexa dan mulutnya mulai terbuka. Jose segera memasukan lidahnya, menyecap manis saliva milik Lexa. Tidak sampai disitu, Jose mencubit kecil ujung dàdanya Lexa agar lebih terangsang. Lexa menggeram menahan gejolak hasrat yang tiba-tiba datang tanpa bisa dikontrol lagi.
Jose mulai menurunkan wajahnya, bibirnya bergerak turun menciumi leher jenjang Lexa dan melakukan gigitan-gigitan kecil yang menghasilkan kissmark. Setelah puas menciumi lehernya Lexa, Jose menarik simpul bathrobe untuk menikmati dadanya Lexa yang sudah mencuat ujungnya karena terangsang. Mulutnya langsung mengulum dàdanya Lexa dengan penuh napsu. Ketika sedang asyik mengulum ujung dàdanya Lexa, tiba-tiba tubuh Jose didorong oleh Lexa sampai terjungkal dari atas ranjang. Ternyata benteng pertahanan Lexa sangat kokoh, dimana ia bisa membendung hasratnya yang mulai berkobar setelah pemanasan yang Jose berikan kepadanya.
"Hei, apa yang kau lakukan." Jose terlihat sangat kesal dan marah.
"Maaf Jose a aku belum siap." Jose cuma bungkam, aura kesalnya mulai terlihat. Ia lalu berjalan menuju nakas untuk mengambil sesuatu. Kembali ia menindih tubuh Lexa dengan kuat, dilepasnya batrobe yang membungkus tubuh Lexa secara paksa. Kini tubuh Lexa telah telanjang tanpa sehelai benangpun melekat ditubuhnya. Jose lalu mengikat tangan Lexa keatas dengan dasi yang ia ambil dari atas nakas tadi. Amarah dan kesal karena penolakan serta hasrat yang menggebu bercampur menjadi satu, membutakan kewarasanya Jose.
"Apa apaan ini Jose, lepas lep--" Jose kembali membungkam bibir Lexa dengan ciuman dan menggigit lidahnya karena kesal. Lexa cuma bisa menggeram sakit karena mulutnya masih dibungkam bibir Jose. Dengan cepat Jose mengulum salah satu ujung dadanya Lexa, sedangkan tangan kirinya meremas dada yang satunya. Puas bermain-main dengan kedua buah dàdanya Lexa, Jose mulai membuka pahanya Lexa dan membenamkan wajahnya di kewanitaan miliknya Lexa. Bibirnya mulai mengulum dan memilin kewanitaannya Lexa, lidahnya menusuk-nusuk kedalam kewanitaannya Lexa sedangkan satu tangannya menarik-narik ujung atas klirotis kewanitaannya Lexa. Lexa bergerak gelisah ketika ada sesuatu yang akan keluar dari dalam kewanitaannya. Tapi ia harus kecewa ketika Jose menghentikan aksinya. Napas Lexa terengah menahan nafsu, matanya terbuka dan tertutup seiring napasnya yang memburu.
"Bagaimana hum? Pasti sakit'kan? Menahan pelepasan yang akan keluar." Jose terkekeh memandang tubuh polos Lexa yang masih bergerak -gerak mencari cara untuk melampiaskan nafsunya. "Tapi aku tidak sejahat itu, akan kubantu kau mencapai rasa nikmat surga dunia dengan segera istriku sayang, bersiaplah. "Jose memasukkan dua jari tengahnya lalu mengocok kewanitaannya Lexa dengan intens, Lexa kembali mendesah dan menggelinjang. "Ahhh Joseee."
"Ya sayanggg." Jose mempercepat gerakan tanganya sehingga sesuatu yang basah keluar dari kewanitaannya Lexa.
"Ahhh Joseee." Suara Lexa terpekik menahan nikmat, kulit tubuhnya meremang. Peluh bercucuran membasahi tubuhnya yang polos. Badannya bergetar hebat setelah pelepasan pertamanya datang.
TBC.
Baru pemanasan saja,udah panas. Gimana dengan kelanjutanya ^^.
Hani ^^.
Lexa sangat ketakutan setelah mengetahui keadaan bayi perempuannya yang kejang-kejang di usianya yang berusia dua hari. Bayi mungil itu harus dirawat secara intensif di ruangan khusus. Sepertinya bayi itu mempunyai kontak batin dengan Lexa yang juga mengalami kesedihan yang sangat mendalam."Dewi Bulan, tolonglah aku. Jangan kau ambil juga putriku. Aku baru saja kehilangan putraku. Jika putriku juga kau ambil aku tidak bisa bertahan hidup." gumam Lexa sambil menatap pintu ruangan perawatan putrinya yang sedang menjalani pemeriksaan."Sayang, bertahanlah. Putri kita pasti baik-baik saja. Dia adalah sosok yang kuat sepertimu. Aku percaya itu," bisik Jose menguatkan Lexa yang menangis dalam diam. Ia tahu jika Lexa sangat khawatir kepada putri mereka setelah hilangnya putra mereka yang kemungkinan besar sudah meninggal."Jo, aku ibu yang jahat. Setelah membunuh putra kita, aku juga menelantarkan putri kita. Sehingga sekarang keadaannya sangat memprihatinkan."Jangan berkata begitu, aku sud
Seketika tubuh Jose menegang ketika mendengar pertanyaan dari Lexa. "Jawab, di mana putra kita?" tanya Lexa dengan tubuh yang bergetar.Jose tidak tahu harus menjawab apa. Ia meremas rambutnya frustasi karena dia tidak tahu di mana keberadaan putranya. Yang ia tahu, Lexa dan Xander bertempur di kejauhan dengan posisi Xander yang membawa putranya. Namun sekarang Lexa menanyakan keberadaan bayi itu padanya. Entah Jose harus menjawab bagaimana. "Sayang, saat aku sadar. Aku tidak menemukan keberadaanmu. Aku hanya menemukan Tian dan bayi perempuan kita. Dan menurut Tian …." Jose menjeda ucapannya. Kau dan Xander bertempur di sini dengan keadaan terakhir yang dilihat oleh Tian, Xander yang menggendong putra kita.""Apa? Xander yang menggendong putra kita? Tapi sekarang di mana Xander berada?"Jose menatap ragu kepada Lexa. Karena ia sendiri pun tidak tahu keberadaan Xander. "Bukankah kau yang di sini bersama Xander? Seharusnya kau yang lebih tahu."Seketika Lexa menangis setelah lamat-lama
"Coba dekati suara air itu, Tian. Jose seolah tertarik untuk mencari keberadaan Lexa di tepian sungai karena suara gemericik air sungai itu seperti suara air terjun."Baik, Tuan, hati-hati." Bastian mengarahkan Jose ke jalan yang lumayan datar untuk dilewati. Keadaan sekitar yang penuh dengan rimbunan semak belukar dan batu-batu licin membuat mereka harus hati-hati dalam melangkah."Sayang, sabar dulu, ya? Kita sebentar lagi akan bertemu dengan Mommy-mu." bisik Jose di telinga bayi yang masih menangis kencang itu. "Sepertinya dia lapar, Tuan. Karena setelah dilahirkan belum meminum susu ibunya," ucap Bastian."Ya, sepertinya begitu. Walaupun aku tidak terlalu tahu masalah tentang bayi yang baru lahir. Seperti di film-film, jika seorang wanita baru saja melahirkan. Pasti dia akan menyusui bayinya, mungkin bayi perempuanku ini juga menginginkan hal yang sama.""Benar, Tuan," jawab Bastian sedikit terkekeh karena membayangkan Jose seperti suami-suami yang berada di dalam film. "Di mana
Lexa sangat marah, ia ingin segera membunuh Xander untuk membalaskan dendamnya. Sinar merah itu membuatnya kembali bertenaga, ia segera bisa bangkit untuk segera menerjang Xander. Karena laki-laki itulah yang telah membuatnya menjadi seorang janda. Dengan penuh rasa kebencian Lexa segera mendekati Xander lalu menyerangnya. Xander yang tidak menyangka akan perubahan pada diri Lexa segera menghindar ke belakang sambil menggendong bayi laki-laki yang berada di tangannya.'Apa yang terjadi? Kenapa bisa seperti ini?' keluh Xander dalam hati. 'Seharusnya tadi aku tidak membunuh laki-laki itu. Sepertinya aku telah menyulut kemarahannya sehingga kekuatan itu bisa muncul kembali, sial. Dengan keadaan Lexa yang sekarang. Mana mungkin aku bisa menaklukkannya semudah itu.'Lexa seperti gelap mata. Ia menatap marah kepada Xander dan di pikirannya saat itu adalah membunuh Xander. Bahkan ia mengabaikan keselamatan bayi yang berada dalam gendongan Xander. Lexa tidak mengingat lagi bayi miliknya. Bisa
Dengan sekali teriakan Lexa menggunakan seluruh tenaganya untuk mendorong bayi-bayinya keluar dari rahimnya. Suara tangisan bayi terdengar setelah keluar satu bayi dari perut Lexa."Lexa, bayimu sudah keluar." ucap Xander. "Bayi perempuan, cantik sekali," Xander menimang-nimang bayi yang masih penuh dengan darah. Ia sangat gembira melihat bayi Lexa sampai melupakan tujuan awalnya untuk membawa kabur Lexa. Xander segera menarik sebuah baju di salah satu mayat yang tergeletak di dekatnya untuk membungkus tubuh bayi yang baru lahir itu agar tidak kedinginan."Xander," Lexa memanggil Xander karena perutnya masih terasa sakit."Tunggu sebentar, masih ada satu bayi lagi di perutmu. Kau mengandung bayi kembar, kan?" tanya Xander yang berjalan mendekati Lexa. Ia meletakkan bayi perempuan yang sedang menangis itu di sebuah lempengan batu yang cukup lebar."Kau harus melakukan hal yang sama dengan tadi Lexa. Bagaimanapun kau harus mengeluarkan bayimu dengan segera atau kalau tidak dia akan mati
"Tak akan kubiarkan kau membunuhnya." Lexa sangat marah, ia menggertakkan giginya dan seketika itu warna merah yang di tubuhnya semakin membara. Tiba-tiba emosinya terpancing dan ingin segera membunuh Xander detik itu juga.Xander sedikit pun tidak takut karena ia merasa aman telah mempunyai Jose dalam genggamannya.Jose yang masih sadar merasakan tubuhnya sangat lemah. Ia menyesal tidak mendengarkan saran dari Bastian. Karena kacerobohannya, sekarang ia membahayakan nyawanya sendiri maupun keselamatan Lexa. Jose tahu jika Xander akan menggunakannya sebagai tameng dalam bertempur melawan Lexa. Sehingga kemungkinan besar istrinya itu akan kalah jika Xander bisa memanfaatkan keadaan ini dengan pintar. Laki-laki licik itu memang sungguh sangat berbahaya."Aku tak menyangka kau berubah selicik itu, Xander." Lexa menggertakan giginya."Aku tidak peduli, dengan cara apa pun. Aku harus mengalahkanmu dan menjadikanmu milikku. Tadi orang-orangmu juga menggunakan cara licik dengan mengeroyokku.